Rabu, 27 Maret 2013

Misteri Apartemen 666





Judul: Apartemen 666
Pengarang: Sybill Affiat
Penerbit: Stiletto Book
Cetakan: I, Januari 2013
Tebal: 202 halaman

Aku berada di ambang antara ...
Waktu yang berjalan dan yang tidak berjalan.
Aku telah mati. 
Namun tak mati

Kover buku tipe begini tidak akan saya lirik jika sedang melancong ke toko buku. Tulisan judul  serta gambar jelas mencerminkan isi buku berkisar tentang kisah apa. Mengingatkan saya pada kover buku tentang Om Pocong dan Tante Kunti,  bacaan yang belum bisa saya nikmati. Karena instruksi DION YULIANTO maka saya baca buku ini *mulai asah garpu dan menyiapkan pecut api*

Tapi gambar sepatu hak tinggi eh stiletto sebenarnya di pojok kanan atas mencuri perhatian saya, kontras dengan kesan buram yang disajikan.  Menandakan ada unsur perempuan atau bahkan tokoh utamanya perempuan dalam kisah ini. Seandainya warna sepatu itu lebih terang seperti merah menyala atau kuning tentunya lebih menarik perhatian. Ternyata itu simbol  penerbit khusus bagi perempuan.

Pemilihan judul memang mengundang rasa ingin tahu. Dalam http://www.akhirzaman.info/counter-culture/simbol/1951-misteri-angka-setan-q666q.html disebutkan antara lain, angka 666 dalam bhs Latin bisa diartikan sebagai DIC LVX = "dicit lux" - suara cahaya. Maklum setan dalam bhs Latin sering diberi nama sebagai Lucifer (Lux Ferre) atau sipembawa cahaya. Dalam istilah astrologi disebut juga sebagai Bintang Fajar atau Venus atau planet ke-enam terbesar dalam tata surya kita.
Dalam kisah ini angka tersebut mengacu pada saat pembangunan lokasi kejadian dimana sebagian besar cerita ini  berlangsung, tahun 1666. Hubungan antara tahun kejadian serta asal mula lokasi ternyata sangat erat dengan angka tersebut. Dulu tempat itu adalah tempta angker, cocok dengan makna 666.

Konyolnya saya, pada awalnya mengira sang penulis adalah laki-laki. Maaf yah Mbak he he he. Setelah membaca ini penerbit khusus perempuan baru saya menyadari kesalahan saya. Sebagai sesama perempuan ijinkan saya “membantai” buku ini.
 
Penulis menuangkan kisah tentang kehidupan seorang anak manusia bernama Samara. Betul khan tokohnya perempuan.  Ia harus menanggung derita akibat sakit hati leluhurnya yang menderita dikarenakan perbuatan bejat orang lain. Sang leluhur yang begitu sakit hati berniat untuk memperbanyak keturunan guna membalas sakit hati bagi keturunan mereka yang menyakitinya dahulu.Sungguh kondisi yang mengenaskan, bukan mau  mereka dilahirkan dari garis keturunan seperti itu. Jika bisa memilih mereka pasti ingin dlahirkan sebagai keturunan penguasa kaya raya yang dicintai rakyatnya. Kisah klise Om Pocong dan Tante Kunti nih ^_^

Awalnya hidupan Samara dan Bisma, suaminya biasa-biasa saja. Sebagai anak perempuan tunggal sudah kewajibannya menjaga dan merawat ibunya yang menderita sakit hingga meninggal. Cuti tanpa bayarannya selama dua bulan ternyata membuat ia  di PHK dari kantor.  

Berbagai kesialan menimpa  Samara dan suaminya. Kontrak kerja baru yang mendadak batal, order fotografi sang suami yang mendadak raib, tabungan yang kian menipis hingga kontrak rumah yang habis. Sebuah lowongan yang nyaris terlupakan dari mantan atasan  Samara menjadi harapan terakhirnya. 

Sepertinya saat itulah berbagai urusan mistis mulai terjadi. Hal ini sempat membuat saya bingung. Rentang waktunya nyaris tujuh bulan sejak ditawarkan. Kondisi normal tentunya posisi tersebut bisa saja diisi oleh pelamar yang lain. Karyawan yang lain bisa saja curiga jika selama itu tidak ada calon yang kompeten. Sepertinya harus sabar dulu.

Kondisi perusahaan yang digambarkan stabil selama nyaris satu abad sungguh mengherankan saya. Padahal dunia pereknomian mengalami berbagai situasi yang tak menentu. Gambaran yang terlalu berlebihan bagi sebuah perusahaan.

Di perusahaan baru tersebut Samara mendapat berbagai macam fasilitas yang semula mengusik hati suaminya. Bisma berpendapat bahwa segala sesuatu yang diberikan dengan cuma-cuma dalam arti tidak harus membayar sejumlah uang, pasti akan ada timbal balik dalam bentuk lain. Prinsip hebat ini bergeser kelak. Ternyata sosok Bisma tidak setegar yang digambarkan penulis. 

Salah satu hal yang mengusik Bisma adalah fasilitas Apartemen 666 yang mewah.  Mereka berdua hanya perlu membawa pakaian saja karena semua kebutuhan dari peralatan rumah tangga hingga perlengkapan mandi sudah tersedia di sana. Saya sedikit bingung saat mendapati  istilah “mengulurkan lengan” pada halaman 58, mungkin karena persepsi saya dan penulis yang berbeda.

Ternyata apa yang dikhawatirkan Bisma menjadi kenyataan. Samara melakukan hal-hal terlarang demi memuaskan keinginan atasan barunya. Hanya aneh, pada halaman 71 tergambar betapa Samara begitu terpukul akan perbuatannya, kontras dengan yang diuraikan pada halaman 72. Pada halaman itu tergambar betapa masa bodohnya Samara dengan perbuatannya. Ia bahkan merasa bangga dengan kesuksesannya yang diperoleh dengan cara bejat!

