Rabu, 30 Maret 2011

Hati-hati terhadap Dinding kamarmu!

Judul asli:
100 Cupboard
Penulis: N.D Wilson
Penerjemah: Anggraini Novitasari
ISBN: 978-979-3972-16-9
Halaman: 260
Penerbit: Dastan
Rating: 3/5

Kover yang menawan serta rekomendasi banyak pihak yang terjamin kredibilitasnya membuat saya tak ragu untuk meminta hadiah buku ini dari Sista Ine sebagai hadiah ulang tahun. Thx Sis..., buku merupakan hadiah yang paling menyenangkan bagaimana pun isinya.

Ide ceritanya cukup lumayanlah, walau tidak bisa dimungkiri mirip dengan beberapa cerita yang menggunakan pintu sebagai portal untuk berada di tempat lain. Atau jika ingin lebih spesifik, mirip pintu ajaib ala Doraemon. 

Guna memudahkan memahami cerita, pihak penerbit menyediakan semacam sketsa. Hanya sayangnya tulisan yang ada begitu halus sehingga dibutuhkan usaha ekstra keras untuk bisa  membacanya

Kisahnya mengenai seorang anak bernama  Henry York, berusia dua belas tahun. Kedua orang tuanya diculik saat sedang bersepeda, maka untuk sementara ia tinggal bersama Paman Frank dan Bibi Dotty, sepupu  Anastasia, Henrietta dan  Penelope, dikenal sebagai Keluarga Willis di Kansas

Di rumah itu hanya ada sedikit kamar, satu untuk paman dan bibinya, satu untuk para sepupu , beberapa untuk urusan ruman tangga, serta satu sisanya adalah kamar sang kakek yang sudah dua tahun  tak bisa  dibuka. Suka tidak suka Henry terpaksa tidur di loteng. Namun justru disanalah ia menemukan petualangan yang tak terlupakan.

Suatu saat, ia terbangun karena sepotong  kecil plester dinding bergulir didahinya. Dari balik dinding di loteng, ia menemukan 99 pintu dengan aneka ukuran dan warna.  Setiap pintu mengarah ke suatu tempat. Ada tempat yang menyenangkan namun ada juga yang suram.

Namanya juga anak-anak. Henry menjadi penasaran dengan apa yang ada di balik pintu itu. Bersama Henrietta ia mencoba memecahkan misteri di balik pintu itu. Sejak saat ia menemukan pintu-pintui itu, hidupnya tidaklah sama, ia sering mengalami mimpi-mimpi aneh juga hal-hal yang tak bisa ia percaya.

Puncaknya adalah saat tanpa sengaja ia terluka oleh makhluk bernama Endor. Darahnya telah membangunkan Nimiane, sang ratu penyihir yang terkurung di kegelapan. Bukan itu saja, Henrietta menghilang melalui pintu ke seratus, pintu yang ada di kamar kakeknya. Ia menuju  Fitzfaeren, salah satu negeri yang telah dihancurkan oleh Anjing-Penyihir pengikut Nimiane.

Belakangan tidak hanya Henrietta, paman dan bibinya juga terseret dalam bahaya. Semuanya bermula dari rasa ingin tahunya terhadap apa yang ada di balik dinding kamarnya. 
Henry tidak saja harus menyelamatkan Henrietta, namun juga seluruh keluarga paman dan bibinya, mengembalikan mereka yang keluar dari balik pintu-pintu itu serta menemukan jati dirinya. Untunglah ia mendapat bantuan dan dukungan dari banyak orang, termasuk dari sosok  yang tak terduga.

Tokoh Paman Frank dalam cerita ini dibuat menjadi sosok yang penyayang namun terus terang saya tidak melihat unsur itu saat ia berbincang-bincang seputar orang tua Henry.  Bandingkan saat ia berkata, ” Sama seperti manusia. Jika mereka agar tersesat, mereka tertiup ke sana-kemari sampai akhirnya jatuh ke dalam semacam tempat berlindung, lubang, atau gorong-gorong.... Aku pernah tersesat.... Tapi sekarang aku sudah ditemukan....”

Terus terang saya sangat penasaran dengan apa yang dimaksud plester dinding. Kebetulan saya sedang merenovasi kamar, pak tukang yang saya tanya menyebutkan bahwa plester dinding adalah semacam campuran kerikil halus (bisa diganti pasir kasar), semen dan air.  

Jika membaca buku ini, lalu ada adegan  Henry mulai mencabut potongan plester dari dinding, maka sepertinya yang dimaksud adalah wallpaper, alias kertas pelapis dinding. Tapi ini hanya sekedar rasa penasarana saya yang bukan editor dan penerjemah sehingga kurang mengerti urusan bahasa. 

Hanya saja saya merasa aneh, jika plester dinding seperti yang dimaksudkan pak tukang sama dengan yang ada dalam buku ini, bagaimana mungkin campuran tersebut  bisa dicabut layaknya sebuah potongan kertas?

Saya juga penasaran dengan apa yang tertulis di halaman 90.  ”Plester di sudut atas lepas dengan mudah, dan Henry memiringkan kabinet ke tempat tidur sehingga bisa  berdiri di sisinya untuk mencapai dinding paling atas di puncak langi-langit.... Ia turun dari kabinet, menegakkannya kembali di lantai, dan mencoba menarik tempat tidurnya sepelang mungkin....”

Kabinet disini maksudnya lemarikah? Jika sebuah lemari kecil kayu, saya mempertanyakan kekuatannya hingga bisa dinaiki seorang anak berusia 12 tahun serta kekuatan sang anak untuk menarik dan  memiringkan lalu mengembalikan ke posisi semula.

Jika kabinet yang dimaksud adalah failing kabinet alias semacam lemari  tempat berkas-berkas yang banyak kita jumpai di perkantoran, saya mempertanyakan kekuatan Henry untuk memiringkannya dan mengembalikannya  ke posisi semula. Namun jika kabinet disini adalah semacam lemari plastik berwarna-warna, saya akan mempertanyakan kekuatan kabinet tersebut, apakah mampu menahan beban anak berusia 12 tahun? Hem... yang mana yah....

Logika saya mengenai beberapa lemari yang berfungsi sebagai kotak pos sungguh payah! Diantara 99 pintu yang ditemukan Henry, beberapa bisa membawa kita menuju tempat lain, beberapa berfungsi menjadi semacam kotak surat. Yang ada di benak saya, kotak pos, di kantor pos disebut Pobox  adalah sejenis lemari  kecil, dimana surat akan dimasukan melalui sebuah rongga. 

Nanti pemilik kotak surat akan membuka kotak tersebut untuk bisa mengambil surat yang ada. Umumnya kotak surat terkunci, sehingga hanya sang pemilik kotak surat yang bisa membukanya. Atau kemanismenya mirip kotak surat yang ada di rumah-rumah. Pak Pos memasukan surat dari celah yang ada, nanti pemilik mengambil dari sisi belakang/punggung setelah terlebih dahulu membuka pintu yang dikunci.

Namun dalam buku ini disebutkan bahwa punggung kotak pos berada di dinding kantor pos di suatu tempat. Bagian depannya berada di kamar Henry. Punggung lemari yang lain berada di hutan atau di suatu tempat berpohon. Jadi kotak pos ini memiliki tiga sisi yang bisa dipergunakan untuk mengambil dan meletakkan surat? 

Jika punggung untuk memasukan surat berada di  hutan atau tempat sejenisnya, maka bagian depan, bagian yang dibuka untuk mengambil surat ada di kamar Henry atau di kantor pos. Karena umumnya bagian depan pasti dipergunakan untuk memasukkan surat. Lalu jika bagian depan berada di kamar Henry, maka gunanya bagian yang di hutan apa? Aduh maaf saya benar-benar tidak paham dan tidak menemukan penjelasan  mengenai ini.

Maklumlah setelah mendapat banyak pencerahan dari para penerjemah cerita fantasi dan bergaul dengan teman-teman penulis fantasi lokal yang mumpuni, saya  jadi menikmati sebuah cerita fantasi dengan sudut pandang yang berbeda. Saya tidak lagi menikmati secara pasrah sebuah cerita, namun saya selalu berusaha mencari logika yang terkandung di dalamnya guna lebih memahami benang merah yang disajikan penulisnya.

Buku ini merupakan buku pertama dari rangkaian seri 100 Cupboards yang terdiri dari
100 Cupboard; Dandelion Fire; dan The Chesnut King
 
Semoga untuk kali ini  pihak penerbit mau berbaik hati menerbitkan keseluruhan seri sehingga kita bisa menemukan jawaban dari hal-hal yang belum jelas di buku pertama, tidak seperti seri yang lain dibiarkan menggantung.

Biar bagaimana... THX Ine.....!
yang penting niat baiknya khan *peluk-peluk*

Huda, Bidadari Cinta Kita

Pengarang: Siti Darojah
Penyunting: Kurnia Efendi
Halaman: 355
Penerbit: Penerbit Hikmah Memoar (PT Mizan Publika)
Cetakan I: April 2009

Kalau nanti aku meninggal aku pasti ingin masuk surga. Aku ingin bisa makan apa saja karena di sini makananku sangat dibatasi dan sering merasa sakit. Aku ingin tak merasa sakit lagi

Sepenggal kalimat yang dikutip dari Buku Huda, Bidadari Cinta Kami, mampu membuat beberapa mata menintikkan air saat mendengarkannya. Kutipan itu dibacakan dengan penuh perasaan oleh Bung Andy untuk acara Kick Andy. Beberapa tangan terlihat mulai menghapus air mata yang menetes perlahan saat mendengar Siti Darojah, selaku mengarang menceritakan kisah yang dimuat dalam buku ini.

Para menggemar buku mungkin sudah memahami bahwa buku-buku terbitan Hikmah Memoar adalah buku-buku yang bercerita mengenai kisah-kisah nyata dan biografi menakjubkan, mengejutkan,sekaligus menginspirasi dan mencerahkan. 

Buku kali ini, yang berjudul Huda, Bidadari Cinta Kami adalah sebuah buku berisi perjuangan seorang gadis muda belia bernama Huda Rosdiana Biarawati akibat kebocoran ginjal, dikenal juga dengan infeksi ginjal. Penulis buku, Siti Darojah adalah kakak kandungnya. Sementara donor ginjalnya diperoleh dari kakaknya sendiri Afaf.

Keapikan sang ayah, H. Ahmad Dzinnun dalam hal mendokumentasikan riwayat kesehatan Huda, sangat membantu penulisan buku ini. Sang ayah bahkan mencatat perincian seperti tanggal berobat, siapa yang mengantar serta menyimpan semua kartu berobat. Walau cerita kenangan yang disampaikan sang ibu, HJ Maswani juga tidak kecil perannya.

Sang kakak, yang juga wartawan sebuah harian yang berkantor di kawasan warung buncit, dengan piawi mampu membuat kita seakan-akan adalah keluarga besar Huda. Tutur kata yang disampaikannya membuat hati bisa ikut merasakan apa yang mereka rasakan. Saya sendiri harus beberapa kali meletakkan buku ini saat perasaan yang mengharu biru mulai menerjang. Butuh waktu beberapa lama untuk menuntaskan buku ini, bukan karena ceritanya namun karena perasaan yang ikut terbawa.

