Senin, 21 Oktober 2013

Aurora di Langit Alengka

Penulis : Agus Andoko
Editor: Misni Parjianti
Ilustrator: Wilfried Harry Krismasto
ISBN: 9786022550244
Halaman: 608
Penerbit : DIVA Press
Harga : Rp. 68000

Aja turu sore kaki
Ana dewa nganglat jagat
Nyangking bokor kencanane
Isine donga tetulak
Sandhang lawan pangan
Yaiku bageanipun
Wong melek sabar narima



Empat orang remaja; Putriaji Dyah Kusumayu Larasati (Laras), Maskumambang Setiaji Priyambodo (Mambang),   Raditya Putra Aninditya (Radit)   serta Sembara Kelana Mahardika(Bara), merupakan anak Jakarta yang patut diacungi jempol karena memiliki hobi yang nyeleneh bagi remaja seusianya, menggemari wayang. Mereka sepakat membentuk geng bernama Sarotama. Sarotama merupakan senjata milik Arjuna.


Setiap anak memiliki favoritnya masing-masing. Laras misalnya, sangat menyukai Sinta. Sehingga saat mendengar bahwa wayang bukanlan kisah rekaan atau imajinasi serta adanya sebuah jalan yang mampu membawa mereka ke dunia wayang, maka Laras merupakan sosok yang paling antusias membuktikan kebenarannya. Jika terbukti benar, ia ingin mengubah kisah Ramayana dengan cara memperingatkan Sinta agar berhati-hati hingga tidak diculik Rahwana. 

Kabarnya jalan yang dimaksud berada di sebuah   desa kecil di Klaten, Jawa Tengah. Seorang dalang bernama Eyang Gondobayu konon merupakan sosok yang mengetahui keberadaan jalan tersebut. Kebetulan sekali rumah sang dalang berseleblahan dengan rumah kerabat Laras, maka mereka menyusun sebuah rencana untuk membuktikan kebenaran berita tersebut,

Menilik sinopsis di belakang buku yang menyebutkan, "Mereka berempat tiba-tiba hadir di Bumi Ayodya...." Maka bisa disimpulkan mereka menemukan jalan rahasia tersebut. Namun dimanakah jalan tersebut sebenarnya berada, kenapa tidak ada yang mengetahuinya, serta berhasilkan mereka melaksanakan misi menyelamatkan Sinta? Silahkan ikuti kisah petualangan yang menawan ini

Kisah wayang dalam buku ini mengalami modifikasi, hal ini bisa diterima mengingat keinginan Laras menyelamatkan Sinta mengakibatkan perubahan sejarah. Alih-alih Sinta yang diculik, justru Laras yang diculik. Kisah  Hanoman obong yang membuat seluruh kota terbakar tidak ada, Burung Jayatu juga tidak mati dan sayapnya dipotong, lalu yang menjadi duta rama untuk perdamaian adalah Anggada, anak dari Resi Subali. Serta beberapa kejutan yang tak terduga perihal siapakah sebenarnya Sinta.

Pembaca akan diajak menikmati aneka panganan tradisional khas Jawa serta adat istiadat. Ada klenyem, terbuat dari parutan singkong yang diisi gula kelapa lalu di goreng. Lalu pengetahuan seputar susunan rumah seperti gadri, sentong dan lainnya. Tak perlu kuatir, guna memudahkan pembaca memahami penulis sudah memberikan penjelasan atau terjemahan dalam Bahasa Indonesia di catatan kaki. Beberapa bagian malah langsung diterangkan setelah kata tersebut. Bagi mereka yang lahir dan hidup di kota besar seperti Jakarta, buku ini bisa dijadikan referensi. 

Kisah saat pemberian selamat pada pengantin, disebutkan sebagai tanda kehadiran tamu, gamelan berubah menjadi Kebogiro dari Srinalendro.  Saat menghadiri upacara penikahan, sering kali terdengar suara gamelan. Namun bisa dipastikan, tak banyak anak muda apa lagi yang lahir dan besar di Jakarta walau berdarah Jawa, mengetahui  apa yang sedang dimainkan oleh para penabuh gamelan. Bagi yang ingin mendengarkan Kebogiro bisa mengunjungi  http://www.youtube.com/watch?v=mksZVbyhQDQ

Dikisahkan juga tentang berbagai tokoh wayang berupa para dewa, serta bidadari yang turun ke bumi menghadiri perhelatan akbar di Ayodya. Kita bisa menemukan sosok tujuh bidadri dalam kisah Jaka Tarub yang menari,  Hyang Baruna sang penguasa air dan samudra, Hyang Yamadipati sang penyabut nyawa dan masih banyak lagi. Pembaca secara tak langsung diberikan pengetahuan singkat mengenai para tokoh wayang.