Jangan pernah melihat segala sesuatu dari luarnya saja.
Segala sesuatu tidak selalu seperti yang terlihat.

Harusnya Samara ingat akan petuah sang ibu.Tidak yang terlihat mewah di luar juga indah di dalam. Harusnya Bisma tetap berpegah teguh pada prinsipnya.  Tidak ada yang gratis di muka bumi ini. Harusnya pemuda-permuda brandal itu tidak memperkosa gadis lugu itu. Harusnya tidak ada cinta terlarang antara gadis pribumi dengan prajurit Belanda. Harusnya….

Tapi buat apa menyesali perjalanan hidup. Samara harus bangkit! Ia harus menentukan pilihan, bukan hal yang mudah. Kisah perjalanan Samara dan Bisma ditutup dengan adegan yang ngak banget mengambil istilah ABG. Akhir kisah yang sengaja dibuat demikian seakan menunggu tanggapan pasar. Jika bagus, mari dilanjutkan buku kedua, ketiga dan seterusnya. Jika tidak, biarkan pembaca berimajinasi sendiri. 

Harus diakui akhir yang begini lebih menarik dari akhir kisah Tante Kunti dan Om Pocong yang sering saya temukan, semua kembali berjalan normal. Sungguh standar.

Secara keseluruhan, kisah dalam buku ini mengandung pesan moral yang lumayan banyak. Hanya saya bingung, dimana unsur horornya yah? Mungkin kadar kengerian saya terlalu tinggi hingga tidak merasa ngeri dengan aneka adengan mistis yang terkandung dalam buku ini.

Banyak hal yang sempat membuat saya nyaris menghentikan membaca buku ini, lebih pada pertanyaan yang mengusik seperti pertanyaan saya di atas. Baru pada  halaman 93, saat Samara bertemu dengan mantan atasannya, Ridwan banyak pertanyaan saya terjawab.  Bagi pembaca diharap bersabar yah, titik terang selalu muncul belakangan.

Urusan sinopsis tidak jadi masalah. Sudah menggugah rasa ingin tahu pembaca. Minimal saya yang semula ragu melihat kover, bisa tergoda untuk merobek plastik pembungkus dan mulai membaca.
  
Pada http://id.wikipedia.org, disebutkan bahwa apartemen, flat atau rumah pangsa merupakan sebuah model tempat tinggal yang hanya mengambil sebagian kecil ruang dari suatu bangunan. Suatu gedung apartemen dapat memiliki puluhan bahkan ratusan unit apartemen. Istilah apartemen digunakan secara luas di Amerika Utara, sementara istilah flat digunakan di Britania Raya dan negara-negara persemakmuran.
  
Salah satu buku tentang ilmu tata ruang ala China yang saya baca menyebutkan bahwa sangat dilarang meletakan kaca, meja rias berkaca  berhadapan langsung dengan tempat tidur hingga bsia terpantul diri kita yang sedang tidur. Tidak diperkenankan juga di sebelah tempat tidur. Salah satu teman saya yang cukup paham hal ini menyatakan bahwa jika itu terjadi, tanpa sengaja aura kita akan tersedot ke dalam kaca lalu terpantul kembali, hingga bisa saja aura negatif orang yang ada di sekitar kita ikut tersedot lalu terpantul mengenai kita. Kurang lebih semacam itu. Kondisi ruangan yang digambarkan banyak terdapat cermin langsung membuat saya ingat pada hal tersebut. 

Sekedar usul, kenapa tidak kembali ke kampus?  Rangkul perpustakaan almamater Anda, adakan kegiatan bedah buku, sumbang 1-2 buku untuk koleksi perpustakaan, bagi tips menulis kisah.  Undang sahabat-sahabat  Anda jadikan juga sebagai ajang reuni mengenang masa lalu saat masa depan masih merupakan bayangan. Dari penerbit selain promosi buku Anda juga bisa sebagai ajang promosi dan penjualan buku-buku terbitan mereka.


*Simpan  garpu  yang selesai diasah dan matikan bara pecut api*

Mari giatkan penerbitan khusus  dunia perempuan!


Minggu, 24 Maret 2013

Serat Gatholoco




"Boleh ya grandnie?" regek seorang remaja terdengar dari dalam perpustakaan pribadi di sudut halaman.

"Aku khan selalu ingin berada disaat grandnie mengeluarkan buku dari koleksi." kembali rengekan terdengar
Sementara wanita paruh baya yang dipanggri grandnie hanya terseyum saja tanpa memberikan jawaban.

Saat itu, salah satu kerabat pemilik rumah mewah nan asri di ujung jalan akan segera menikah. Sebagai kerabat tentunya mereka pasti ikut mempersiapkan segala sesuatunya. Dari membantu menyebarkan undangan hingga urun rembuk soal dana. Tak ketinggalan kesibukan menyiapkan aneka hadiah yang akan diberikan bagi calon pengantin.

Wanita paruh baya itu  akan memberikan hadiah berupa buku mengenai kehidupan berumah tangga. Bukan sembarang buku, tapi buku yang dikeluarkan dari koleksinya. Artinya buku itu merupakan buku yang spesial dilihat dari isi dan harganya, demikian juga yang akan menerimanya.

Ritual memberikan buku selalu menjadi hal yang menyenangkan untuk diikuti. Karena selalu saja diikuti dengan petuah-petuah yang disampaikan dengan guruan tapi syarat makna, petuah yang dikaitkan dengan makna yang terkandung dalam buku itu.

Sang cucu kesayangan, walau setiap awal tahun selalu mendapat hak istimewa, mendapat buku baru dengan ritualnya tetap saja selalu ingin berada di perpustakaan pribadi milik sang grandnie saat mendengar ada seseorang yang akan mendapat hadiah buku. Biasnya sang grandnie selalu memberi izin saat ia menyatakan keinginannya untuk berada disana. Namun entah kenapa untuk kali ini sang grandnie tidak langsung memberikan anggukan kepala tanda setuju, membuat sang cucu kesayangan penasaran akan buku apa yang dikeluarkan sebagai hadiah kali ini.