Huda kecil tumbuh dalam lingkungan keluarga besar yang religius dan saling menyayangi. Sebagai anak bungsu, Huda bisa dikatakan mendapat banyak limpahan kasih sayang dari saudaranya. Apalagi usianya dengan para keponakannya tidak terlalu jauh, sehingga Huda memiliki banyak teman bermain.

Sejak di vonis menderita kebocoran ginjal, entah berapa kali Huda harus cuci darah.Berapa kali ia harus masuk rumah sakit akibat efek obat-obatan yang diminumnya. Kehidupannya juga berubah total. Huda tidak bisa makan sembarangan,minum semaunya. Bahkan pencabutan giginya pun nyaris berakibat fatal bagi jiwanya. Belum lagi halusinasi yang dideritanya, kian membuat hidup Huda kian menderita.

Yang menarik dari buku ini buat saya bukan bagaimana ketabahan Huda dalam usia yang belia harus bolak-balik ke rumah sakit. bagaimana ia menahan sakit saat harus menerima jarum di tubuhnya. Atau bagaimana perjuangan keluarganya mencari obat yang terjangkau, hingga bagaimana proses transplantasi.

Namun yang membuat menarik adalah mengetahui sikap keluarga menerima cobaan ini. Bagaimana seluruh keluarga menjadikan apa yang di derita Huda sebagai penderitaan seluruh keluarga besar, menjadikan apa yang dihadapi Huda sebagai masalah bersama. Mulai dari kedua orang tua, kakak, kakak ipar, keponakan hingga para tetangga. 

Bagaimana Allah SWT memberikan karunia dengan cara-NYA sendiri, menyelamatkan sang kakak dari perampokan saat membawa uang untuk berobat Huda, hingga mengatur rejeki mendapat kesempatan naik haji walau kondisi kesehatan Huda sedang menurun.

Bagaimana para kakak dengan berbesar hati mau mengalah untuk Huda. Menjadikan kamar Huda sebagai kamar yang paling nyaman di rumah. Merelakan waktu, tenaga bahkan keuangan demi sang adik. Terpenting, merelakan sebagian dirinya, ginjalnya untuk menyambung nyawa sang adik. Bagi seluruh keluarga Huda adalah pusat lingkaran kegiatan.

Demi membuat Huda hidup normal kembali, sang kakak bahkan rela mengantarkannya mencari kampus baru, setelah mengundurkan diri dari perkuliahannya di UI . Sang kakak rela menemaninya berputar mencari kampus yang sesuai dengan kondisi diri Huda. 

Kelonggaran yang diberikan Kampus perlu diacungi jempol. Huda mendapat semangat hidup yang baru di Kampus Dharma Persada. Berteman, bergaul dan belajar sejenak bisa melupakan kesedihan akan kondisinya.

Setelah Huda meninggal Senin, 15 Januari 2007 sekitar pukul 07.00 WIB. Buku hariannya menarik perhatian keluarganya. Banyak hal yang tidak mereka ketahui. Huda ternyata pernah berhasil dirayu bergabung dalam NII sebelum berhasil meloloskan diri. Bagaimana perasaan Huda saat menjalani pengobatannya. Dan bagaimana buku menjadi sahabatnya.

Kalaupun ada kekurangan, hanyalah beberapa hal yang disebutkan beberapa kali. Misalnya menyebutkan pergi naik haji karena mendapat hadiah, uraiannya muncul beberapa kali sebagai pengulangan. Menulis kisah hidup yan memilukan memang ibarat membuka luka lama, mungkin sang penulis lupa telah menceritakan hal itu hingga tanpa sadar mengulangnya hingga beberapa kali.

Mungkin benar kata pepatah lama, " Kita tidak akan menghargai apa yang kita miliki sebelum kita kehilangannya". So... mulailah jaga kesehatan sejak saat ini

Terima kasih Buat Ayu yang tanpa disadarinya telah membawa buku ini ke hadapanku

Heidi Versi Bentang

Membaca dapat membantu program menguruskan badan. Boleh percaya boleh tidak. Logikanya gampang kok, setiap kali kita tidur, metabolisme tubuh bekerja dengan aktif. Makanya orang yang suka tidur cenderung berbadan meninggi kesamping. 

Nah... dalam rangka mengurangi tidur setiap saat berangkat kantor dan pulang plus istirahat, salah satu kiat adalah dengan membaca buku. Tidur berkurang, target menuntaskan buku terpenuhi.

Setelah membaca Epitaph, The Unknown Erros of Our Lives, Quidditch dari masa ke masa plus setengah buku persekutuan misterius baru saya berani membaca Heidi versi ini. Dengan harapan memori mengenai Heidi versi Penerbit Atria sudah mulai menguap, tentunya saya jadi bisa menilai dengan lebih muantap.

Pertama melihat covernya saya sudah tertawa. Membayangkan bagaimana caranya sang fotografer mampu membuat kambing duduk manis disebelah Haidi. Kalaupun ada unsur permainan komputer covernya cukup menghibur.

Walau bercerita mengenai hal yang sama, namun cerita versi Bentang dan Atria ternyata memilik perbedaan dari sisi pemilihan kata, narasi serta efek yang ditimbulkan.

Saat membaca versi Atria, saya menemukan dunia Heidi yang bebas dari segala beban dunia. Semua serta kebetulan , dan sepertinya memang sudah seharusnya. Saat Heidi ingin meminta tempat tidurnya untuk nenek, Oma dengan begitu saja mengirimkan tanpa pikir panjang. Saat ingin mengajari Clara berdiri dan berjalan, seperti dengan begitu saja Clara mampu berlatih. Semua serba indah.

Sedangkan membaca bersi Bentang, Heidi terlihat lebih manusiawi. Dalam artian tidak semua yang diinginkannya diperoleh. Ada kendala yang harus dihadapinya. Bahasa yang dipilih penterjemah terasa lebih ditujuan untuk kaum dewasa.Dimana kesulitan kehidupan memang ada.

Dalam versi ini, cerita juga terbagi dalan dua bagian. Bagian pertama berjudul gadis kecil bernama Heidi dan bagian kedua berjudul musim-musim penuh keajaiban.Disini Clara sudah di Indonesiakan menjadi Klara.

Mungkin karena sasaran pembacanya yang membuat kedua versi ini terasa lain. Saya sendiri merekomendasikan Heidi versi Penerbit Atria jika ingin diberikan kepada anak-anak, maksimal ABG. Sedangkan untuk yang lebih dewasa, versi Bentang lebih cocok.

Sebagai tambahan, dalam buku terbitan Bentang, ada halaman yang memuat mengenai sang pengarang, Johanna Spyri sebanyak 4 halaman. Minimal saya jadi lebih mengenal sosok misteriusnya yang lebih ingin dikenal melalui karyanya.

Saya kutipkan paragraf terakhir yang berisi ucapkan nenek kepada Heidi agar teman-teman bisa merasakan perbedaannya dan memberikan penilaian sendiri.

Versi Penerbit Atria (hal 396)
Akhirnya Nenek berkata, " Heidi, bacakan satu pujian untukku! Aku merasa aku tidak bisa berbuat apapun selama sisa hidupku kecuali berterima kasih kepada Tuhan atas semua berkah yang Dia limpahkan kepada kita"

Versi Penerbit Bentang (hal 330)
Beberapa lama kemudian, Nenek meminta Heidi membacakan sebuah lagu pujian. Perempuan tua itu berkata, " Meskipun aku menghabiskan setiap saat sepanjang hidupku untuk berterima kasih kepada Tuhan atas kebaikan-NYA bagi kita,itu tidak akan cukup"

Terasakan bedanya...

Berusaha Keras Meraih Mimpi Walau dengan Cara yang Tidak biasa

Judul asli: Cruise on You
Pengarang: Margaretha Astaman
Penyunting: Jie Effendie
Halaman: 231
Penerbit: Penerbit Atria
Rating: 3/5

Buatku membaca buku bisa bermanfaat banyak. Bisa untuk menambah ilmu, untuk menambah kocek saat diminta membantu membuat sesuatu, untuk menambah teman bahkan untuk hiburan. Untuk yang terakhir, saat membaca buku dan merasa terhibur, saya bisa menerima kekurangan akan pemilihan cover, penulisan yang salah, cetakan yang minus. Asal cukup menghibur yang lain bisa dimaklumi.

Buku ini jelas menghibur mulai dari kedatangan hingga isinya. Saat berhujan-hujan pulang sambil berusaha melindungi beberapa buku yang dibawa, buku ini terletak dengan manis di meja. Sungguh menghibur disaat sedikit kesal akibat kehujanan. Setelah dibuka, covernya langsung menarik hati. Maklum sebagai orang yang maniak warna biru, cover ini jelas menarik.

Sambil lalu halaman demi halaman mulai dibuka secara acak. Aneka karikatur yang tersedia bahkan kadang menghabiskan satu halaman penuh sungguh menarik, beberapa langsung membuat saya tertawa lepas. Sepintas saya langsung bisa menebak apa inti dari bab tersebut.

Saat menunggu Prince Manoharun di TMBookstore, sebetulnya saya datang 1 jam lebih cepat dari waktu perjanjian, saya putuskan untuk memulai membaca buku ini. Sambil mendengarkan siaran radio bedah buku Libri di Luca, buku ini menemani saya menghabiskan waktu.

Dibuka dengan sebuah pertanyaan sederhana, "Pernahkah kamu sangat menginginkan sesuatu?" Tentunya setiap orang pasti pernah begitu sangat menginginkan sesuatu. Maka bergulirlah cerita mengenai seorang Marella yang dengan keras hati ingin mewujudkan mimpinya, walau kadang dengan cara yang konyol, mimpianya hanya ingin berlayar dengan kapal pesiar.

Sejak kecil, Marella sangat menginginkan berlayar dengan kapal pesiar. Dengan gaji yang hanya sekian, tentunya mimpi itu harus dikubur sejauh mungkin. Namun namanya mimpi, tetaplah mimpi. Kadang timbul lagi mengganggu kehidupan seseorang. Setelah sekian lama memendam mimpi, suatu saat Marella melihat sebuah kesempatan untuk mewujudkan mimpi tersebut.

Sebuah kontes foto romantis dengan hadiah belayar dengan kapal pesiar diikutinya. Karena satusnya yang jomblowati, maka ia mengirimkan foto dirinya dengan Jonas mantan pacarnya dua tahun lalu. Masalah mulai timbul ketika ia dinyatakan sebagai pemenang dan hadiah harus diambil berdua. Mau diambil dengan siapa, sudah sejak 2 tahun lalu ia kehilangan jejak Jonas.

Berbagai cara sudah diupayakan untuk menemukan Jonas,dari cara biasa hingga cara konyol yang sangat tidak masuk akal. Namun sepertinya dewi kebentungan berada di pihak Marella, justru saat ia tidak mencari, sosok Jonas hadir dihadapannya plus bonus kekasih baru Kiera Larasati sang bintang film muda nan cantik

Ceritanya sudah bisa ditebak, akhirnya juga.Yang menarik adalah bagaimana usaha keras Marella untuk mewujudkan impiannya. Walau kadang konyol, namun harus diakui jika kita menginginkan sesuatu, maka kita mungkin akan bertindak seperti dirinya. 