Ilustrasi dalam buku ini sungguh menawan apalagi dibuat sebesar satu halaman penuh. Namun sayang, beberapa penempatan yang tidak pas membuat kenikmatan berkurang.Contohnya ilustrasi tentang Bara yang diserang oleh makhluk air berada di halaman 112, namun uraian kisahnya berada jauh di halaman 125-126. Jika alasannya keterbatasan halaman, kenapa tidak dibuat di halaman 124 jadi sebelum uraian peristiwa.

Dari awal kisah kita hanya dikenalkan dengan empat anak penggemar wayang. Tidak disebutkan hubungan diantara mereka. Sebuah kalimat di halaman 23 membuat saya sedikit bingung. "Benar Dit. Eyang Gondobayu itu tetangga kakek kami," jawab Mambang. Sebaiknya sejak awal sudah disebutkan bahwa Laras dan Mambang bersaudara. 

Tingkah mereka juga seakan tidak sesuai dengan usia belianya. Paling tua yaitu Bara baru kelas dua SMU, namun dalam buku ini digambarkan sudah dewasa. Apakah penulisnya menyesuaikan dengan kondisi saat itu, dimana anak berusia empat belas tahun sudah layak dikawinkan.  Belum lagi keahlian yang mereka peroleh sepertinya bisa  dicapai dengan mudah. Keempat anak tersebut sama sekali tidak memiliki ilmu kanuragan, keahlian memanah mereka diperoleh dari pelatihan singkat saat menumpang disalah satu rumah penduduk. Tanpa dasar yang kuat, walau dilatih oleh Rama sekalian seperti terlalu mustahil jika mereka menjelma menjadi satria tangguh. Dalam kisah silat saja disebutkan seorang satria butuh sekian lama untuk menjadi terampil, apa lagi mereka yang tidak bisa apa-apa. Penulis seakan memaksakan mereka menjadi sosok yang hebat.

Beberapa kata juga sepertinya tertukar atau terbuang tanpa sengaja. Misalnya pada halaman 278 pada baris ke lima hanya ditulis Sang, sepertinya kata yang benar adalah Sang Petapa jika merujuk pada inti pembicaraan yang sedang berlangsung. Lalu di bagian yang lain tertulis,"Tepat," kata Sinta. Bukannya yang tepat adalah kata Lasar? Saat itu sedang terjadi pembicaraan serius antara Laras, Mambang, Bara dan Radit tentang kisah Ramayana sehingga tak mungkin ada Sinta dalam pembicaraan tersebut


Membaca kisah mereka saya teringat drama kolosal BK di salah satu stasiun televisi. Belakangan juga ada kisah sejenis. Yang menarik perhatian saya adalah kostum dan peralatan makan. Tadi saya sengaja menonton salah satu kisah hingga tamat, sesuatu yang sangat jarang saya lakukan. Beberapa hal mengusik saya. Soal alat makan misalnya. Mungkin saya yang salah, tapi saat itu urusan sendok garpu belum dikenal. Penduduk masih menggunakan daun pisang dan sejenisnya sebagai alat untuk menyendok. Lalu kenapa ada penggunaan sendok dan garpu  kayu dalam kisah ini? Penalaran saya bisa saja salah, tapi setting waktu saat itu sepertinya masih jauh dari mengenal sendok-garpu.



Banyak pesan moral yang disisipkan oleh penulis, selain pesan moral melalui kisah wayang. Beberapa kali diceritakan keempat anak tersebut terkejut melihat ada ular Puspakajang, ular pemburu tikus baik di rumah maupun di sawah. Keberadaan ular tersebut tidak dianggap membahayakan bagi penduduk setempat karena mampu mengatasi hama tikus. Tidak ada ular yang diburu karena menyerang manusia saat itu. Seandainya keberadaan mereka tetap dijaga mungkin kita tidak usah pusing memikirkan sawah yang habis diserang tikus. Kisah ular yang menyerang orang di sawah juga tidak akan kita dengar. Ular akan menyerang jika merasa terancam. Pesan moral yang disampaikan sangat jelas, keseimbangan kehidupan harus tetap dijaga karena setiap makhluk memainkan peranannya masing-masing.


Keberadaan raksaksa wanita, Nyi Drembo yang hidup berdampingan dengan aman memberikan isyarat bahwa perbedaan bukan untuk dipermasalahkan tapi dijadikan sebagai warna dalam kehidupan ini. Lebih baik saling membahu dari pada mempermasalahkan perbedaan. 

Saat akan terjadi perang, muncul Aurora di langit Alengka. Aurora adalah fenomena alam yang menyerupai pancaran cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer dari sebuah planet sebagai akibat adanya interaksi antara medan magnetik yang dimiliki planet tersebut dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh Matahari (angin surya). (http://id.wikipedia.org/wiki/Aurora). Masyarakat kita sering mengaitkan fenomena alam dengan sebuah kejadian. Dengan munculnya Aurora, mereka menganggap akan terjadi bencana serius. Hal ini serupa dengan kebiasaan mereka saat bercocok tanam, mengandalkan rasi bintang.