"Puja jiwaku, mereka sudah datang," suara halus belahan jiwa sang grandnie terdengar dari arah pintu.  Sekilas orang akan menemukan wajah keras dan kaku terpatri di sana. Namun mendengar kelembutan suaranya saat berbicara dengan sang grandnie serta sikapnya, tak ada yang meragukan betapa besar cintanya pada sang grandnie

"Boleh yah eyang aku ikut mendengarkan?" rengek sang cucu kesayangan kembali terdengar. Kali ini kepada pria yang baru datang  Rupanya ia memanfaatkan situasi dengan baik. Sang grandnie hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum, maklum dengan kecerdikan sang cucu.  Sudah pasti  sang eyang akan meluluskan permintaannya, seperti juga permintaan yang lain.Artinya ia juga harus meluluskan permintaan sang cucu kesayangan. Karena apapun yang diputuskan oleh pria itu akan dikutinya dengan patuh.

Sepasang calon pengantin segera memberi salam dengan hangat. Mereka merasa tersanjung bisa berada dalam perpustakaan pribadi itu. Tak sembarang orang mendapat izin  untuk berada di sana. Segera mereka duduk di sofa nyaman yang terletak di tengah ruangan.

"Bagaimana persiapan kalian?"tanya wanita paruh baya itu sambil menatap sepasang pengantin di hadapannya. Dengan bersemangat keduanya bercerita tentang persiapan yang nyaris selesai semuanya, sesekali wanita paruh baya itu bertanya hal sepele yang dijawab  antusius keduanya.

"Apa kalian sudah memahami makna surga katut neraka nunut?" tiba-tiba pria yang dipanggil eyang itu bertanya. Selama ini ia hanya mendengarkan dengan seksama pembicaraan yang berlangsung,  tangannya tak lepas menggenggam erat tangan wanita paruh baya yang duduk di sebelahnya. Sepasang calon pengantin tersebut terdiam sesaat sebelum memberikan anggukan kecil.

"Buku ini juga terkait secara tak langsung dengan perihal itu," ucap wanita paruh baya sambil menyodorkan sebuah buku. Sang calon pengantin pria menerimanya dan bergegas  membuka halaman awal bersama calon istrinya.
 
Pengarang : Damar Sashangka
Penyunting : Salahuddien GZ& Endah Sulwesi
Halaman : 395
ISBN : 9789791799898
Penerbit : Dolphin

"Pilihan tepat!" seru sang eyang sambil terseyum mesra ke wanita paruh baya.

"Mungkin belahan jiwaku, cintaku bersedia membantuku memberitahu mereka apa isi buku ini?" tanya wanita paruh baya itu sambil tersenyum.

"Pasti istriku!" jawab sang eyang dengan bersemangat.

"Buku ini ditulis dalam bentuk puisi, tembang macapat. Isinya tentang seorang pria yang bernama Gatholoco, putra Raja Suksmawisesa dari Kerajaan Jajarginawe. Parasnya sungguh buruk rupa,simak saja kalimat berikut,
 Êndhek cilik remane barintik, tur aburik wau rainira, ciri kera ing mripate, alis barungut têpung, irung sunthi cangkême nguplik, waja gingsul tur pêthak, lambe kandêl biru, janggut goleng sêmu nyênthang, pipi klungsur kupingira anjêpiping, gulu panggêl tur cêndhak.
Berpostur pendek dan kecil dengan rambut keriting, kulit wajahnya kasar, bermata kera (arah pandang mata yang tidak normal), alisnya tebal dan bertemu ujung keduanya, hidung pesek mulut maju, gigi gingsul besar berwarna putih, bibirnya tebal berwarna biru, janggut tumpul (tidak runcing) dan melebar jelek, pipinya kempot bentuk daun telinga maju (seperti telinga gajah), sedangkan leher besar dan pendek.
lanjut sang eyang sambil menunjukan halaman yang memuat kalimat tersebut.

"Dalam perjalanannya Gatholoco ditemani punakawan bernama Dharmagandul. Secara harafiah arti Gatholoco sama dengan Dharmagandul. Identik pula dengan lingga, kelamin laki-laki, lambang yang dipergunakan sebagai simbol dari hati nurani, naluri, serta sering pula dijadikan ekspresi kesakralan, kekuatan mistis dan kejujuran gerak bathin. "papar sang eyang panjang lebar.

"Sepanjang perjalanan, Gatholoco bertemu dengan banyak orang yang diajaknya berdebat. Dari makna najis dan haram; mana yang lebih dahulu   antara wayang, dalang, blencong serta kelir; hingga banyak hal. Buku ini memberikan pelajaran bagaimana seharusnya seorang bersikap dalam kehidupan ini. Menjalankan ajaran agama dengan hati yang iklas serta pemahaman yang dalam bukan hanya karena kebiasaan.Sebagai contoh dalam Serat Gatholoco: 5:4-6 berisikaan tentang Shalat Sejati, mengajak kita lebih memahami makna Shalat bukan sekedar melakukan gerakan saja. Dengan memahami maka kita akan lebih khusuk menjalankannya, Terdapat juga  nasihat tentang asal muasal hidup, bagaimana manusia mengenal sang Pencipta serta pemahaman masalah proses kehidupan spiritual, "lanjutnya lagi.
 
Sepasang calon pengantin menyimak dengan seksama setiap kata yang ducapkan. Sementara sang cucu kesayangan terlihat berusaha memahami uraian yang disampaikan. Maklum untuk usia ABG pembicaraan ini sedikit berat.