Misalnya saja saat panitia meminta fotokopi surat kawin. Jelas Marella dan Jonas tidak bisa memenuhi permintaan itu, maklum mereka sudah putus sejak 2 tahun lalu. Namun Marella dengan segala cara terus mengupayakan persyaratan yang diminta. Kebulatan tekat untuk bisa mewujudkan mimpinya terlihat jelas dalam beberapa kalimat. " ... kamu belum tahu betapa gigihnya aku memperjuangkan untuk mendapatkannya. Aku akan menebas segala rintangan demi kapal pesiar! Jadi kalau kamu tidak mau meminjamkan pas foto, berarti kamu menghalangiku. Dan itu berarti, aku akan menggunakan energi yang ada untuk menebas kamu"


Walau pada akhirnya Marella bisa memperlihatkan semacam surat kawin, tidak ada orang yang bisa menebak dari mana ia bisa mendapatkannya. Dan sungguh cap yang menandakan keabsahan dokumen ternyata berarti sesuatu yang membuat saya tertawa keras sehingga mendapat lirikan heran dari mbak-mbak bagian penyampulan di TM Bookstore. Kok bisa sih tulisan dalam Bahasa Indonesia namun dicap dalam Bahasa Mandari dan diakui dikeluarkan di luar negeri. Duh Mbak panitia enggak teliti yah..?

Usaha keras dengan jalan apapun untuk menggapai impian walau dengan cara yang kadang aneh ternyata juga dilakukan oleh Keira Larasati.Mau tidak mau membuat saya menutar memori otak sambil mencari-cari adakah kelakuan saya yang seperti mereka. 

Dan mungkin saja disekeliling kita banyak Marella-Marella yang lain.Walau musti diakui, dia cukup mampu menahan cemburu dengan mengijinkan pacarnya pergi selama 11 hari dengan perempuan lain yang kebetulan mantan pacarnya, dengan alasan apapun juga

Aneka plesetan nama koran, siaran televisi hingga nama selebiritis bertebaran di sini. Sekilas kita bisa menebak plesetan dari nama apa. Semuanya diracik menjadi bumbu yang menyegarkan. Sekilas pembaca akan dibuat ini adalah ksiah nyata mengenai Marella.

Saya menemukan ada sedikit kekurangan, namun karena buku ini cukup menghibur maka seperti biasa saya maklumi. Namun setelah "SUHU" saya memberikan instruksi untuk mulai sedikit bersikap galak pada kekurangan, dengan tujuan membantu pembelajaran bagi penulis, maka saya uraikan juga kekurangan menurut versi saya.

Di sebuah cerita, disebutkan bahwa Safira sepupu sekaligus Boss Marella yang mendatangi apartemen Jonas untuk memberikan dukungannya kepada Marella. Biasanya hubungan Marella dengan Safira tdiak harmonis. Entah apa yang mendadak membuat Safira mau bersusah payah mendatangi apartemen Jonas dan membujuknya untuk membantu Marella. Satu lagi mengenai Kiera. Cuman saya tidak mau mengulasnya, biar teman-teman menilai sendiri yang menilainya ^_^

Buat saya sendiri, saya mendapat tambahan motivasi hidup untuk berusaha keras meraih apa yang diinginkan dalam hidup ini.

Heidi Versi Penerbit Atria


Penulis: Johana Spyri
Penerjemah: Muthia Darma
Penyunting: Indah Nurchaidan & Jia Effendie
Halaman:396
Penerbit : Atria

Hari ini juga tidak ada kesempatan untuk menguap!”
Sepertinya jika ada Heidi dalam kehidupan kita,
maka tidak akan pernah ada kesempatan untuk menguap!

Heidi adalah nama seorang gadis kecil yang berasal dari Swiss. Sebagai anak yatim piatu, Heidi pada awalnya berada dalam perawatan Bibi Dete. Namun seiring perjalanan waktu, saat berusia 8 tahun ia tinggal bersama Kakek Alm di Pegunungan Alm. 

Semula banyak yang menyangsikan mereka akan dapat hidup rukun, mengingat tabiat keras kakek. Namun ternyata Heidi dan kakek malah hidup berdampingan dengan rukun dan bahagia.

Di Pengunungan Alm, ia menghabiskan waktu dengan menjelajah seluruh pengunungan bersama Peter sahabatnya serta ditemani oleh Little Swan dan Little Bear, dua ekor hewan yang gambarnya selalu ada disetiap lembar buku. Ia juga membuat tempat tidur dari jerami dan memakai karung besar dari sisal untuk dijadikan selimut.

Suatu hari, Bibi Bibi Dete kembali dan membawanya dengan paksa ke Frankfurt. Dengan bujuk rayu akan dapat membawakan roti manis untuk nenek, Haidi dibawa untuk menemani Clara, anak perempuan sakit-sakitan dari keluarga kaya.

Disana Heidi diperlakukan dengan baik. Ia mendapatkan semua yang diinginkan anak perempuan. Clara memperlakukannya sebagai sahabat. Ayah Clara juga sudah memerintahkan agar Heidi diperlakukan sejajar dengan putrinya. 

Walaupun demikian, Heidi sangat merindukan Pegunungan Alm. Berbagai cara sudah dilakukan oleh Clara agar Heidi bisa mengurangi rasa rindu akan pegunungan,namun semuanya sia-sia belaka. dengan berat hati, akhirnya Clara mengijinkan Heidi pulang

Sikap spontanitas Hendi, kadang malah menimbulkan kehebohan. Misalnya saat ia berniat membawa anak kucing untuk diberikan ke Clara. Padahal pengasuhnya sangat takut terhadap kucing. Atau saat ia dengan begitu saja menyimpan roti manis di lemari baju untuk diberikan kepada nenek.

Saat melihat cover buku ini, ingatan saya langsung tertuju pada satu nama Shirley Temple . Seorang artis berbakat yang lahir di Santa Monica, California, Amerika Serikat, pada 23 April 1928 . Dengan ayah George Francis Temple serta Ibunya bernama Gertrude Amelia Krieger, masa kecilnya dihabiskan untuk bermain film. 

Film Haidi sendiri dibuat tahun 1937, jauh sebelum saya berada di dunia ini. Untung, salah satu televisi swasta pernah beberapa kali memutar film ini sebagai rangkaian pemutaran film lawas yang dianggap melegenda, sehingga saya masih bisa menikmatinya.

Khabarnya dibuku asli yang terbit pertama kali, Heidi digambarkan sebagai seorang gadis kecil dengan rambut berwarna gelap dan keriting. Mungkin karena Shirley Temple sukses memerankan tokoh Heidi, maka sosoknya berganti menjadi berambut pirang dan keriting

Mulanya saya mengira buku ini hanya berisikan mengenai uraian pemadangan alam di Pegunungan Alm dimana Heidi hidup bersama kakek, Peter si gembala dan neneknya. Hidup ala Heidi seakan-akan sangat menyenangkan, jauh dari segala masalah kehidupan. 

Heidi yang welas asih dan memiliki sifat lugu mampu mengubah hidup orang-orang disekitarnya serta membuat segala hal dalam kehidupan ini seakan menjadi mudah. Namun ternyata jika ditelaah lebih jauh, banyak pesan moral yang disajikan secara apik.

Bagaimana Heidi, seorang anak perempuan yang baru berusia 8 tahun mampu menahan diri untuk tidak merengek pulang ke pengunungan tercintanya agar dapat mengumpulkan roti manis untuk diberikan kepada nenek Peter patut dicontoh. Ia ingin nenek tidak lagi makan roti yang keras demi kesehatannya. Walau untuk itu ia harus terus meredam rindu di hati.

Atau pelajaran yang di dapat Peter dari sikap cemburunya melihat persahabatan antara Heidi dan Clara. Awalnya ia sangat membenci Clara karena dianggap mencuri Heidi dari dirinya. Banyak sikap permusuhan yang diperlihatkannya. Ia sangat berharap agar Clara segera pergi agar ia bisa bermain dengan Heidi lagi

Petuah Oma yang menyatakan, ”Manusia bijak itu manusia yang memandang masa depan dan mereka akan jauh dari kemalangan” sepertinya cukup mewakili ajaran kebajikan dalam kehidupan yang terkandung dalam buku ini. Dan sepertinya masih relevan untuk dijadikan petuah di masa sekarang.

Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1880. Aneka ragam versi juga sudah beredar dengan luas. Novel ini juga yang menginspirasi dibuatnya sekuel film Heidi. Di Goodreads bisa ditemukan 270 versi. Setelah sekian lama, tetap saja buku ini menarik untuk dibaca. 

Kita akan ikut terbawa menikmati segarnya udara pengunungan, bau harum hamparan rumput yang luas, hangatnya sinar matahari, serta nikmatnya susu kambing yang diperah langsung. Setelah seharian penat dengan rutinitas sehari-hari, buku ini seakan membawa kita berekreasi ke alam bebas.

Jadi penasaran, setelah Alice in wonderland, Heidi, P of the Opera, semuanya kisah klasik yang tidak lekang oleh jaman, Ataria akan menerbitkan apa lagi yah...?

Note :
Judulnya menggoda...? Heidi versi penerbit Atria
Sekedar iseng, saya mencoba membaca Heidi versi Bentang
keduanya mucul hanya dalam selisih hari
Penasaran...penasaran..penasaran

Azazil, Godaan Raja Iblis: The Arabic Da Vinci Code

Judul asli: Azazil, Godaan Raja Iblis
Pengarang: Youssef Ziedan
Penerjemah: M. Aunul Abied Shah
Penyunting: M. Irfan
Halaman:574
Penerbit: PT Serambi Ilmu Semesta
Rating: 5/5

"Lembaran manuskrip ini berisi sebuah buku yang kuwasiatkan agar diterbitkan sesudah kematianku Ini karya terjemahanku yang kuupayakan sebisaku agar sesuai aslinya, berasal dari sekumpulan lembaran perkamen yang ditemukan sepuluh tahun lalu di puing-puing kota tua yang berlokasi di barat laut kota Aleppo di Suriah. Membutuhkan tujuh tahun untuk menterjemahkan manuskrip ini dari Bahasa Suryani ke Bahasa Arab. Namun kini, setelah terjemahan selesai, saya menyesal sudah bersusah payah melakukannya"

Saya butuh 2 hari untuk menuntaskan buku ini. Isinya benar-benar membuat saya terpesona. Saya harus memperlambat kecepatan saya membaca agar bisa lebih memahami berbagai ungkapan makna yang tersirat serta memahami filsafat yang diuraikan.

Buku ini terwujud dari hasil negosiasi seorang pendeta Hypa dengan Azazil adalah raja iblis yang diusir Tuhan dari surga karena membangkang. Hypa setuju untuk menuliskan kisah hidupnya dalam waktu 40 hari dengan harapan sesudah ia selesai menulis maka Azazil mau membiarkannya hidup tenang.

Dalam proses tulis-menulis tersebut, banyak hal yang ingin ditulis Hypra ditentang oleh Azazil. Namun ada juga saat Azazil merayu Hypa untuk menuliskan kisah menurut versi Azazil. Termasuk menuliskan rahasia kelam hidupnya serta pikiran-pikiran terlarangnya yang sesat menurut gereja. 

Hypa hidup pada masa pergolakan iman Kristen di abad kelima Masehi. Saat itu terjadi pertentangan antara berbagai aliran gereja menyangkut konsep-konsep sakral, termasuk soal Trinitas dan ketuhanan Yesus, yang kemudian berpuncak pada serangkaian tragedi kekerasan yang mengatasnamakan Tuhan.