Buku yang saya terima memiliki halaman lebih. Ada selembar kertas yang memuat halaman435 dan 436 setelah halaman 436, sepertinya terjadi kelebihan cetak halaman. Hal kecil yang sempat membuat saya bingung.

Secara keseluruhan, buku ini layak dikoleksi. Keberanian penulis untuk membuat sebuah kisah yang berbeda, memadukan unsur moderen dengan wayang sungguh patut diacungi jempol. Selama saya mengenal penerbit ini, baru buku ini yang saya sukai. Tak heran  Dalang Setan Ki H Manteb Soedharsono memberikan endorsnya. Muantep tenan jie....!

Dear Dion
Buat buku yang ini, ak menyukainya

THX






















Sabtu, 19 Oktober 2013

Waspadalah Ada Orang-orang Tanah di Halamanmu!


Judul: Orang-orang Tanah
Penulis: Poppy D. Chusfani
Editor: C. Donna Widjajanto
Sampul  & Ilustrasi dalam: Anne M. Oscar
ISBN-10: 9792283986
ISBN-13: 978-9792283983
Halaman : 200
Penerbit: Gramedia Pustaka  Utama

Gadis kecil berbaju merah di kover buku
Tapi ini bukan kisah tentang si kerudung merah
Ini tentang kefanaan,  perjuangan dan pembalasan dendam

Buku mungil halaman, 199, membawa pesan yang tidak mungil. Ada 9 kisah dalam buku ini yaitu Jendela; Pelarian; Pondok Paling Ujung; Bulan Merah; Dewa Kematian; Pintu Kembali; Lelaki Tua dan Tikus; Sang Penyihir serta Orang-orang Tanah. Walau berbeda, benang merah dari kisah yang ada adalah kasih sayang,  perjuangan dan pembalasan dendam.Kebaikan selalu melalui jalan berliku untuk meraih kebahagian abadi.

Sering kali orang menggaungkan kisah tentang seorang ibu yang melakukan apapun untuk sang anak, demikian juga pada kisah Jendela. Di Jendela selain disuguhi uraian tentang perjuangan sang ibu, kita juga akan menemukan bagaimana seorang anak berkorban untuk menyelamatkan nyawa ibunya. Sosok ibu yang digambarkan tak berdaya tanpa saya bisa pahami kenapa, terselamatkan berkat campur tangan sang anak dan sebuah kendi. Penulis mampu merangkai kata sehingga pembaca ikut merasakan haru-biru perasaan sang gadis cilik saat melihat ibunya disiksa dan impiannya sederhananya. Gadis itu hanya ingin ibunya dan makan kenyang. Mengharukan

Kisah ini Pelarian juga mengusung tema ibu yang berbuat demi anaknya. Sang anak tidak mengerti mengapa ibunya sangat membenci dirinya. Bukan salahnya jia ia lahir ke bumi. Sebuah rahasia besar ternyata disembunyikan darinya  saat yang tepat, saat yang menguntungkan bagi pihak-pihak yang memiliki niat jahat terhadap drinya dan ibunya. Pihak-pihak yang mengambil keuntungan dari derita orang lain. Pada akhirnya, bagaimana juga ibu dan anak memang memiliki ikatan yang tak terputuskan.

Namun kisah Orang-orang tanah membuktikan ungkapan umum, ibu tiri sungguh kejam. Kejam, sehingga sang anak tiri yang berusia belia mampu menyusun sebuah rencana untuk membuatnya celaka. Saya sungguh merasa seram, sebegitu menderitanyakah sang gadis kecil itu hingga alih-alih takut, ia sangat  ingin menyingkirkan ibu tirinya. Sekali lagi, setiap perbuatan jahat pasti mendapat ganjaran yang setimpal. Kisah menawan, tak heran jika judul kisah ini dipilih sebagai judul buku.

Aneka kisah dalam buku ini mengusung tema dan setting yang beragam. Saya sangat menikmati kisah dalam buku ini karena Mbak Poppy mampu membuat kisah fantasi yang beragam, tidak hanya sang terpilih, vampir dan sejenisnya. Sebuah hal kecil saja seperti jendela di sudut bisa diubah menjadi sebuah kisah fantasi.

Dalam beberapa kisah, Mbak Poppy bertindak sebagai sang tokoh, menjadi Aku. Terlihat sekali bagaimana emosinya tercurahkan saat menjadi bagian dari kisah itu. Kesan emosional terlihat di beberapa bagian.  Semoga kelak hal ini tidak terjadi. Sebagai penulis seharusnya Mbak Poppy tidak memperlihatkan emosinya sebagai individu saat menulis sebuah kisah.