"Masih ingat  saat ke tempat grandnie kerja dulu? Ada simbol Lingga dan Yoni disana. hal tersebut juga bisa ditemukan dalam buku ini, tapi uraian lengkapnya nanti jika kamu sudah lebih dewasa," ucap sang wanita paruh baya pada cucunya sambil tersenyum.

"Untuk kalian, buku ini juga memberikan pengajaran mengenai ajian asmaragama,  serta memberikan kenikmatan kepadanya tanpa harus bersentuhan, ada juga sarana dan ramuan untuk meningkatkan kualitas hubungan badan tentunya juga ada metode spiritual untuk memperoleh keturunan sesuai yang diharapkan. Sumbernya dari Serat Kawruh Sanggama, Serat Nitimani, Serat Panitisastra, Serat Widyakirana, Serat Jitabsara, serta Serat Prinbon,"lanjutnya lagi

"Itu sebabnya grandnie ragu mengijinkan kamu tadi ikut mendengarkan, karena buku ini harus dipahami dengan hati yang tulus tanpa prasangka buruk serta oleh mereka yang sudah memiliki kematangan jiwa," terang sang wanita paruh banya sambil terseyum ke arah cucu kesayangannya.

"Kitab Gatholoco  sempat membuat heboh dan dilarang beredar. Seorang dosen Jurusan sastra Daerah Universitas Sebelas Maret, Drs Wakit Abdullah, M.Hum dalam  Tafsir Gatolotjo menyebutkan, " Kitab Gatolotjo sempat bikin heboh. Bukan hanya bahasanya yang porno, tetapi intisarinya juga bertentangan dengan agama. Gatolotjo tidak kalah sadis dibandingkan Ayat-ayat Setan karya Salman Rushdie yang menghebohkan itu. Gatolotjo juga sempat dilarang pemerintah. Dan hampir semua umat Islam setuju. Berbahaya jika dipublikasikan kepada umum, tetapi untuk kalangan terbatas sah-sah saja." Maka tak heran jika  buku ini hanya dicetak 3.000 saja.Grandnie kalian langsung memesan beberapa. Kalau tidak salah sekarang hanya tertinggal sedikit dikoleksi grandnie. Kalian pasti sangat spesial sehingga buku langkan ini diberikan," papar sang eyang sambil terseyum. Wajah sangarnya sesaat lenyap digantikan wajah pria paruh baya yang penyayang. Wajah sepasang calon pengantin tampak sumringah, merasa mendapat kehormatan menjadi sosok yang diistimewakan.


"Yang ada dalam buku ini hanyalah pengetahuan semata, bagaimana hasil serta persepsinya tergantung bagaimana setiap individu menyikapinya. Terpenting pahami dengan seksama dan jangan ragu mendiskusikannya berdua, karena ketika kalian sudah menikah maka yang satu adalah belahan jiwa yang lainnya," tambah sang eyang sambil berdiri menandakan pembicaraan telah selesai.

Sepasang pengantin dan cucu kesayangan mereka ikut berdiri lalu berjalan menuju pintu keluar perpustakaan pribadi itu.

"Sebentar nak!" suara sang eyang terdengar menghentikan langkah cucu kesayangan.

"Ada baiknya kamu mulai membaca Tafsir Gatolotjo ini," katanya sambil menarik sebuah buku dari rak. Selain dirinya tak ada yang berani mengambil dan memindahkan buku dari rak tanpa persetujuan pemiliknya, sang grandnie.

"Betul, baca dengan pikiran terbuka, ambil intisarinya sebelum kelak kamu siap menerima salah satu buku Gatholoco seperti yang tadi. Moga-moga masih lama waktu itu tiba" sambung wanita paruh baya itu sambil terseyum.

Wah terima kasih sekali eyang dan grandnie!" sang cucu kesayangan berseru dengan gembira. Diberikannya pelukan singkat kepada kedua sosok paruh baya yang ada di depannya lalu ia bergegas keluar sambil membalik-balikan halaman buku yang baru diterimanya. 

"Waktu berjalan cepat yah puja jiwaku. Entah sudah berapa kali kita diskusikan buku itu tapi tetap saja ada ada sesuatu yang bisa kita bahas," kata pria paruh baya itu sambil menatap mesra wanita yang duduk di sebelahnya.

"Berkenan menemani aku berdendang puja jiwaku?" tanya pria paruh baya itu dengan halus. Wajah sang wanita paruh baya itu bersemu merah sesaat. Walau sudah tidak muda lagi, namun mereka masih tetap mesra hingga membuat iri yang melihatnya.

"Pasti belahan jiwaku, membuatmu nyaman adalah kehormatan bagiku," jawabnya sambil berdiri bergegas mematikan lampu di perpustakaan.

Keduanya berjalan beriring mennggalkan perpustakaan pribadi menuju rumah induk.
Keduanya tak menyadari ada dua pasang mata yang mengikuti mereka dengan iri, mata kedua calon pengantin yang ternyata masuh duduk di kursi taman dekat perpustakaan.

"Sayang, lihat mereka. Walau sudah sepuh tapi tetap mesra," kata  calon pengantin pria.
"Iya sayang," jawab calon pengantin wanita. "Aku ingin seperti mereka, jika buku ini bisa membantu kenapa tidak kita baca dan pahami," lanjutnya lagi. Calon pengantin pria mengangguk dengan cepat tanda setuju. Keduanya terlihat asyik membaca isi buku Gatholoco.

Sementara, di bagian lain rumah itu, sang cucu kesayangan asyik berselancar di dunia maya  mengumpulkan informasi seputar buku yang baru diperolehnya, Tafsir Gatolotjo.

Buku tidak pernah ada yang buruk isinya, hanya mungkin belum menemukan pembaca yang tepat serta bagaimana persepsi setiap individu yang membacanya.