Dikisahkan juga situasi serta kondisi kehidupan bermasyarakat pada saat itu, dimana semua yang bersinggungan dengan gereja akan dianggap musuh. Salah satu yang mengalaminya adalah Hypatia yang sering dijuluki Mahaguru Abad Ini.

Ia mengalami peyiksaan dari pengikut gereja, tubuhnya dikuliti lalu dipotong empat! Empat potong tubuh itu kemudian dilemparkan ke tempat yang sekarang menjadi lokasi pembuangan sampah. Meski tubuhnya sudah terbelah empat, Hypatia masih hidup. Dia siuman ketika api mulai membakarnya. 

Teriakan terakhirnya membahana sebelum dia diam untuk selamanya; seakan-akan langit kerajaan Tuhan menyerap habis erangan kesakitan yang keluar dari mulutnya yang pernah mengajarkan keagungan filsafat kepada manusia.

Sebagai bumbu, dikisahkan juga cinta terlarang antara Hypa dengan dua wanita jelita. Oktavia yang penyembah berhala dan Martha sang penyanyi gereja. Sepertinya perlu dituliskan ini novel untuk dewasa. Walau tidak berkesan porno, namun banyak adegan syur yang terjadi. 

Misalnya saat tiga hari tiga malam Hypa bersama Oktavia, ” Aku pun semakin merasa bahwa aku sekarang sedang tersasar di belantara tubuh Oktavia. Aku sekarang sedang tenggelam dalam arus sungainya yang menyeret deras… Dia mengepungku dari semua penjuru, sebagaimana samudra yang luas mengepung daratan dari segala arah”.

Atau pada kalimat, ” Dan kemudian, terjadilah apa yang lazim terjadi antara sepasang lelaki dan perempuan ketika mereka mencampakkan tabir rasa malu”

Biasanya saya tidak pernah tergoda komentar orang mengenai buku. Cuman saat saya membaca kalimat-kalimat berikut: 
“Azazil adalah buku paling berbahaya bagi keimanan Kristen.”
—Kardinal Besyaway, Sekretaris Umum Kepala Gereja Ortodoks Koptik Mesir

“Sebuah novel yang mendobrak sakralitas.”
—Jurnal Al-Qahirah, Mesir

“Azazil adalah karya sastra yang tiada tanding.”
—Koran El-Ra`y, Yordania

Saya jadi tergoda untuk membacanya. Uatu keputusan yang tidak salah!

Dibuku ini, juga ada sepenggal kalimat yang sangat saya suka, “Sesungguhnya tidur adalah anugrah Tuhan yang tiada terkira. (hal 73)” Sebagai orang yang selalu berusaha memanfaatkan waktu luang dengan tidur, jelas saya mendukung pernyataan ini.

Xar & Vichattan : Takhta Cahaya, Saat Nasib Dunia Berada di Tangan Empat Anak

Judul asli:Xar & Vichattan : Takhta Cahaya
Pengarang: Bonmedo Tambunan
Penyunting: Lutfi Jayadi & Ratri Adityarani
Halaman: 312 hal
Penerbit: Adhika Pustaka
www.adhika-pustaka.com
Rating: 4/5

Seharusnya saya bertindak mengikuti kata hati! Belakangan ini saya sering mengacuhkan insting saat membeli buku. Padahal sudah beberapa kali terbukti insting saya benar, keragu-raguan membeli malah merugikan saya. 

Buku ini sempat dilirik saat acara Bedah Buku Feel di Gramedia Pejaten Village. Namun sayang, buku yang ditemukan di antara buku lain yang bukan sejenis kondisinya memprihatinkan. Belum lagi melihat format tulisan yang relatif kecil sedangkan spasinya lumayan besar, serta posisi sisi kanan dan kiri yang kurang proposional, membuat saya mengurungkan membeli buku ini.

Namun, rupanya buku ini masih "menggoda" saya. Saat ada diskon besar di salah satu toko buku, lagi-lagi tumpukan buku ini menggoda saya. Saat meminta rekomendasi ke teman-teman, jawabnya malah kian membuat ragu. Walau saya sudah menangkap ada sesuatu yang spesial, rupanya insting musti kalah dengan gengsi....

Siapa mengira, rupanya buku ini berjodoh dengan saya. Saya malah menerima buku ini sebagai hadiah ulang tahun yang terlalu cepat dari penulisnya. Dan insting saya terbukti benar, ada yang spesial mengenai isi cerita ini.

Ceritanya memang termasuk genre fantasi. Ini merupakan buku pertama, sementara buku kedua menurut pengakuan pengarangnya sedang mengalami pematangan alur cerita. 

Tokoh dalam kisah ini adalah anak-anak. Antesa, cucu biarawati agung Mirell serta Dalrin, putra Terma uv Elain dari Kuli Xar bersama dengan Kara au Yamenti cucu pendeta agung Magdalin au Yamenti dan Gerome op Karlan ditunjuk sebagai ahli waris Kuil Cahaya .

Tugas mereka tidaklah mudah, mereka harus membangkitkan kejayaan Kuil Cahaya guna membantu Kuil Xar dan Vichattan menghadapi Kuil Kegelapan. Bayangkan, empat orang anak yang usianya masih muda harus mengemban tugas yang sangat berat. Belum lagi musuh yang mereka hadapi memiliki kemampuan yang jauh diatas mereka.

Sebenarnya, jika boleh memilih, saya akan memilih menjadi warga kota Viachattan yang dikenal sebagai Kota Biru. Viachattan dikelilingi oleh tembok raksasa yang tebal dan kokoh. Tembok itu mempunyai menara-menara sihir disepanjang tubuhnya, yang masing-masing dilengkapi oleh kristal raksaksa yang siap menembakkan sihir mematikan. Di depan pintu setiap rumah, anak-anak tangga melayang di udara tanpa ada yang menyangganya. bagunan di kota itu hampir seluruhnya berwarna biru.

Penyihir Vichattan mengambil kekuatan energi disekitar mereka. Mereka terlatih untuk merasakan dan mengenali energi utama yaitu energi api, air , udara dan bumi.

Inti kekuatan sihir Kuil Xar adalah rasa percaya bahwa di dalam diri setiap makhluk terpendam kekuatan magis yang dasyat, yang tanpa kita sadari telah membentuk dan memberi kehidupan. Maka penganut ajaran Kuil Xar berlatih keras mengontrol diri dan pikiran agar dapat merasakan, meraih serta mengatur kekuatan yang tersembunyi tersebut,

Perjalanan mereka membangun Kuil Cahaya tidaklah mudah, sebelum membangun Kuil Cahaya, mereka harus terlebih dahulu membangunkan roh cahaya yang tertidur saat Kuli Cahaya hancur. Mereka harus membangunkan Pietas sang rusa serta Amor sang angsa. 
Dalrin berpasangan dengan Kara bertugas membangunkan Pietas, sementara Antessa dan Gereme bertugas membagunkan Amor

Sekilas, buku ini mengingatkan saya pada petualangan Alvatar dengan 3 sahabatnya,Katara, Saka dan Taf (gimana nulisnya ya..) Setiap anak (kecuali Saka) mempunyai keahlian menguasai elemen dasar kehidupan. Katara menguasai elemen air, Taf menguasai elemen bumi, sedangkan Aang, sebagai Alvatar harus belajar menguasai keseluruhan elemen, walau elemen dasarnya adalah udara.Para penyihir dari Kuil Vichattan mengingatkan pada kemampuan yang dimiliki oleh Katara, Saka dan Aang.

Para penyihir dari kegelapan, mengingatkan pada kisah Lord of The Ring. Walau penampilan fisik mereka menyerupai para pelalap api dari Harpot.Buku ini menemani saya yang susah tidur di malam hari akibat efek obat yang memutar balikan dunia. Kalo besok saya masih flu gara-gara begadang menuntaskan buku ini, Boni sepertinya harus ikutan bertanggung jawab he he



The Death to Come:Petualangan Mengungkap Masa Depan

Pengarang  Tyas Palar
Penyunting: Tantrina Dwi Aprianita
Halaman: 354
Penerbit: Imania
Rating: 4/5

Tyas sukses ngerjain saya!

Di halaman 5 ada kalimat "...maka lakukanlah hal yang saya lakukan ketika saya menulisnya-manfaatkanlah perpustakaan dan toko buku".

Melihat adanya beberapa kata yang diberi tanda sementara tidak nampak catatan kaki, saya merasa jangan-jangan kata-kata itu harus dicarikan artinya diperpustakaan, toko buku atau internet. Belum lagi komen Mas Koen yang telah beberapa kali mengerjai saya dengan novelnya.

Ternyata memang buku ini bersih dari catatan kaki, beda dengan salah satu buku yang catatan kakinya lebih dari setengah halaman. Yang ada catatan di akhir bab! Artinya saya tidak perlu mencari kata-kata tersebut di perpustakaan, toko buku atau internet.

Dulu saya suka iseng membaca secara acak lembar-lembar buku baru hingga tak jarang keasykan membacanya berkurang. Makanya saya meninggalkan kebiasaan buruk itu hingga tidak tahu ada "Catatan Akhir" di tiap bab

Buku ini mengisahkan perjalanan Edward Twickenham (bukan nama asli), Ivan Eidfjord, Junda,serta Tariq mencari Myrddin guna mendapat bantuan untuk mengartikan kilasan masa depan yang diperoleh Ivan. Myrddin memang penyihir yang fenomenal. 

Namanya sering disebut diberbagai kisah dengan latar belakang masa lalu dan mengilhami banyak kisah dimasa depan. Salah satu buku chicklit malah menggambarkan Myrddin masih hidup hingga saat ini.Myrddin mungkin bukan nama yang dikenal umum, itu nama asli dari penyihir besar Merlin.

Hanya saja, setelah mendapat penjelasan mengenai arti kilasan masa depan yang diperoleh Ivan, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Karena Dewan penyihir telah menggariskan larangan untuk tidak mencampuri urusan manusia. Merlin sendiri tidak mau melakukan apa-apa walau bisa karena ia tidak ingin menahan laju atau merubah sejarah.

Latar belakang yang menceritakan saat penyihir diburu dan dibunuh tergambar dengan jelas. Rasa kesedihan yang dialami Edward juga tergambar dengan jelas, misalnya saat melihat sebuah mayat yang digantung karena dituduh sebagai seorang penyihir pada kalimat, " Jenasah itu terlihat amat menyedihkan, kesepian di tengah-tengah padang rumput itu, hanya ditemani bunga-bunga elder yang berwarna putih dan kuning".

Selain menggambarkan para tokoh dengan segala keahliannya. Tyas juga menitipkan pesan bahwa penyhir pada dasarnya juga memiliki sifat manusia. Lihat saja pada kalimat, "Para penyihir bukan hanya mengalami perlambatan penuaan fisik, tapi juga pendewasaan jiwa Makanya meskipun sudah hidup ratusan tahun, banyak antara mereka yang tidak juga bertambah bijak".

Di buku ini, saya juga berkenalan dengan salah satu makhluk dunia sihir, Tylwyth Teg, yang menjadi bumbu penyedap cerita. Dapat tambahan informasi baru dari membaca.

Kisah yang menarik, membuat tak ingin meletakkan sebelum selesai dibaca. Kalaupun ada yang menganjal, hanya salah ketik pada halaman 34 paragraf kedua.