Menawannya, pada setiap awal kisah kita akan  "dihadang" oleh sebuah ilustrasi  cantik. Ilustrasi  tentang kisah yang akan dibaca. Sayangnya ada beberapa yang kurang pas dengan kisah.Misalnya dalam kisah Orang-orang Tanah yang dijadikan sebagai judul kumcer ini. Ilustrasi yang digunakan adalah penggalan bagian kiri bawah kover, tanpa warna tentunya.  Akan lebih indah jika uraian di halaman 191 paragraf kedua atau pada halaman 193 paragraf 2, bahkan halaman 198 paragraf pertama yang dijadikan dasar dalam membuat ilustrasi.

Sementara kover buku ini dibuat dengan gaya dan warna yang langsung menarik perhatian. Seperti yang saya tulis di atas, gadis dengan berbaju merah dan membawa keranjang dengan dua buah apel di tanah membuat siapapun yang melihatnya akan teringat kisah tentang Si Tudung Merah yang nyaris dimakan serigala saat menengok nenek.  Hanya ilustrasi mata di bagian pohon yang membuat orang akan berpikir ini merupakan kisah yang berbeda. Goresan gambar jauh dari kesan anak-anak tapi tetap mengusung nuansa manis. Warna yang dipilih juga tidak berkesan perempuan sekali. Perpaduan yang pas.

Favorit saya adalah Orang-orang Tanah serta Lelaki Tua dan Tikus. Mbak Poppy membuat saya sangat berempati dan bisa memaklumi perbuatan keji Alia. Jangan-jangan saya juga akan berbuat hal yang sama jika berada dalam posisi Alia.  Sedangkan pada kisah Lelaki Tua dan Tikus, saya jadi memiliki imajinasi liar tentang hewan satu itu. Sungguh menyenangkannya jika bisa melakukannya, pasti banyak hal yang terpecahkan. Hanya saja saya harus berhati-hati agar tidak salah pilih saat melakukannya.

Seperti kumpulan cerpen lainnya, hal utama yang terasa mengganjal adalah kisah yang cepat selesai. Beberapa kisah menurut saya sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi sebuah buku, minimal menjadi kisah yang lebih panjang.  Kisah Pelarian, Bulan Merah, Sang Penyihir bisa menjadi sebuah buku fantasi yang menarik. Sementara Pondok Paling Ujung berpotensi menjadi sebuah buku mencekam.

Sebagai seorang penerjemah kemampuannya sudah tidak diragukan lagi. Sebagai penulis, kisahnya memiliki bobot tersendiri. Caranya bercerita dan merangkai kaca mencerminkan bacaannya. Buku-buku karyanya  yaitu The Bookaholic Club (2007), Mirror, Mirror on the Wall (2008), Nocturnal (2008), The Bookaholic Club: Hantu-Hantu Masa Lalu (2010),  dan Orang-Orang Tanah.  Tak banyak yang tahu bahwa novel teenlit bertema fantasi  The Bookaholic Club merupakan teenlit fantasi pertama di tanah air, bahkan sebelum  Sitta Karina 

Hanya butuh sekitar 0,45 detik dengan 5.470 hasil jika kita mengetik nama Mbak Poppy di mesin mencari.

Buku ini juga dijajakan pada http://www.amazon.com/Orang-Orang-Tanah-Indonesian-Edition-Chusfani/dp/9792283986


Dearest Mbak Poppy
Saya sangat menikmati buku ini.
Tak sabar menunggu karya selanjutnya

Big Hug

TR




Jumat, 18 Oktober 2013

Empat Buku yang dibaca Selama Liburan

Seperti biasa, saat libur panjang pasti urusan buku menjadi agenda utama.
Begitu juga libur Idul Adha kali ini. Selain rencana ke Solo selama 2 hari, libur juga dicanangkan untuk menghabiskan eh mengurangi timbunan buku. Buku-buku berikut dibaca selama perjalanan ke dan dari Solo.

Untuk kali ini, sebuah buku hanya akan diberikan datanya lalu inti review dari buku tersebut. Mungkin beberapa kalimat berkesan sadis, tapi begitulah anggapan saya apa adanya.

Planetes, Memburu Tongkat Silex Luminar
Pengarang : Ziggy Zezsya Zeovienna Sabrizkie
Editor : Aya Sophia
Tata Sampul: Febri
Tata Isi: Atika
ISBN: 978-602-7933-42-2
Halaman: 199
Penerbit: Laksana Fiksi

Ceritanya dunia dulu bukan berbentuk seperti sekarang, terbagi dalam tiga bagian. Mereka yang hidup di tengah harus hati-hati agar tidak jatuh ke bawah. Hal ini mengingatkan pada film kocak tentang pencarian ujung dunia.

Demi sebuah tujuan mulia maka dunia dibuat menjadi bulat seperti sekarang. Caranya cukup simpel hanya dengan menancapkan sesuatu.

Beberapa bagian dalam kisah ini logikanya  kurang bisa saya terima. Banyak "bolong-bolong" yang seharusnya tidak terjadi. Konon hal ini dikarenakan keterbatasan halaman sehingga kisah harus diedit. Tapi walau diedit kan bisa diseleraskan lagi sehingga tidak berkesan aneh.