Rabu, 20 Maret 2013

Sunan Kalijaga dan A Theory of Everything


Urusan uang memang beragam rasanya. Ada yang menyenangkan, tapi ada juga saat membuat seluruh isi perut bergejolak. Entah dengan mereka yang berkecimpung dengan urusan uang, tapi saya pribadi sudah merasakan keduanya. Butuh syaraf dan perut yang kuat rupanya untuk bisa bekerja di bagian keuangan. Memahami tugas mereka mencari TEMUAN jika tidak malah dikira tidak kerja, tapi pahami juga kami ini pekerja dengan lurus lho gimana *curcol*

Baru kemarin utusan D** membuat mulas perut dan senut-senut kepala, efeknya jadi susah tidur. Dari pada bengong, segera melirik tumpukan buku sexy nan menggoda. Ada dua yang berhasil dituntaskan semalam. Selalu ada hal positif dari setiap kejadian


Sunan Kalijaga 
Mistik dan Makrifat

Penulis:Achmad Chodjim
Penyerasi: Muhammad Husnil
Pewajah Isi: Siti Komariyah
ISBN: 978-979-024-292-0
Halaman: 371
Penerbit: Serambi Ilmu Semesta
Harga: Rp 55.000



Kisah Sunan Kalijaga  cukup unik. Sebagai pengganti dari  Syekh Subakir, asal muasal namanya serta bagaimana proses hingga menjadi seorang wali menarik untuk disimak.

Selain menciptakan tembang-tembang, seni memperingati Maulud Nabi, rangkaian Upacara Sekaten serta bentuk ukiran wayang kulit merupakan ciptaan beliau yang masih bisa kita jumpai di sekitar kita.

Sunan Kalijaga merupakan sosok yang pragmatis, pengetahuan yang dimiliki lebih erat hubungannya dengan urusan praktis dalam kehidupan sehari-hari. Maka tak heran jika beliau lebih memfokuskan pengamalan praktis kehidupan sehari-hari orang Jawa dalam memahami asal dan kembalinya manusia. Melalui kebiasan dan budaya, Sunan menyebarkan ajaran Islam hingga bsia diterima di segala lapisan masyarakat.

Agar mudah dihayati dan diyakini, maka Sunan Kalijaga menyusun beberapa doa dalam Bahasa Jawa dalam wujud kidung atau mantra. Ada dua hal yang diperlu diperhatikan dalam berdoa, keyakinan dan bahasa doa itu sendiri. Itu sebabnya Sunan menyusun dalam Bahasa Jawa agar mudah dihayati dan diyakini bila bahasanya dimengerti. 

Buku ini cukup menarik  karena selain mengisahkan mengenai latar balakang kehidupan beliau, juga memberikan informasi serta wawasan mengenai pandangan kehidupan,  inti ajaran beliau yang tersebar luas di tanah Jawa dan cara berdakwah Sunan Kalijaga. Selain itu pembaca juga diajak untuk menggali potensi diri dan memahami bagaimana cara bersikap dalam kehidupan ini.


Uniknya dari buku ini, diakhir tiap bab kita bisa menemukan inti dari bab tersebut. Hingga kita bisa lebih mendapat pencerahan mengenai apa yang sedang diulas.

Samar-samar saya masih ingat saat kecil sering mendengarkan tembang tentang perlindungan di saat malam. Rupanya itu Doa Rumeksa ing Wengi buah cipta Kanjeng Sunan. Sepenggal artinya,

" Ada kidung rumeksa ing wengi. Yang menjadikan kuat selamat terbebas dari semua penyakit. Terbebas dari segala petaka. Jin dan setan pun tak mau. Segala jenis sihir tidak berani. Apalagi perbuatan jahat. Guna-guna tersingkir. Api menjadi air. Pencuri pun menjauh dariku. Segala bahaya akan lenyap. 
Semua penyakit pulang ke tempat asalnya. Semua hama menyingkir dengan pandangan kasih. Semua senjata tidak mengena, bagaikan kapuk jatuh di besi. Segenap racun menjadi tawar. Bintang buas menjadi jinak. Pohon ajaib, tanah angker, lubang landak, gua orang, tanah miring dan sarang merak.... " 


Penggunaan bahasa Jawa diantara rangkaian kata membutuhkan perhatian ekstra. Namun jika sudah terbiasa hal tersebut bukan menghalang lagi dalam menyimak buku ini. Hanya saja saya sempat menemukan kata-kata dus apakah secara harafiah bisa diartikan sebagai selanjutnya atau jadi?

Buku yang layak dibaca jika ingin mengetahui perkembangan Islam di tanah Jawa serta kearifan seorang Sunan Kalijaga.

A Theory of Everything


Penulis : Ken Wilber
Penerjemah: Agus Kurniawan
Editor: Hilmi Akmal dan Ali
ISBN: 978-979-433-498-0
Halaman: 306
Penerbit: Mizan

Buku yang lumayan berat bagi saya yang sedang butuh bacaan praktis. Namanya juga buku jenis filsafat. Namun dengan pedoman sekali dibaca harus tuntas maka tak ada alasan untuk tidak menuntaskan buku ini. Masalahnya mungkin bagaimana membuat review yang mudah dipahami.

Ada tujuh bab dalam buku ini. Pada empat bab awal menguraikan mengenai segala hal tentang Teori Segala Hal, tiga bab selanjutnya mengulas hubungannya dengan dunia nyata dengan pembahasan dari sisi politik integral, bisnis integral, spiritual integral, pengobatan integral,bisnis integral. Bab terakhir mengupas praktik-praktik transformasi yang integral, bagaimana pendekatan integral dalam trannsformasi psikologi dan spiritual dapat diterapkan dalam kehidupan kita seanadainya tertarik untuk menerapkannya.

Dalam dinamika spiral, perkembangan kesadaran manusia memiliki delapan tahap yang masing-masing tahap dinamakan sebagai meme. Harap diingat Meme hanyalah drbush dasar perkembangan psikologi manusia yang terekspresikan dalam aktivitas keseharian. Tahapan ini tidak bersifat kaku namun mengalir, saling susul, tumpang tindih hingga menghasilkan jaringan.