Sebenarnya buku ini sudah diincar saat acara diskon besar disebuah toko buku, hanya saja saat itu saya kehabisan . Tidak disangka, saat acara bookclub GRI yang lalu, saya malah bertemu Tyas jadi  langsung nodong tanda tangan. Pesan singkatnya. "Thank you, I hope you enjoy the adventure" sepertinya tidak salah, saya benar-benar enjoy....

Kira-kira kapan yah buku duanya keluar.....?
Penasaran ingin tahu bagaimana perjalanan kisah para penyihir itu. Buat penggemar dunia sihir dan fantasi, buku ini sepertinya layak untuk dibaca

Akkadia, Gerbang Sungai Tigris: Pertempuran dan Cinta Sang Terpilih

Judul asli: Akkadia
Pengarang: R.D Villam
Penyunting: Arie Prabowo dan Bonmedo Tambunan
Halaman: 391
Penerbit: Adhika Pustaka
www.adhika-pustaka.com
Rating:4/5

Akulah Sang Terpilih
Akulah Sang Terkutuk


Suka atau tidak, Naia Kashavi, putri Talbrim, Raja Kazaala harus menerima takdirnya menjadi pemegang kekuasaan tertinggi sejak ayah dan kakaknya meninggal dalam medan laga. Walau baru berusia sembilan belas tahun, namun dengan postur tubuh yang kecil ia sangat pandai menggunakan pedang. Ia membawa rakyatnya yang selamat menyeberangi Sungai Tigris dan berlindung dari pasukan Akkadia di Negeri Elam

Akkadia merupakan sebuah kekaisaran yang didirikan Sargon tahun 2334 SM merupakan kekaisaran multietnis pertama di dunia dan merupakan bangsa berbahasa Semitik pertama yang tercatat dalam sejarah. Hancur pada tahun 2250 akibat serbuan bangsa Gutia.

Guna memenangkan pertempuran, Putri Naia memakai bantuan Davagni, makhluk terkutuk dari dunia kegelapan. Walau tindakannya itu mendapat tantangan dari banyak pihak, namun tidak bisa  di pungkiri, Davagni benar-benar menunjukkan kegunaannya dalam memberantas musuh.

Dalam pertempurannya, Putri Naia juga dibantu oleh banyak pihak. Antara lain oleh Teeza, pejuang wanita yang gagah berani serta Ramir sang penyembuh dengan bakat yang aneh, menjelajahi mimpi serta berbicara dengan kucing peliharaannya. 

Pertempuran itu juga melibatkan Ishtaran, kaum wanita pendeta Kuil Ishtar. Para gadis berjubah merah di masing-masing tangan mereka terpancar sinar jingga menyilaukan. Kekuatan magis mereka memiliki unsur api. Tak ketinggalan gharoul, makluk dari dunia kegelapan yang membutuhkan darah manusia untuk bertahan hidup.

Pertempuran yang berlangsung tidak seimbang, membuat Putri Naia mengerahkan seluruh kekuatannya. Sang putri berlutut dengan tangan mencekram tanah. Dari dalam tubuhnya memancar cahaya merah yang jauh lebih terang dan menyilaukan.   Kepalanya mendongak, dan tak sampai sedetik sinar merah terpancar dari sepasang bola matanya. Sinar merah itu dengan cepat membinasakan prajurit Akkadia

Semula novel ini saya kira hanya menyampaikan pesan moral bahwa bagaimana juga kejahatan akan kalah oleh kebaikan. Namun ternyata ada unsur-unsur lain yang juga diracik apik oleh pengarangnya. Keyakinan akan kebesaranNya serta keyakinan hanya untuk memohon bantuan kepadaNya juag dihadirkan dalam wujud yang apik tanpa ada kesan menggurui.

”Erathek idiqlatta touraki tiri” Merupakan doa yang diucapkan oleh Ramir
“Arante rei kui tanara
Arante rei eis tadira
Uis kisa ren entara, kuiva
Uis tera din eidara, eista
Arante, rei


"Tuhan, kepadaMu aku berlindung, kepadaMu aku kembali. Bawalah aku ke sisiMu. Matikan aku dalam cahayaMu. Aku Percaya” Merupakan doa yang diucapkan Teeza saat dalam pertempuran berada dalam posisi terdesak.

Secara keseluruhan buku ini bisa membuat imajinasi saya bergerak bebas menjelajahi alam fantasi. Jalan ceritanya benar-benar berbeda, konflik yang ada diramu dengan cantik. Penyelesain masalah juga tidak berkesan dipaksakan. Cover dengan dua sisi kontras juga mengingatkan pada beberapa buku dan game on line.

Sebagaimana umumnya sebuah buku, pastilah ada kesalahan dalam tatabahasa. Namun ketegangan yang disajikan dengan apik membuat saya mengabaikan kesalahan itu. Hingga pada halaman 369, sebuah kesalahan pengetikan nama membuat saya harus membolak-balik beberapa halaman di depan.

Disana disebutkan bahwa terjadi pertempuran sengit Teeza dan Nergal. Pedang Nergal seharusnya menyentuh tubuh Teeza dan mendadak terpental. Namun disana tertulis Zylia bukan Teeza.

Penulis memang merupakan wajah baru, walau ini bukan tulisan pertamanya. Sangat salah jika mengira membaca buku pertamanya akan mendapat kesan hambar, setidaknya menghasilkan tulisan standar yang mudah ditebak jalan ceritanya. 

Beberapa tokoh yang semula saya kira adalah pahlawannya justru hanya mendapat porsi sebagai pelengkap. Sedangkan tokoh yang semula digambarkan dengan sambil lalu justru belakangan berubah menjadi tokoh jagoan. 

Uraian terinci mengenai pertempuran membuat saya merasa ngeri. Kekuatan dan kelicikan Davagni, mahluk dari dunia kegelapan yang memiliki nama indah mampu membuat cerita kian menengangkan.

Bagi saya, tingkat kesulitan buku ini nyaris menyamai seri The Thunnel. Banyak tokoh serta tempat terjadinya suatu peristiwa. Saya sangat tertolong dengan adanya glossarium yang menghabiskan 7 halaman di bagian akhir buku. 

Jika sesaat saya lupa dengan siapa tokoh yang sedang diceritakan atau lokasi yang disebut, tingal mengintip glossarium maka cerita akan mengalir kembali dengan cepat.

Yang membuat penasaran justru peristiwa kecil di akhir cerita. Dimana diceritakan perpisahan antara Ramir dengan Teeza. Ramir mengucapkan janjinya, ”Setiap tahun, lima tahun dari sekarang. Kau mungkin tidak datang di tahun pertama, maka aku akan datang dan menunggu lagi di sini, ditahun berikutnya. Lalu jika kau tidak datang juga maka aku menunggu lagi di tahun berikutnya. Dan di tahun kelima-sepuluh tahun dari sekarang-jika kau tetap tidak datang, maka akulah yang akan mencarimu ke utara, dan kau tidak bisa menolak”.

Adegan ini mengingatkan saya pada beberapa film. Kalau ini buku dengan genre roman, maka saya akan teringat film India. Namun karena ini merupakan sebuah buku fantasi dengan tema laga, maka saya jadi teringat kalimat perpisahan yang sering diucapkan oleh para jagoan bela diri di akhir cerita. Sang jagoan akan mengucapkan kalimat perpisahan sambil memandang kekasihnya yang berjalan menuj ke arah matahari tenggelam!

Atau...., bisa juga ini merupakan sebuah strategi cerdik dari penulisnya guna mengundang rasa penasaran pembaca, sekaligus melihat bagaimana respon pasar. Jika novel ini diterima, maka bukan tidak mungkin akan ada sebuah buku yang berkisah mengenai Ramir dan Teeza. Namun jika tidak, imajinasi pembaca dibiarkan bebas membentuk sebuah cerita sendiri.

Imajinasi saya mengenai Ramir dan Teeza.....

Frankenstein: Kala Rasa Ingin Tahu Menjadi Teror Menakutkan

Pengarang: Mary Shelley
Alih Bahasa: Anton Adiwiyoto
Halaman: 312
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

*Thx buat Vera yang sudah rela meminjamkan buku baru ini*

Frankenstein yang kukenal pertama kali adalah melalui film kartun jaman anak-anak. Diperlihatkan sebagai sosok yang tinggi besar, bodoh, memiliki kuping dari gabus tutup botol, berpakaian hitam serta memiliki wajah yang buruk. Karakter yang diperlihatkan adalah jahat.

Namun, membaca buku ini, imageku tentang Frankenstein berubah total. Frankenstein justru adalah nama pembuat makhluk yang sering digambarkan dalam film kartun yang ku tonton. Sedangkan yang sering disebut sebagai Frankenstein justru malah tidak memiliki nama.

Rasa keinginantahuan serta haus akan ilmu pengetahuan terutama keingintahuan akan susunan tubuh manusia, membuat Frankenstein mengaduk-aduk tanah kuburan yang lembab, mengumpulkan tulang dari tempat penyimpanan mayat dan menciptakan sosok makhluk yang menakutkan. Belakangan ia sendiri justru mengalami ketakutan yang sangat akan ciptaannya itu

Makhluk ciptaannya memiliki tinggi sekitar 2 meter dengan bagian tubuh yang serba besar. Kulit tubuhnya berwarna kuning yang hampir-hampir tak bisa menyembunyikan jaringan otot dan pembuluh darah di bawahnya. Rambutnya sehitam beledu panjang dan lebat, giginya seputih mutiara, matanya berkaca-kaca. Wajahnya berkeriput dan bibirnya yang lurus berwarna hitam.

Ciptaannya itu terus mengikuti dirinya bagai bayangan demi menuntut kebahagian, serta sikap protes akan rasa sakit yang dideritanya akibat diciptakan. "Terkutuklah saat aku menerima kehidupan! Pencipta terkutuk! Mengapa kau ciptakan makhluk yang begini mengerikan sehingga kau sendiri membuang muka karena jijik?"

Kehilangan keluarga dan sahabat, menambah rasa bersalah dalam diri Frankenstein. Frankenstein hingga akhir hayatnya harus hidup dalam penyesalan menciptakan mahluk yang menakutkan. Sisa hidupnya dihabiskan dalam amarah serta dendam dalam perburuan mengakhiri ciptaannya itu.

Ilmu pengetahuan memang luas tiada batasnya, namun ditangan yang benar, ilmu pengetahuan bisa bermanfaat. Sementara di tangan yang salah bisa menjadi bencana.

Buku ini ditulis tahun 1816, lalu dua tahun kemudian 11 Maret 1818 beredar secara resmi. Ini merupakan salah satu karya yang abadi. Isinya buku ini justru sedikit menampilkan kekerasan seperti yang sering ditampilkan tokoh Frankenstein pada film  kartun, namun lebih banyak pada pergulatan bathin Frankenstein serta mahluk ciptaannya. 

Kata-kata indah dan bijak dengan makna dalam banyak terdapat dalam buku ini dan mengalir dengan apiknya.Berbagai versi buku ini sudah beredar di seluruh penjuru dunia.