Pembaca tidak bisa diberikan alasan!
Pembaca harus dimanjakan dengan karya yang menawan TITIK. Jika ada keterbatasan halaman, maka penulis yang harus melakukan penyesuaian dengan kisah, bukan pembaca yang harus berkompromi dengan kisah yang kurang pas. Tugas editor membantu penulis, jika pembaca masih menemukan banyak hal yang membuat kenikmatan membaca terganggu, maka perlu dipertanyakan bagaimana mereka mengarahkan penulis.

Kekurangan utama buku ini adalah riset. Penulis mungkin membuat kisah ini saat Pluto belum dieliminasi sebagai planet. Jika saat buku ini siap cetak, seharusnya penulis melakukan revisi guna menyelaraskan kondisi bukan mendiamkan saja dan mohon pemakluman pembaca.

Saya berprinsip bahwa sekali membaca, maka harus dibaca sampai tuntas walau butuh waktu lama. Bisa dibayangkan betapa tersiksanya saya saat menuntaskan buku ini.

Prahara Istana Naga Biru
The Last Princess Legend
 
Penulis: Giant Sugianto
ISBN: 602-7617-76-4
Halaman: 120
Penerbit: Kunci Aksara

Ilustrasinya lebih menarik perhatian saya dari pada kisahnya. Setidaknya kover depan buku ini yang membuat saya tergoda untuk membacanya. Ternyata sang penulis telah memenangkan beberapa penghargaan dalam urusan ilustrasi.

Kisahnya STD tentang seorang gadis eh ternyata ada empat gadis yang merupakan sosok pilihan dengan tugas menyelamatkan sebuah negara yang sama sekali tidak pernah terbayangkan oleh mereka.

Beberapa bagian terasa dipaksanakan. Misalnya nama tokoh
pada awal kisah adalah Alia sebelum belakangan kita dikenalkan dengan yang lain. Lalu nama persekutuan mereka yang konon merupakan kumpulan dari huruf pertama nama mereka juga ALIA. Sungguh kebetulan yang dipaksakan, sangat tidak kreatif! Belum lagi penggunaan kata princess alih-alih putri. Kenapa harus jadi Alia Princess saat ingin menyebutkan keempat anak tersebut? 

Buku ini juga tidak menyediakan sinopsis di bagian belakang serta data buku di bagian depan. Yang ada hanya daftar isi buku ini. Lalu bagaimana seseorang bisa tahu isi buku ini tentang apa? Alih-alih sinopsis, yang ada hanya endors dari seorang penulis  Diara Pocong Gokil. Andai  sudah membeli jadi bingung siapa nama pengarang, halaman, editor dan lainnya.

Seseorang pasti ingin maju dengan mencoba berbagai hal baru. Namun saat sudah mengetahui dimana potensi dirinya, lebih baik ia tetap berada di jalur itu dan terus mengembangkan potensi. Penulis sudah terbukti piawai membuat ilustrasi, saran saya lebih baik ia tetap menjadi seorang ilustrator.

Sapta Siaga: Dewi Emas
 
Penulis: Evelyne Lallemand 
Ilustrasi: Denise Chabot
Alih Bahasa: A. Rahartati & Bambang Haryo
ISBN: 979-403-184-4
Halaman: 168
Penerbit: Gramedia

Saya ingin jadi anggota Sapta Siaga!
Keinginan sederhana saya saat kecil. Menjelajah gua rahasia, menghadiri rapat rahasia dengan menyebutkan kata sandi dan menggunakan lencana. Menikmati minum limun dan makan kue jahe. Di sekolah saya pernah ada seorang penjaja minuman yang memasang tulisan Limun Bang XX saya langsung menjadi pelanggan setianya. Minum limun sambil membayangkan menjadi salah satu anggota SS

Saat ulang tahun, hadiah paling berharga saya adalah kemah. Kisah ini juga yang membuat saya tertarik untuk mengikuti salah satu ekstra kurikuler sekolah, karena ada kegiatan kempingnya.

Sayangnya buku ini menghancurkan memori indah saya. Buku ini memang dibuat oleh penulis lain dengan mengambil tokoh SS, sayangnya tokoh yang ada sungguh merusak ingatan saya tentang mereka. Tokoh Janet misalnya, dalam SS besutan Enid Blyton digambarkan sebagai sosok yang peyayang, pemberani, pandai dan sabar. Sementara dalam buku ini digambarkan penakut dan kurang pandai.

Belum lagi ungkapan saat kesal atau marah. Para anggota SS seakan bersikap kasar dan bisa mengupat seenaknya walau hanya menggunakan kata brengsek.

Untuk dikoleksi buku ini layak. Untuk dinikmati, saya lebih menyukai buku karangan penulis aslinya.