Buku yang menarik, menawarkan sebuah konsep baru dalam pandangan kehidupan. Pada kalimat yang penting, penerbit sudah mencetaknya berbeda, dengan miring hingga pembaca langsung bisa memahami bahwa kalimat tersebut perlu mendapat perhatian ekstra.

Pada tiap akhir bab, kita akan menemukan catatan yang lumayan panjang guna memberi penjelasan mengenai suatu hal yang diungkapkan dalam bab tersebut. Sebagai contoh catatan pada akhir Bab 3: Visi Integral (halaman 119)

      6. Bukti untuk masing-masing modul ini  
          dimuat dalam The Eye of Spirit    
          (CW7) dan  Integral Psychology.

Salut untuk penulis yang mampu menerjemahkan buku ini hingga lebih mudah dipahami bagi saya yang bukan penyuka buku filsafat.

Konsep penulis tentang segala hal bisa dikotak-kotakan, diletakan pada kuadrat yang sesuai, pp tidak sesuai dengan saya. Pandangan saya secara pribadi lho. Segala hal bagi saya merupakan kesatuan sistem. Memang sistem dibangun berdasarkan komponen-komponen. Namun tidak berarti komponen-komponen tersebut bisa dipisah-pisahkan penanganannya. 

Menarik bagi yang ingin mencoba sesuatu yang berbeda dalam kehidupan ini. 





                      

Kamis, 07 Maret 2013

Mungkinkah Menghadirkan Home Library di dalam Rumah ?

Cintaku
Belahan Jiwaku

Bagaimana khabarmu hari ini?
Tak sabar menunggu pulangmu.
Sesuai kesepakatan, aku sedang berusaha menata gabungan koleksi buku  yang kita miliki.  Beberapa buku, sebenarnya cukup banyak juga judul buku yang sama-sama kita miliki. Namun dari penampilan fisiknya saja sudah bisa ditebak mana yang punyaku dan mana yang punyamu.

Salah satu keuntungan pekerja di pepustakaan cintaku, aku bisa menyusun buku-buku berdasarkan klasifikasi yang biasa dipakai di perpustakaan. Aku juga mulai menginput data buku-buku tersebut dalam database. Walau tidak seterampilan teman-teman pustakawan tapi lumayan untuk mengelola koleksi buku kita.

Cintaku,
Walau rumah (masa depan) kita terdiri dari sekian lantai, namun aku tergoda juga membaca buku yang direkomendasikan oleh Dion Yulianto. Kita memang sudah memiliki aneka disain rak buku unik berikut cara pembuatannya. Tapi aku tak yakin satu lantai yang kita sediakan untuk koleksi buku kita akan cukup seiring dengan berjalannya waktu. Itu sebabnya aku perlu mendapat tambahan info seandainya luas rumah kita sebatas, seluas apartemen misalnya. Apa lantas kita tidak bisa memiliki perpustakaan di rumah?


Judul: Menghadirkan Home Library di dalam Rumah
Penulis: Savvino Alfrido
Editor: Adrienne
Tata Sampul: Retno Wulan
Tata Isi: Violet Vitrya
Halaman : 106
Penerbit : Laksana
Harga: Rp 40.000


Buku ini mengulas mengenai beberapa manfaat yang bisa didapat dengan banyak membaca. Disebutkan bahwa dengan banyak membaca kita akan lebih mudah mengetahui informasi terkini sekaligus dapat memperbanyak dan memperluas pengetahuan. Tentunya perlu diingat terkini jika kita berusaha mencarinya jika tidak maka bisa saja yang kita baca merupakan informasi lawas.

Tapi info mengenai gunanya home library  istilah yang dipakai dalam buku ini untuk menyebut perpustakaan di rumah, kurang memenuhi rasa keingintahuanku? Apakah  hanya sebagai sarana menyimpan  buku di rumah? Karena bisa saja aku banyak membaca namun tidak banyak membeli buku, menjadi  anggota perpustakaan. Atau dari ajang tukar-baca sesama penggemar membaca. Sebagai sarana informasi terkini belum tentu juga, kecuali jika kita berlangganan akses informasi terkini.

Kalimat yang menyatakan ,"Hadirnya home library di dalam rumah mereka tentunya akan memaksa mereka supaya rajin membaca buku dan merasa ingin tahu dengan hadirnya berbagai buku di sana." Membuat kedua alisku bertemu. Situasi seperti itu harus ditelaah per kasus.

Jagoanku misalnya, atau adikku. Sejak kecil kami sudah dicekoki buku. Tapi tidak semua diantara kami yang gemar membaca. Koleksi bukuku tidak sedikit jumlahnya. Sejak jagoan berusia satu tahun sudah ku kenalkan buku. Wisata ke toko buku jangan ditanya, nyaris setiap minggu. Faktanya ia tidak suka membaca sama sekali. Alih-alih belanja atau mengintip buku, ia malah menyambangi rak aneka alat tulis jika sedang menjalani ritual ke toko buku. 

Atau tengok saja adikmu, dia memang rajin mengikuti berbagai acara buku bersama kita. Rajin pula membeli buku tapi yang dibaca baru beberapa. Ia lebih suka membeli buku untuk dikoleksi dan dibaca jika ada waktu, yang entah kapan tersedianya. Ternyata seseorang yang hidup diantara penggila buku tidak otomatis menjadikannya sebagai seorang penggila buku juga.

Dengan keterbatasan lahan  pastinya disiasati posisi serta letak  home library. Pemanfaatan sudut ruang memang sudah menjadi hal pertama yang dilakukan saat mempertimbangkan membuat home library. 