The Girl Who Played With Fire : Sepak Terjang seorang gadis

Pengarang: Stieg Larsson
Penerjemah: Nurul Agustina
Penyunting: Nur Aini
Halaman: 904
Penerbit: Qanita (PT Mizan Pustaka)
Rating:4/5

Akar dari sebuah persamaan adalah sebuah bilangan yang jika dimasukkan ke dalam persamaan akan mengubah persamaan menjadi sebuah identitas. Akar tersebut dikatakan memenuhi persamaan, Memecahkan sebuah persamaan sama saja dengan mencari semua akar-akar persamaan tersebut. Sebuah persamaan yang selalu benar, untuk berapa pun nilai variabel yang ada di dalamnya, disebut sebuah identitas

(a+b)2 + a2 + 2ab+b2



Untuk seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan formil yang tidak terlalu tinggi, kemampuan analisis dan matematika Lisbeth Salander sungguh menakjubkan. Ia bisa dengan cepat memecahkan persamaan yang rumit. Bahkan bacaannya belakangan ini adalah Dimensions in Mathematics karya Dr. L.C Parnault

Setelah Skandal Wenerström, sepertinya Salender ingin menjauh dari kehidupan Blomkvist. Ia mengubah nomer teleponnya, serta tidak menjawab e-mail. Bahkan saat tanpa sengaja berpapasan di sebuah stasiun kereta api, Salander seakan tidak mengenal Blomkvist. Persahabatan mereka sudah berakhir!

Kehidupan Salander ternyata tidak setenang yang dibayangkan orang. Dianggap sinting, punya kecenderungan membunuh, gila dalam arti sebenarnya, pembuat onar yang tidak pernah berpikir panjang serta dianggap s#u#n@*l. 

Ia juga  harus berurusan dengan Blomkvist, penjahat bersama Nils Bjurman yang kebetulan adalah walinya, lalu seseorang misterius yang dikenal dengan nama Zala. Belum lagi dirinya dicari sebagai tersangka dari tiga kasus pembunuhan yang tidak dilakukannya.

Dag Svensson serta Mia Johansson dibunuh sesaat setelah bertemu dengan Salander. Mereka berdua sedang meneliti mengenai trafficking. Hasil penelitian Mia akan berguna guna menyelesaikan program doktornya, sementara Dag berencana menerbitkannya dalam sebuah buku, yang rencananya akan diterbitkan oleh Millennium.

Di lokasi kejadian ditemukan sebuah senjata api milik walinya. Namun di senjata api itu ditemukan sidik jari Salander. Polisi tidak menemukan hal-hal yang janggal di tempat kejadian, kecuali sebuah komputer yang hilang! Sebuah laptop. Pihak kepolisian menjadikan Salander tersangka utama.

Sementara itu, kebaikannya untuk mengajak Mimmi Wu tinggal di apartemen mewah miliknya tenyata malah mengakibatkan sahabatnya itu celaka. Selain harus menjawab pertanyaan dari pihak kepolisian, dijadikan sasaran target oleh para wartawan, terutama saat tersebar ia adalah pacar l3sbinya Salander, ia juga nyarik kehilangan nyawa!

Buku ini seakan biografi dari Salander. Banyak sisi lain dari dirinya yang diungkapkan dengan gamblang. Selain memang sudah dikenal sebagai jago komputer serta memiliki photographic memory, disini kehandalannya dalam seni beladiri bertinju terbukti menyelamatkan jiwanya. 

Yang tidak ketinggalan, nasib baik yang mengiringinya.Ia bisa membuat dua anggota Svavelsjö M.C perkumpulan mantan narapidana menjadi seakan setumpuk daun kering. Melawan saudara tirinya menjadi hal yang mudah, seru khan

Setiap permasalahan yang ada, ternyata bisa dipecahkan dengan mudah. Benang yang kusut bisa diuraikan dengan cepat. Mulai halaman 720-an setiap misteri menemukan jawabannya Benar-benar membuat penasaran.

Di beberapa negara,buku ini telah meraih best seller. Seandainya sang pengarang masih hidup, mungkin ini bisa menjadi kisah seri yang selalu dinantikan.

Ingatlah selalu pesan Lisbeth Salander, " Tidak ada orang yang tidak bersalah. Yang ada hanyalah perbedaan derajat tanggung jawab"

Kemamang

Pengarang: Koen Setyawan
Editor: Nita Taufik
Penerbit  Goodfaith Production
Halaman: 318
Rating:5/5

”Rumah! Lihat cahaya lampu di sana! ”Seru Panji. Telunjuknya kaku mengarah ke sumber cahaya di kejauhan

”Kita selamat. Aku tahu pasti” seru Panji penuh keyakinan

Itu bukan fatamorgana, Lampu itu bergerak!

Lima belas menit lamanya mereka mematung dalam gelap ketika cahaya itu mendatangi mereka. Dalam keremangan, mereka bisa mendengar bunyi dengungan yang lemah, cahaya itu berpendar seperti berdenyut-denyut. 

Nyalanya berubah dari putih menjadi hijau Cahaya itu mengambang! Lalu bergerak dengan gemulai sebelum akhirnya menghilang. Saat akhirnya pulih dari ketakutan, ternyata mereka sudah berada di pinggir danau Bakalan, yang terletak di pinggiran desa Sumberwulih pada pukul 05.30 WIB

Keinginan untuk meneliti Harimau Jawa, membuat Hari dan Panji terseret dalam pengalaman yang tak akan terlupakan seumur hidup! Setelah pengalaman bertemu Kemamang, mereka seakan kehilangan waktu, mengalami kelelahan serta menderita insomnia, tanda-tanda psikologi dan mental bagi mereka yang pernah bertemu UFO

Panji merasakan penasaran dan kengerian misterius yang belum pernah dialaminya.Perasaan aneh itu memberinya energi berlebihan. Sementara Hari merasa menggali kembali ”bakat” yang dimilikinya.

Setelah dua bulan peristiwa yang menakutkan itu, Panji dan Hari memutuskan untuk kembali ke Danau Bakalan yang terletak di pinggiran Desa Sumberwulih. Mereka menginap di rumah Pak kades.

Menurut Pak Kades, belakangan ditemukan hewan yang mati mengenaskan dan yang hilang hanya isi perut, dan kepala tepatnya otak di dekat danau. Ditambah mitos mengenai Kemamang, bisa dibilang penduduk desa menjauhi danau tersebut.

Suatu hari, seorang anak perempuan dikatakan hilang dari rumahnya. Ia kabur melalui jendela. Seluruh warga desa, termasuk Panji dan Hari berusaha mencarinya. Dalam pencarian mereka berhadapan dengan Kemamang yang membuat mereka kocar-kacir terpisah satu dengan lainnya.

Panji dan Hari jatuh ke sebuah jurang yang dalam. Setiap usaha Panji untuk keluar ke atas selalu gagal, sementara Hari lebih memilih berdiam diri. Saat malam hari tiba, Hari melihat sekumpulan cahaya, kemamang yang menghampiri mereka. Jarak antara Heri dan Panji dengan Kemamang yang mengambang setinggi 1 meter hanya 2 meter!

Hari dengan berani menatap cahaya yang ada di depannya. ”Aku bukan musuhmu. Kau tidak berbahaya”, katanya dalam hati.Terjadi dialog secara telepati antara Heri dan Kemamang

”Jangan takut. Kamu tidak akan disakiti”

”Siapa kamu?”

” Patroli ke-16 Kemamang”

Kemamang ternyata diciptakan untuk menghalau mereka yang mendekati danau! Di dekat danau hidup hewan yang kabur dari laboratorium milik pencipta Kemamang. Hewan itu mengalami mutasi. Kontaminasi pada benih bekunya membuat ia tidak terkendali. beradaptasi dengan cepat

Fakta-fakta yang diperoleh oleh Heri dan Panji adalah; pertama bertemu Kemamang dan kehilangan waktu, kedua, kejadian ternak yang hilang dengan jeroan yang terkuras habis, ketiga serangan ternak ditepi danau, keempat anak yang hilang. Fakta-fakta tersebut malah membuat mereka makin bingung menghadapi misteri yang ada dihadpan mereka.

Saat desa sedang heboh dengan penemuan mayat di tepi danau, datang 2 orang yang mengaku dari LIPI dan tertarik untuk meneliti keanehan yang terjadi di desa tersebut. Wajah dan bentuk tubuh yang terlalu sempurna, membuat Heri merasa curiga.

Belakangan salah satu dari mereka, Budiman memberitahukan banyak hal. Telunjuk Budiman menyentuh keningnya, sentuhannya sedingin es. Jari-jari Budiman memanjang. Ia seakan melihat pemutaran film mengenai hewan yang diburunya

Hari mendapat alat komunikasi berbentuk kalung persegi enam. Di bagian tengahnya terdapat lingkaran dengan permukaan yang terdiri dari segi 6 kecil-kecil. Untuk menggunakannya cukup menekan bagian tangah.

Hewan-hewan tersebut ternyata berevolusi dengan cepat. Hewan itu menitipkan telurnya dalam tubuh manusia. Orang yang dititipi telurnya akan merasa lemas. Salah satu korbannya adalah Budi. Yang terkena saat sedang ikut mencari anak-anak yang hilang menuju danau.

Budi tiba-tiba menggelepar, kejang-kejang dan bergetar hebat. Perutnya menggelembung, giginya gemeretuk menahan sakit. Terdengar suara sobekan, ternyata berasal dari perutnya! Sobekan semakin besar, darah mengucur dengan deras . Dari perut yang terkoyak menggelinding seonggok benda lunak dengan lapisan tembus pandang. Wujud aslinya segera nampak, bayi-bayi Augupta Chezeni.

Bertempuran kian menegangkan! Apalagi hewan buas raksaksa bermulut buaya ternyata mengembangkan alat-alat tambahan di atas kepalanya persis seperti ikan yang hidup di dasar laut yang gelap saat memancing ikan-ikan kecil mendekati antenenya. Jumpa-jumpai tentakel yang panjang dengan ujungnya yang dapat berpendar dalam kegelapan

Membaca buku ini mengingatkan pada penggalan Film Allien, ET, dan Contact yang digabung menjadi satu dan diramu dengan mitos yang sudah mendarah daging di beberapa kota. Kita juga seakan diajak membaca buku ensiklopedia mengenai dinasaurus dan rekan-rekannya.

Ilustrasi yang disajikan benar-benar memikat! Walau saya sempat mengucapkan kata "semprul" yang secara hafiah menandakan rasa kesal saat membaca penjelasan bagaimana cara Heri dan Panji mengalahkan makhluk tersebut.

Jadi penasaran, yang saya lihat di Desa Tirip itu apa yah....?

Diantara persaingan Tante Kunti dan Om Ponco di rana industri buku dan film, Koen Setiawan menghadirkan Kemamang, yang menurut catatan masih berada dalam lingkup keluarga besar makhluk lainnya. Koen Setiawan benar-benar meninggalkan rana anak-anak dalam meramu Kemamang.

Jadi siapa yang menciptakan Kemamang?
Bagaimana cara menyalahkan hewan yang berevolusi dengan cepat?
Silahkan baca sendiri bukunya....

Saran membaca :
1. Jangan membaca di tempat gelap
2. Jangan membaca disaat sendiri
3. Tidak disarankan untuk yang lemah jantung

Daddy-long-legs:Surat-surat untuk Donatur Misterius


Pernah membaca tentang David Copperfield, Ivanhoe, Robinson Crusoe? Atau kisah tentang Cinderela dan Alice in Wonderland? Jika pernah, maka anda lebih beruntung dari pada Jerusha Abbot, yang lebih suka dipanggil Judy. Hingga remaja, ia belum pernah membaca mengenai hal tersebut. Namanya saja diambil dari buku telepon dan nisan orang yang telah meninggal.