 Abarat
 
Penulis: Clive Barker
Alih Bahasa: Tanti Lesmana
ISBN: 9792203400
Halaman: 440
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Ada yang masih ingat harga asli buku ini saat pertama kali terbit tahun 2007? Yups! Sembilan puluh sembilan ribu rupiah! Saat itu harga buku ini bisa sangat mengurus kantong saya. Terpaksa menahan diri untuk membeli. Makin tersiksa saat buku keduanya muncul. Akhirnya setelah ada diskon besar-besaran buku ini bisa juga terbeli. 

Setelah selesai membaca, saya merasa menyesal. 
Kenapa tidak dari dulu buku ini saya beli. Kisah dan ilustrasinya sungguh menawan.Ilustrasi tidak hanya mempercantik halaman namun juga membantu membangun imajinasi. 

Beberapa hal mungkin terasa aneh, namun dengan adanya penjelasan masuk akal, maka kisah fantasi dalam buku ini menjadi kian menawan. Sang terpilih tidak hanya menjadi sang terpilih saja, yang memainkan peranat jahat cuman tak sekedar menjadi penjahat saja. Banyak hal yang menawan dalam buku ini.

Makin terpesona saat menemukan peta. Peta yang ada membuat kisah dalam buku ini kian menawan. Jika belakangan banyak buku yang juga memberikan peta lokasi, tetap buku ini istimewa karena memberikan peta dalam warna yang menarik. Imajinasi saya kian berkembang dengan membaca peta ini.

Tak perlu komentar banyak. Buku yang SPEKTAKULER
Terobati rasanya kekecewaan setelah membaca buku-buku yang lain.









Minggu, 06 Oktober 2013

Jelajah Neraka ala Dan Brown



Penulis: Dan Brown
Penerjemah: Ingrid Dwijani Nimpoeno &
                    Berliani Mantili  Nugrahani
Pemeriksa Aksara: Eti Rohaeti & Oclivia Dwiyanti P
ISBN: 978-602-7888-54-8
Halaman: 644
Penerbit: Bentang Pustaka
Harga: Rp 149.000


 Saya benci mereview buku ini!

Sungguh susah membuat review buku ini tanpa spoiler. Banyak hal yang menurut saya patut disampaikan.Jika tidak disampaikan bisa membuat pembaca kurang memahami dimana seru dan menawannya buku ini. Tapi jika disampaikan bisa mengurangi kenikmatan membaca karena bisa dianggap spoiler.

Saya coba buat sebijak mungkin *halah* jika ada spoiler mohon maaf, jika dianggap kurang bisa mencerminkan isi buku juga maaf. Tidak ada pesan sponsor saya harus memberikan pujian tapi memang bagus sih.

------------------

Terbangun dengan rasa sakit kepala yang sangat  tanpa ingat apa-apa membuat Robert Langdon dengan kehilangan orientasi. Ternyata ia mengalami syok. Dalam   http://kamuskesehatan.com/arti/syok/ “Syok adalah kondisi kritis akibat penurunan mendadak dalam aliran darah  yang melalui tubuh. Ada kegagalan sistem peredaran darah untuk mempertahankan aliran darah yang memadai sehingga pengiriman oksigen dan nutrisi ke organ vital terhambat. Kondisi ini juga mengganggu ginjal sehingga membatasi pembuangan llimbah dari tubuh.” Menurut dokter yang merawatnya hal ini bisa diakibat terkena luka tembak yang dideritanya.

Bukan itu saja,  yang mengejutkannya ia berada di Italia. Saat terakhir yang dia ingat adalah sedang berjalan pulang dari Harvard. Sepanjang tak sadar diri, ia selalu menyebut very sorry berkali-kali. Belum memahami apa yang terjadi pada dirinya, serangkaian kejadian khas petuangan ala Dan Brown sudah terjadi.

Dari melihat dokter yang merawatnya tertembak, diselamatkan dokter yang lain, halusinasi sosok wanita berambut perak  menggunakan jimat dan terus menerus memintanya untuk mencari dan menemukan,  hingga peristiwa yang mengisyarakat seakan pemerintah AS baru saja mengirim orang untuk membunuhnya! Bahaya sepertinya cocok menjadi nama tengahnya.

 Ternyata tanpa ia sadari, ia membawa sebuah wadah titanium berlapis-timah yang hanya bisa dibuka dengan sidik jarinya berisi poiter Faraday (kenapa di sinopsis disebut stempel yah). Saat pointer itu di arahkan ke dinding maka  terlihatlah gambar 10 tingkatan neraka dari Inferno karangan Dante. Namun saat diperhatikan dengan seksama, ada yang sudah memodifikasinya dan menyampaikan pesan terselubung di dalamnya


Kebenaran hanya bisa dilihat dari mata kematian

Langdon harus berpacu dengan waktu!
Penemu eksentrik yang sangat terinspirasi oleh The Divine Comedy menganggap dunia akan terselamatkan jika jumlah penduduk berkurang dratis, seperti saat wabah yang dahulu melanda Eropa. Jika ciptaannya, yang ternyata adalah sebuah virus  tersebut tidak ditemukan pada waktunya, maka seluruh dunia akan terjangkit. Tidak ada  perubahan fisik yang terlihat seperti rasa panas, kulit berwarna merah, ruam dan sejenisnya. Efeknya justru baru terlihat jika seseorang menjalani serangkaian test.