Seiring perkembangan jaman, seorang anak bisa membaca sambil mendengarkan lagu sementara di hadapannya ada tv yang menyala. Membaca tidak lagi harus dilakukan dalam suasana yang tenang dan sunyi. Masih ingatkah belahan jiwaku, di transjakarta yang sesak dan ramai pun kita sering melihat orang asyik membaca. Posisi membaca dan  suasana sudah bukan menjadi kendala lagi. Bak iklan minuman dalam botol, setiap penggila buku bisa membaca dimana saja, kapan saja dengan posisi apa saja.

Masih ingatkah belahan jiwaku, saat kita memindahkan rak buku ke kamar belakang? Aku tetap pada pendirianku,  tidak merekomen penggunaan perabotan yang siap jadi, terutama jika menggunakan bahan sisa yang dipres sedemikian rupa. Hanya dalam hitungan hari pasti papannya akan melengkung akibat beban buku yang tak kuat ditahan. Dirimu yang serba praktis awalnya menolak ideku untuk membuat rak unik dari kayu yang kuat. Belakangan malah cintaku yang lebih heboh mempersiapkan rak unik buatan sendiri untuk buku-buku kita

Aku sempat meringis membaca mengenai Card Catalog. Sepertinya hal ini sudah jarang dipakai. Apalagi di perpustakaan tempatku bekerja. Dengan membuka OPAC dan mengetik kata kunci kita bisa mengetahui judul dan nomer panggil buku serta lokasi dimana buku itu berada.

Cintaku, semula aku berharap buku ini memberikan pencerahan mengenai bagaimana penempatan home library yang baik terutama  bagaimana mengatasi keterbatasan lahan. 

Namun contoh yang ada dalam buku ini justru membuat saya minder, seperti itu disebut kurang lahan, lalu bagaimana dengan  luas rumah yang diperoleh melalui kredit bank atau apartemen. Contoh mensiasati keterbatasan lahan dibawah luas seratus meter persegi justru tidak ada dalam buku ini. Sementara, dengan tidak mengurangi rasa hormat, seputar  itulah luas rumah sahabat-sahabat kita penggila buku

Memang ada beberapa contoh seperti gambar berikut tapi tetap saja kurang memberikan gambaran mengatasi keterbatasan lahan. Tengok saja aneka perabotan serta rak buku yang menjadi contoh  dalam buku ini. Aduhhh harganya pasti membuat kartumu tertawa.

Aku sempat didera rasa minder cintaku, apakah rumah (masa depan) kita ini layak menyediakan home library? 

Walau bagaimana buku ini tentu berguna bagi orang yang tepat, sayangnya kita bukan orang yang tepat. Sepertinya kita harus kembali ke ide dasar perpustakaan pribadi kita cintaku. Nyaman menurut standar kita, serta ditata dengan selera kita.

Cintaku
Belahan jiwaku
Kutuntaskan dahulu menyusun koleksi kita, tapi aku sangat yakin hari ini pun belum bisa selesai. Lihat saja kiriman buku yang kau beli melalui online baru berdatangan. Artinya aku harus segera membuka dus, memilah isinya serta mengerjakan hal-hal lainnya sebelum menentukan secara fisik harus berada di rak yang mana. Kemarin aku sudah mengirim beberapa dus buku ke patner in crime-mu, Sutaryono agar bisa segera diinput dalam database kita. Oh ya dia hanya mengucapkan sepenggal kalimat yang langsung membuatku mengangguk cepat. "Mohon sampaikan agar berhenti dulu membeli buku, rumah saya sudah seperti gudang buku akibat banyaknya kiriman buku yang harus segera saya input."

Sungguh cintaku
Mohon berhentilah membeli buku dulu, jika terus saja buku-buku barumu berdatangan hingga akhir tahun koleksi buku kita tidak akan selesai ditata. Rak buku yang menempel di dinding sebelah kanan sudah nyaris penuh. Sementara masih ada sekian box plastik dari kostmu yang belum tersentuh.

Love U

TR

*Ada suara bel berbunyi, aku merapal doa semoga kali ini bukan kiriman buku*


Sumber gambar:
http://homedecorreport.com/modern-home-library-design-ideas-4363/modern-home-library-design-ideas-picture/

http://homedecorreport.com/home-library-shelving-ideas-for-unique-home-designs-5547/





Sabtu, 02 Maret 2013

Unik, Mengagumkan dan Inspiratif: Review Tiga Buku

Selama ini saya selalu berusaha mengambil hal baik dari setiap peristiwa. Jumat ini misalnya. Sejak kembali dari tugas luar kota saya terserang penyakit tidak bisa  tidur. Biasanya jika terlalu lelah justru saya menjadi susah tidur. 

Segala cara sudah dicoba dari menonton tv dengan harapan mengantuk lalu tertidur, dari mendengarkan lagu bahkan sampai beres-beres. Bahkan jalur komunikasi dengan belahan jiwa justru membuat saya merasa bersalah karena beberapa kali ia mengisyaratkan kantuk yang sangat sementara saya masih juga melek .Semua usaha untuk tidur gagal total.

Akhirnya saya melirik tumpukan PR yang tertimbun dengan manisnya di rak buku. Dengan membaca saya bisa menuntaskan PR dan siapa tahu merasa lelah dan tertidur. Sisi baiknya PR berkurang. Sisa buruknya review saya hanya akan berisi komentar singkat yang tepat sasaran, bukan urain panjang lebar. Harap maklum. Dengan begitu banyak buku yang dibaca, para tokoh dan kisah bisa bercampur di kepala saya.

WARPED
Penulis: Maurissa Giubord
Penerjemah: Anngun Prameswari
Penyunting: Fenty Nadia
Penyelaras: Ida Wajdi
Pewajah Isi: Aniza Pujiati

ISBN: 978-979-024-497-9
Halaman : 370  
Penerbit: Atria
Harga: Rp. 50.000
 
Beberapa orang percaya reinkarnasi dan takdir. Beberapa tapi yang pasti Tessa Brody bukan salah satunya.  Walau tidak percaya, ternyata ia terlibat dalam pertempuran dua kekuatan sihir yang saling berseberangan dan celakanya terkait dengan dirinya dimasa lalu.