Judy adalah seorang gadis berusia 16 tahun yang hidup di Panti Asuhan John Grier. Seharusnya usia maksimal untuk tetap tinggal di panti adalah 14 tahun, berarti Judy udah melewati umur maksimal, sudah kadaluarsa untuk tinggal di panti! 

Banyak peristiwa yang terjadi selama ia tinggal disana, misalnya saat melarikan diri saat berusaha kabur di usia 9 tahun karena tak mampu menahan lapar lalu mencuri kue kering ketika harus mengambil pisau di dapur

Karena prestasi sekolahnya yang gemilang terutama dalam hal tulis-menulis, seorang donator bersedia membiayai biaya pendidikannya. Persyaratan yang diajukan juga sangat sederhana, walau sedikit aneh. Judy hanya perlu menulis surat yang berisikan laporan kemajuan yang telah dicapai beserta detail kehidupan sehari-hari. Surat-surat harus dialamatkan ke Mr. John Smith sebagai nama alias, yang kemudian akan dikirim melalui sekretarisnya.

Untuk pertama kalinya ia merasa dibutuhkan ”Saya sering sekali memikirkan Anda selama musim panas ini. Karena ada yang menaruh minat pada saya setelah sekian lama,saya merasa seperti menemukan keluarga saya. Saya seolah-olah menjadi milik seseorang, dan rasanya sungguh menyenangkan”

Judi tidak pernah mengenal siapakah sosok Mr John Smith sebenarnya. Selain dianggap tidak menyukai anak perempuan, ia hanya sempat melihat bayangannya saja saat meninggalkan panti asuhan.

Bayangan itu memiliki tungkai kaki dan lengan yang sangat panjang, yang menjulur di sepanjang lantai dan terus merambati dinding koridor. Bentuknya mirip laba-laba berkaki panjang yang bergoyang, dalam Bahasa Inggris disebut daddy-long-legs. 

Berbagai pertanyaan seputar wujud fisik yang diajukan melalui surat tidak pernah dijawab Mr. John Smith. Demikian juga dengan pengelola panti. Ia sama sekali tidak bisa membayangkan bagaimanakah wujud asli daddy-long-legs.

Tak terasa, Judy sudah masuk universitas. Terlihat sekali Judy sangat menikmati kehidupan barunya di universitas. Belajar dengan tekun, mengikuti perlombaan, dan berkumpul bersama teman-temannya. 

Perkembangannya pelajarannya juga sangat pesat, surat-suratnya mulai disisipi tulisan  dalam Bahasa Perancis, tata cara penulisan untuk tugas, menghayal menjadi tokoh tertentu. Judy juga merasakan asyiknya membelanjakan uang sakunya untuk keperluan pribadi dan mendapat kembaliannya.

Perkembangan kepribadian Judy juga terlihat. Ungkapan-ungkapan yang ditulisnya dalam surat, menunjukkan kedewasaannya. Beberapa kalimat berikut ini menunjukkan kedewasaan Judy, "Kita membutuhkan karakter yang kuat bukan cuma untuk menghadapi masalah-masalah besar dalam hidup ini. Setiap orang bisa bertahan terhadap terpaan krisis dan hantaman tragedi dengan keberanian. Namun, untuk mampu menghadapi gangguan-gangguan kecil sehari-hari dengan gelak tawa—menurut saya hal itu benar-benar membutuhkan semangat baja” Atau pada kalimat, ”Yang terpenting bukanlah kenikmatan-kenikmatan berskala besar, melainkan bagaimana kita mampu mengeskploitasi yang kecil-kecil secara maksimal”

Saat mendapat kesempatan megunjungi rumah temannya Sallie, ia merasa sangat bahagia. Rasa keinginan tahuannya tentang bagaiman rasanya tinggal di rumah yang megah terjawab sudah. Segala sesuatunya terasa nyaman, tenang dan membuat betah. Ia berjalan dari satu ruangan ke ruang lainnya dan menikmati semua perabotan yang ada.

Daddy-long-legs sangat menginginkan Judy menjadi seorang penulis. Dan ternyata Judy memiliki bakat dan kemauan yang keras. Kemampuan mengarangnya berkembang pesat. Judy memenangkan berbagai hadiah. Dari sejumlah uang hingga beasiswa. Bahkan ia sudah berhasil mendapat $ 1.000 untuk sebuah cerita berseri yang dijadiian 7 bagian.

Pada akhirnya, Jerusha Abbot telah berkembang menjadi seorang wanita yang terpelajar, mandiri, tetap rendah hati, serta memiliki rasa berterima kasih yang besar. Hal tersebut bisa terlihat saat ia berusaha mengembalikan beasiswanya. 

Perhatikan saja kalimat berikut, ”Jangan merasa menyesal karena anak asuh Anda ingin belajar mandiri. Anak ayam ini sedang tumbuh menjadi seekor ayam betina kecil yang penuh energi dengan kotekan penuh tekad dan bulu-bulu tebal nan indah (semuanya berkat Anda).”

Ternyata Daddy-long-legs adalah...... Kejutan yang menyenangkan untuk Judy.

Ketertarikan  membaca kisah ini diawal dikarenakan kisah ini mengingatkan pada sebuah kisah komik di masa kecil, Candy-candy. Candy diasuh oleh seseorang yang tidak ia ketahui wujudnya. Baru belakangan ia tahu siapa orang yang selama ini menjadi orang tua asuhnya.

Ternyata walau berkesan ringan, banyak pelajaran moral yang disampaikan.

Bencana Jawa 2011: Konspirasi Internasional Menghancurkan Jawa

Penulis: Yanky D.K
Editor: Mehdy Zidane
ISBN:9786028224048
Halaman:365
Cetakan: Pertama-2009
Penerbit: Ufuk Press
Rating: 4/5

Kurang dari 24 jam, sebuah bom termonuklir akan meledak dan menghancurkan Pulau Jawa. Mbah Santo Tentra, seorang supranatural dalam penerawangannya melihat awan gelap hitam pekat ada di atas Pulau Jawa, puluhan juta manusia merintih kesakitan dan penuh darah. Mungkinkah Ramalan Jayabaya yang mengatakan Pulau Jawa akan hancur dan tenggelam akan benar-benar terjadi?

Sebagai seorang yang memiliki akar dari Jawa, walau lahir dan dibesarkan di Jakarta, judul buku ini benar-benar menggelitik rasa keinginan tahu. Disaat beredar khabar heboh tentang kiamat di tahun 2012, judul buku ini jelas lebih mengkhawatirkan saya! 

Berarti jika mengacu pada judul tersebut, sebelum tahun 2012, Pulau Jawa sudah terancam oleh sebuah bencana. Dan jika bencana tersebut benar-benar terjadi, maka sebelum tahun 2012 Pulau Jawa sudah lebih dahulu hilang dari peta! Untungnya ini hanya judul sebuah novel! Walau tetap saja beberapa kemiripan lokasi, tokoh serta peristiwa menjadi sebuah catatan khusus.

Kisahnya dimulai dari Bersaudara Internasional Tbk yang pada tahun 2006 melakukan kesalahan pengeboran di Jawa Timur. Bukan gas alam yang keluar, namun semburan lumpur panas. Sementara itu, seorang menteri melaporkan kesalahan pengeboran tersebut sebagai bencana alam. Mirip kasus "itu" ya.

Honggo Kim berhasil selamat dari ledakan di dalam sumur gas setelah 8 jam. Walau secara fisik tidak ada yang berubah, namun sebenarnya terjadi perubahan komposisi DNA di dalam tubuhnya. Menurut analisa dan teori seorang dokter, DNA Honggo sekarang telah terkontaminasi dengan DNA yang sama dengan sel bakteri yang ikut keluar bersama gas. 

Selama ini bakteri tersebut hidup di dalam bumi. Partikel itulah yang terhirup Honggo dan masuk ke dalam sistem tubuhnya serta berkolaborasi dengan genetik asal tubuhnya. Efeknya adalah Honggo kebal terhadap segala jenis gas beracun.

Keadaan Honggo justru menarik banyak pihak. Di satu sisi ada pihak GESF ( Guardian of Earth Special Force) yang anggotanya terdiri dari agen intelejen lepas dengan kepentingan mengambil kristal inti gas. Pihak yang ingin menyelamatkan Pulau Jawa dan Negara NKRI. 

Sementara itu, tanpa sepengetahuan Honggo, Ibu, adik perempuan serta pembantu rumah tangga yang sudah dianggap keluarga ditahan oleh pihak yang ingin mengintimidasinya.

Kristal inti gas akan dibuat menjadi sebuah bom termonuklirXIV66 sudah ditanam disebuah lokasi. Jika bom itu meledak, tidak ada sati manusia pun yang akan selamat, dan Pulau Jawa akan hilang. Pihak yang menginginkan Pulau Jawa hancur, beranggapan dengan hancurnya Pulau Jawa, maka pulau-pulau lainnya akan lebih maju dan berkembang.

Untunglah, seorang ahli berhasil melacak lokasi bom tersebut, yaitu di Kota Magelang. Tepatnya 800 meter di bawah Candi Borobudur. Jalur menuju target adalah 100 meter di belakang Candi Pawon, dimana terdapat sebuah kanal terowongan yang menjorok mauk ke dalam tanah dengan alur menurun 30 derajat menuju candi Borobudur. 

Hasil analisa juga menyebutkan bahwa setelah kedalaman 500 meter, terowongan tersebut berada di bawah air.Setelah 550 meter, bukan lagi air, tapi lapisan tanah dan pasir. Sebuah penelitian memperkirakan kalau Candi Borobudur dibangun di atas sebuah danau dan dimaksudkan sebagai simbol bunga teratai.

Ketegangan demi ketegangan yang disajikan dalam buku ini, ditutup dengan akhir yang sungguh tidak dikira. Walau sejujurnya, sikap kepahlawanan Honggo perlu kita ajungin jempol!

Kisah yang manarik. Penulis mencoba menggugah rasa nasionalisme pembaca melalui kisah ini, sekaligus memperkenalkan situs bersejarah yang ada. Apakah ini bisa disebut sebagai kisah fantasi dengan unsur kearifan lokal?

Silver Phonix

Penulis: Cindy Pon
Penerjemah: Maria Masniari Lubis
ISBN: 9789791992626
Halaman: 389
Penerbit: Mahda Books
Rating:4/5

Monster Cacing Malam
Pencari Kehidupan
Buku Negeri-Negeri di Atas
Buku Keabadian
Buku Kematian yang memuat tentang makhluk-makhluk jahat, yang bisa dipanggil dengan suatu seni yang kelam

Hal-hal yang mendebarkan itu hanya ada di negeri Xian !

Belakangan hidup Ai Ling berubah dengan dramatis. Semula, sebagai putri tunggal keluarga terpelajar, ia mendapat banyak limpahan perhatian serta ilmu pengetahuan. Sekarang, nasib seakan berputar!

Saat perjodohan, ia harus menerima kain satin berwarna biru langit, tanda pihak lelaki menolak dirinya. Menyedihkannya lagi, penolakan itu dilakukan di muka umum, mempermalukan keluarga Ai Ling.