Mulailah Langdon memecahkan serangkaian teka-teki yang terkait dengan Inferno bagian dari The Devine Comedy dari pujangga Italia Dante  Alighieri (1308-1321). Dalam petualangannya kali ini, Langdon ditemani oleh seorang dokter cantik misterius bernama Sienna Brooks.

Bersama    Sienna   Brooks, Langdon   harus   berupaya   memecahkan misteri berdasarkan penggalan ingatannya yang datang-pergi serta pengetahuan mereka  akan The Divine Comedy dan sejarah. Mereka bahu membahu tidak hanya memecahkan misteri tapi dari bahaya yang mengancam jiwa mereka. Mereka berpergian dari Italia hingga  Venesia. Memecahkan misteri topeng kematian hingga doge. Situasi kian memanas saat mereka juga harus berhadapan dengan WHO dan sebuah organisasi misterius. 

Walau judulnya The Devine Comedy, isinya jelas jauh dari komedi. Terbagi dalam tiga bagian, Inferno-neraka terdiri dari 34 canto, Purgatorio-Penebusan terdiri dari 33 canto, dan Paradiso-Surga terdiri dari 33 canto  atau babTernyata kata Comedy  bukan dimaksudkan karena isinya lucu secara harafiah.  Untuk karya tulis yang dianggap bukan karya sastra serta ditujukan bagi kaum kebanyakan, maka karya tersebut harus diberi embel-embel kata Comedy. Jadi pemberian kata tersebut sekedar untuk menandakan saja

Bisa dipahami jika demikian. Uraian mengenai neraka sungguh tidak bisa dianggap lucu. Bahkan gereja mengalami peningkatan pengunjung yang signifikan setelah masyarakat membaca buku ini. Dikisahkan tentang perjalanan Dante melalui 10  tingkatan neraka ditemani oleh seorang  penyair Romawi  bernamaVirgil. Untuk membaca Inferno bisa mengintip http://www.gutenberg.org/ebooks/8789


Langdon tidak hanya berurusan dengan Inferto-neraka saja ternyata. Guna memecahkan misteri,  Kebenaran hanya bisa dilihat dari mata kematian mereka juga harus berurusan dengan Paradiso-surga. Bagian terakhir dari The Divine Comedy ini mengisahkan tentang perjalanan Dante melalui Surga, dipandu oleh Beatice, wanita yang walau dikenalnya sesaat namun sangat dipujanya. 

Untuk menikmati penggalan conto 25 yang membuat Landon terpaksa meminjam ipad seseorang *promosi terselubung-spoiler dikit* guna bisa memecahkan petunjuk selanjutnya bisa dilihat di http://classiclit.about.com/library/bl-etexts/dante/bl-dante-paradise-25.htm

Dibandingkan dengan buku Dan Brown yang lain, buku ini bagi saya  terasa lebih ringan dalam urusan memicu adrenalin. Kisahnya memang memiliki ciri yang sama, tentang pencarian panjang dan menegangkan sesuatu guna menyelamatkan umat manusia. Beda yang paling terasa adalah bobot paparan perihal sejarah lebih memiliki porsi yang banyak dari pada urusan berlarian memecahkan teka-teki. Bagi saya yang bukan penggemar sejarah, tentunya penambahan porsi hal tersebut akan terasa sekali.

Pada bab 84, kita akan menemukan lantunan syahdu azan Sholat Magrib di Istambul. Lalu pada bab 88 kita juga akan menemukan kejutan yang menunjukan kerukuman beragama ala Dan Brown. Landon sendiri digambarkan memberikan pengertian pada muridnya tentang tradisi Islam yang meyakini bahwa hanya Tuhan yang bisa menciptakan kehidupan, sehingga manusia tidak berhak membuat gambar  sesuatu yang hidup-tentang Tuhan, manusia  bahkan binatang (hal 548). Sang murid meringkas uraian rumit selanjutnya menjadi kalimat, Kristen menggemari wajah; Muslim menggemati kata (halaman 549). Di beberapa bab akhir terlihat Dan Brown memasukan perihal Islam dalam kisahnya.