Hidupnya  menjadi kacau terutama karena tanpa sengaja sang ayah membawa pulang buku antik dan karpet usang bergambar unicorn. Secara naluri ia menarik selembar benang yang menuntai. hal sepele yang ternyata membawa dampak besar bagi kehidupannya.
 
Sedikit kisah cinta membuat keseluruhan kisah ini menjadi lebih manis, cinta yang melewati batas ruang dan waktu antara tokohnya. Tapi kisah cinta jugalah yang membuat tokoh utama dalam buku ini menjadi kejam. Cinta memang unik.

Kover buku yang menggambarkan tiga sosok  sedang menenun mengingatkan saya pada kisah klasik tentang putri yang tertusuk jarum di alat tenun dan tertidur selama sekian tahun. Jangan kuatir, kisah ini  menyinggung pun tak. Penulisnya benar-benar keluar dari kisah itu walau masih mengusung tema penenun

Saya juga jadi teringat cergam tentang Thor, sang Dewa Petir. Ada kisah tentang tiga saudari yang menentukan nasib para manusia. Mereka akan memotong benang kehidupan sesuai takdirnya. Dalam kisah ini mereka adalah  Norm bersaudara.

Unicorn memang makhluk fantasi yang sering disebut dalam berbagai literatur. Kisah Harry Potter yang terkenal menyebutkan bahwa agar bisa bangkit, musuh besarnya meminum darah unicorn. Dalam kisah ini, unicorn dipercaya merupakan sumber awet muda tokoh jahat.

Dengan setting  toko buku antik, kisahnya  kian membuat saya terlena.Hidup diantara buku-buku, mencium bau kertas dan tinta, lalu menyusun buku-buku yang ada sungguh menjanjikan sensasi yang menyenangkan.

UNIK

The Untold Story of Sherlock Holmes: House of Silk
Penulis: Anthony Horowitz
Penerjemah: Inggrid Nimpoeno
Penyunting: Rika Iffati Farihah
Penyelaras Aksara: Novia Fajriani
ISBN: 9786029498578
Halaman: 384
Penerbit: Noura Books
 
Pertama kali dalam sejarah, setelah 125 tahun, ahli waris Sir Arthur Conan Doyle akhirnya mengakui satu-satunya novel seri baru Sherlock Holmes.
Maka, sekali lagi, petualangan dimulai …

Sebagai penyuka kisah misteri, terutama Holmes kalimat di atas jelas menggusik rasa ingin tahu saya. 

Seperti juga kisah-kisah Holmes yang lain, sebuah kasus ternyata bersinggungan dengan kasus yang lain. Dalam kisah ini, kasus utama menyangkut seorang klien bernama Edmund Carstairs ternyata terkaiat dengan kasus pembunuhan seorang anak dan pencurian benda-benda seni. 

Penulis mampu membuat sebuah kisah dimana terdapat aneka kisah lain yang jika digabungkan akan membuat keseluruhan isi buku ini menjadi kian menarik. Penulis juga membangun kisah dengan setting tahun 1890 namun tidak membuat saya merasa berada di zaman kuno. Semuanya terkesan nalural, alami. 

Sebenarnya jika diperhatikan dengan seksama, hal kecil yang diuraikan penulis bisa menuntun kita memecahkan misteri tanpa harus membaca keseluruhan isi buku. Masalahya uraian tersebut sudah membuat pembaca terlena sehingga tak memperhatikan sel kelabu yang diungkapkan.
 
Ternyata urusan esek-esek sudah terjadi sejak jaman dahulu, bahkan ada pihak yang bisa bertahan dalam bisnis itu tanpa merasa bersalah. Pihak itu bahkan mampu membuat penguasa dunia tunduk.

MENGAGUMKAN

 
Sajen & Ritual Orang Jawa
Penulis: Wahyana Giri
Penyunting: Lilih Prilian Ari Pranowo
Tata Letak: Galih W
Perancang Sampul: Gunawan
Pemeriksa Aksara: Giri
ISBN: 9789791681971
Halaman: 136
Penerbit: Narasi
Harga: Rp 24.900

Sebagai seorang yang memiliki darah Jawa, saya akui masih banyak ritual apalagi urusan sajen yang tidak saya ketahui. Bukan untuk menjalankan atau lainnya tapi hanya sekedar ingin tahu alasan dibalik semuanya.Biasanya segala hal mengandung filsafah kehidupan. Misalnya kenapa bubur yang disediakan harus merah dan putih saat weton tiba. Atau kenapa saat siraman harus memecahkan kendi.
 
Buku ini terdiri dari tiga bagian utama. Bagian pertama berisi sekitar Sajen. Isinya antara lain tentang  tumpeng, laauk dan Pelengkap, Sajen Jenang-jenangan dan masih banyak lagi.Banyak orang yang bisa melakukan ritual sesaji, namun hanya sedikit yang memahami makna uborambe atau perlengkapan sajen yang dibuatnya. Kebanyakan hanya mengikuti kebiasaan orang tua.
 
Bagian dua berisikan mengenai Upacara Tradisi. Ada beberapa upacara tradisi yang dijabarkan, antara lain Tradisi kalang Obong di Yogyakarta, Tradisi Mangan Bulus di Desa Trucuk-Kabupaten Klaten dan masih banyak lagi.
 
Sementara bagian tiga berisi seputarNgalab Berkah. Ada beberapa tempat yang duiraikan disini seperti Makam Dowo Pracimantoro, Sendang Pokak Ceper Klaten Jawa Tengah dan masih banyak lagi. Semoga pembaca hanya sekedar mengetahuinya saja bukan mendatanginya.

Walau singkat, setidaknya saya jadi tahu kenapa Rengginan itu dibuat melengkung, kenapa harus ada lemper di hajatan, kenapa harus ada kolak disaat tahlilan, 

INSPIRATIF