Saat ulang tahun ke tujuh belas, ia tidak menerima hadiah segel. Padahal sudah merupakan tradisi, setiap hari ulang tahunnya Ai Ling dan ayahnya akan pergi  membeli sebuah segel atas namanya. Belum lagi sang ayah yang pergi Istana Mimpi-Mimpi Harum, di Ibukota. Namun setelah sekian lama tidak kembali juga.

Keadaan keuangan keluarga yang kian terpuruk serta kewajiban menikah demi membayar hutang, yang belum tentu dibuat keluarganya, membuat Ai Ling nekat pergi ke ibukota menyusul ayahnya. Perjalanan yang penuh bahaya dijalaninya bersama Chen Yong serta adiknya.

Ai Ling mengkaitkan dirinya kepada pemuda itu, melempar seutas tali tak kasatmata dari jiwanya ke jiwa Chen Yong. Chen Yong ternyata adalah putra seorang selir kaisar dengan seorang diplomat yang dikirim ke istana kaisar untuk membuka komunikasi di antara dua kerajaan. 

Tidak ada yang tahu ia bukan putra kaisar, hingga ia lahir dengan rambut pirang dan mata keemasan. Sesaat setelah ia lahir, sang ibu segera menyelundupkannya ke luar istana sebelum para kasin mengetahui dan membunuhnya

Ai Ling ternyata memiliki kemampuan untuk bisa membaca pikiran seseorang. Ia bisa mendengar pikiran seseorang saat berada dalam jiwanya, dengan cara merasuki orang lain, serta memiliki kemampuan melihat mahluk-mahluk lainnya.Kemampuan itu timbul saat ia menginjak usia 16 tahun. 

Selama perjalanan, kemampuannya serta liontin yang dipakainya, berkali-kali menyelamatkan jiwanya serta Chen Yong dan adiknya. Liontin hadiah ayahnya merupakan pemberian seorang pendeta.

Di perjalanan menuju istana guna menyelamatkan ayahnya, Ai Lin menghadapi berbagai kejadian seru. Dari nyaris diperkosa seseorang yang dirasuki monster, berhadapan dengan monster yang mengambil sosok Chen Yong, hingga menaiki naga menuju Taman Istana Emas, dimana sudah berabad-abad tidak ada manusia yang dijinkan masuk.

Pemandangan di Taman Istana Emas begitu mengagumkan! Ai Ling meraih pintu dan memeriksanya dengan seksama, memaksa diri agar tidak menoleh ke belakang. Pintu diukir dengan mendetail dengan manusia berkaki tiga dan berkepala dua, kuda-kuda dengan paruh burung, ular-ular melingkar dengan wajah manusia

Disana........ Ai Ling baru mendapat penjelasan mengenai Gui Xin dan Zhong Ye. Sepasang suami istri yang satu menginginkan dirinya, sedang yang lain merupakan musuh besarnya.

Seperti juga kisah-kisah ala China lainnya, pasti bertempuran antara yang kebaikan dan yang kejahatan akan dimenangkan oleh kebaikan. Dengan kekuatan yang dimilikinya, Ai Ling membungkus jiwanya menyelubungi jiwa Zhong Ye. Membebaskan jiwa-jiwa lain yang terkurung!

Seting yang menggunakan kehidupan China kuno menguraikan dengan sempurna. Seakan-akan kita bisa melihat bagaimana tatanan rambut Ai Ling, masakan yang disajikan, busana yang dikenakan saat pernikahan. Hanya saja.. memang diperlukan imajinasi yang luas untuk lebih bisa menikmatinya.

Sebenarnya banyak filsafah yang terkandung diantara aneka kejadian yang menegangkan. Membaca buku ini seperti membaca Pearl S. Buck dalam versi fantasi. Bagaimana seorang gadis menerima keputusan orang tuanya, berbakti demi orang tua menjalani hidup sepertii yang digariskan.

Ai dalam Bahasa China berarti cinta, kasih sayang. Sosok Ai Ling memang merupakan sosok seorang gadis yang patut untuk disayangi.

Para penikmat kisah fantasi, serta mahasiswa sastra China disarankan untuk juga menikmati buku ini. Demikian juga dengan mereka yang tertarik dengan kebudayaan China.

Angela's Ashes

Jika bisa memilih, setiap anak pasti ingin dilahirkan dengan memegang sendok emas! Dilahirkan oleh seorang ibu yang berada dalam kehidupan yang mapan. Tidak perlu memikirkan apakah nanti malam mereka masih bisa makan, dimana bisa mendapatkan uang.Tidak mengenal rasa lapar dan kedinginan, tidak perlu memakai potongan ban untuk sol sepatu. Semua serba tersedia.

Frank Mc Cournt harus menerima takdirnya, dilahirkan di Bulan Agustus, akibat Peristiwa Lutut 
Gemeretar    yang terjadi antara ibunya, Angela dan ayahnya, Malachy. Belum lama Angela menapakkan kakinya di New York ia sudah terpikat oleh muka suram Malachy yang selama tiga bulan memendam sepi di penjara.

Empat bulan setelah Peritiwa Lutut Gemeretar, Malachy menikahi Angela. Walau ia sudah berniat tidak menambah anak, namun satu tahun kemudian lahirlah adik laki-laki yang juga diberi nama Malachy. Saudara sepupu Angela, berkata Angela tak lain tak bukan adalah kelinci, dan mereka tidak mau berurusan dengannya hingga ia waras lagi.

Kondisi keuangan yang morat-marit serta kebiasaan minum ayahnya, membuat Frank dewasa sebelum waktunya. Ia harus membantu ibunya untuk menjaga adik-adiknya . Tak lama anak ke tiga dan keempat lahir, anak kembar yang diberi nama Oliver dan Eugene ikut meramaikan rumah mereka.

Jenuh hidup dengan 4 orang lelaki di rumah, Angela berdoa agar mendapat seorang anak perempuan untuk dirinya sendiri. Lahirlah Margaret, sebagai perwujudan doa Angela. Seorang anak perempuan dengan rambut ikal hitam dan mata birunya mirip ibunya. Sejak Margereta lahir, Malachy sang ayah, sama sekali tidak menyentuh minuman keras, ia tampak begitu menyayangi anak perempuannya.

Namun kebahagian itu hanya berlangsung selama tujuh pekan, usia Margaret. Margaret meninggal! Terpukul karena ditinggal anak perempuannya, Angela hanya berbaring di ranjang dengan wajah menghadap dinding. Sepupunya berinisiatif menyurati ibu Angela yang segera mengirimi ongkos pulang bagi 6 orang anggota keluarga Malachy!

Kehidupan di Irlandia ternyata tidak lebih baik dibadingkan dengan New York. Saat itu Frank baru berumur empat tahun, Malachy tiga tahun dan sikembar belum genap setahun. Tidak saja pekerjaan yang didapat ayahnya, kondisi tempat tinggal mereka juga mengenaskan. 

Bahkan kasur yang mereka tiduri penuh dengan tungau. Seseorang berbaik hati mengajari cara mengusi tungau yaitu dengan memasangnya terbalik agar mereka bisa saling menggigit. Hal itu lebih hemat dibandingkan dengan cara Malachy yang mengguyur kasur dengan air panas, mengakibatkan persediaan batu bara yang sudah sedikit menipis dengan cepat!

Kemiskinan yang menyebabkan mereka kelaparan, sepertinya sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Suatu hari Frank mendapat tugas mengantar makan siang dari rumah neneknya untuk Bill Galvin di Dock Road. Untuk kerjanya ia dibayar enam penny seminggu. 

Sepanjang jalan, bau bacon rebus dengan kubis dan dua kentang putih yang besar yang padat sangat menggoda dirinya yang sedang lapar. Karena tak sanggup menahan lapar, Frank memakan makan siang yang dikirim nenek untuk Bill Galvin. Akibat perbuatannya, sang nenek harus mengirim makan siang ulang dan Frank dihukum selama dua minggu mengantarkan makanan tanpa dibayar.

Buku ini juga berisi mengenai hal-hal yang khas nakalnya anak-anak. Sungguh menyentuh, mereka tetap bisa bermain dan tertawa dalam kondisi seperti itu. Dikisahkan Frank dan Malachy bermain dengan gigi palsu orang tua mereka. Gigi-gigi itu sangat besar sehingga sulit memasukannya dalam mulut Malachy memaksa masuk gigi Dad dalam mulut dan tidak bisa mengeluarkannya lagi. 

Bibirnya tertarik ke belakang dan membuatnya menyeringai lebar sekali dan air mata muncul dari kedua matanya. Untuk melepaskannya Malachy harus dirawat di rumah sakit, hal yang sebenanya menyenangkan dirinya. Karena di rumah sakit minimal mereka bisa makan teratur tanpa perlu repot-repot mencarinya.

Banyak kisah yang menyentuh sisi kemanusiaan. Misalnya saat Oliver meninggal dan mereka sama sekali tidak punya uang, mereka mendatangi toko demi toko sambil sang ayah meminta makanan atau apa saja yang dapat mereka berikan kepada keluarga yang ditinggal mati. Untunglah masih ada beberapa toko yang mau memberikan sesuatu walau hanya sepotong kentang! Saking laparnya mereka memanfaatkan kematian Oliver guna menghidupi keluarga yang lain.

Membaca buku ini, membuat kita seakan-akan berada disana. Menatap wajah sedih Frank dan Malachy yang menunggu ayahnya pulang dengan membawa uang, namun ternyata uang tersebut sudah habis dipakai untuk minum. 

Bagaimana tertekannya ia saat harus mendatangi setiap bar mencari ayahnya yang membawa uang hadiah kelahiran bayi. Ikut merasa sedih melihat para tetangga menerima telegram berisi uang dari ayah yang ada bekerja Inggris, sementara ayah mereka walau berada di Inggris tidak juga megirimi uang. Ikut merasa bangga saat Frank untuk pertama kalinya membawa uang hasil kerja kerasnya yang lalu diberikan ke ibunya.

Kondisi mata Frank yang tidak bagus, kemiskinan yang mendera keluarganya serta semangatnya untuk menjadi lelaki dewasa, lelaki yang mencari uang untuk keluarganya membuat kita kian mengagumi keuletan Frank dalam menjalani kehidupan ini. Tekat bulat dan semangat memperjuangkan mimpinya untuk mengubah nasib dengan pergi ke Amerika perlu dicontoh.

Pertama memegang buku ini, mengingatkan saya pada Eyang Nh Dini, yang menulis kisah hidupnya menjadi buku. Frank McCourt menulis kisah hidupnya dan telah meraih Pulitzer Prize, National Book Critics Circle Award, dan Royal Society of Literature Award dan menduduki puncak berbagai peringkat buku bestseller di dunia selama lebih dari tiga tahun

Buku ini ditutup dengan perjalanan Frank ke Amerika. Sungguh menggelitik rasa ingin tahu, bagaimana sepak terjang Frank selama di Amerika ? Moga-moga kelanjutan buku ini segera terbit.

----
Buku ini meninggalkan kesan mendalam dari diri saya, karena merupakan buku pertama yang saya menangkan melalui lomba yang diselenggarakan penerbit. Selama ini saya jarang beruntung jika terkait dengan urusan lomba dan undian.

Sebuah buku yang membuka jalan persaudaraan saya dengan penerbit yang satu ini.