Kali ini Dan Brown cukup berani membuat akhir yang berbeda dari kisah yang lain. Tidak semua hal bisa berakhir baik. Ada kisah yang berakhir dengan menggantung,  menyedihkan dengan meninggalnya tokoh utama bahkan ada yang diakhiri dengan kegagalan sang tokoh. Akhir kisah kali ini sangat berbeda dengan akhir kisah buku Dan Brown yang lain. Pembaca dibiarkan mengambil keputusan akhir mana yang paling sesuai dengan hati nuraninya. Sebuah lelucon kecil diakhir kisah membuktikan bahawa sosok Dan Brown melalui Langdon juga bisa melakukan hal-hal kocak. Di dalam kisah ini beberapa trik yang digunakannya guna lolos dari keadaan mendesak terasa konyol tapi bagian akhir malah membuat saya lebih menikmati kekonyolannya

Pembaca harus waspada. Apa yang tertulis, diuraikan secara gamblang belum tentu seperti itu pada akhirnya. Bisa saja itu hanya sebuah trik untuk menyesatkan pembaca, membuat kesan penasaran. Sang jagoan belum tentu jagoan sesungguhnya. Penjahat bisa saja jagoan yang berada di tempat yang salah serta mendapat sorotan dari sisi yang salah. Waspada! Ikuti saja kisahnya, nikmati dengan bersemangat jangan melakukan dugaan karena bisa mengecewakan.

Untuk urusan kover, pembaca bisa langsung menebak isi kisahnya pasti bersinggungan dengan tokoh yang ada di kover. Hanya karena tidak ada nama maka pembaca hanya bisa mengira siapakah tokoh tersebut. Gambar bangunan membuat makin penasaran kemana lagi kita akan diajak memecahkan misteri. Sebenarnya tanpa tulisan author of The Da Vinci Code, pasti banyak yang tertarik membeli buku ini. Apa lagi nama penulis Dan Brown dicetak lebih besar dari judulnya. Stiker hologram yang bertuliskan original (jika tidak salah) patut diacungi jempol. Ini guna mengurangi upaya duplikasi oleh pihak yang tak bertanggung jawab.

Warna hitam di jacket buku kian membuat kesan misterius namun elegan. Sayangnya saya kurang suka dengan foto Dan Brown yang ada di bagian belakang. Beliau terlihat seperti kakek tua yang dipaksa tersenyum untuk keperluan iklan bagi saya.

Saya sempat menemukan beberapa kata yang mengusik rasa ingin tahu sampai membuat note untuk mencari maknanya. Ternyata hal sepela, ketidaktahuan saya yang membuat kata tersebut menjadi sesuatu yang misterius.  Padahal petunjuknya sudah ada di sana. Misalnya kata Gogol, sureal dan gangren  Lumayan dapat hiburan dan ilmu sekaligus. Kata melempem yang jarang saya jumpai dalam novel justru ada dalam buku ini, jangan salahkan saya jika otomatis saya tertawa lepas membacanya. Unik.

Biasanya hal-hal sederhana yang menunjukan tokoh utama kita juga manusia sering kurang diungkap dalam sebuah kisah. Hal sepele namun membuat tokoh utama terasa lebih hidup seperti tokoh kita makan, tidur dan sebagainya. Dalam kisah Dan Brown, cukup disebut kalimat senja temaram, wajah kusut kurang tidur  dan selebihnya sudah membuat tokoh kita menjadi sosok manusiawi.

 Mr Bond waspadalah, Mr Langdon bisa jadi penggantimu 
Menjadi serial yang paling ditunggu seluruh dunia 
Jika dalam kisah Bond kita akan disuguhi aneka teknologi canggih dan wanita cantik, maka dalam Langdon kita disuguhi aneka sejarah dalam berbagai wujud, karya seni, tempat bersejarah hingga pelaku dan ditemani seorang akademisi cantik. Keduanya menawarkan kisah seru dengan caranya masing-masing.

Jadi kapan Mr Brown diundang ke tanah air???????

Sumber gambar
http://www.gutenberg.org/ebooks/8789
http://en.wikipedia.org/wiki/Dante_Alighieri
http://www.danbrown.com/inferno/












Selasa, 01 Oktober 2013

The Bliss Bakery Trilogy #2: A Dash of Magic

FB 19 September 2013 pukul 13:12

Penulis:  Kathryn Littlewood  
Penerjemah: Sujatrini Liza
Penyunting: @pureanugroho

Penyelars Aksara: Aini Zahra, @kaguralian
Penata Aksara: Garislingkar
ISBN: 978-979-433-811-7
Halaman: 312 
Penerbit:  Mizan Fantasi
Harga: Rp 49.500,-


SUNGGUH LUAR BIASA! 
Perpaduan hal yang sangat kusukai dan hal yang tak kusukai

Aku sangat mengagumi warna biru. Jika bisa,  semua hal terpenting harus biru, kecuali uang tentunya he he he. Betapa jatuh hatinya aku saat melihat buku pertama seri ini. FULL BIRU dari kover hingga halaman samping yang juga diberi warna biru. Begitu juga saat menemukan buku keduanya.  HIDUP BIRU!

Yang tak kusukai, sebenarnya sih karena tidak bisa makanya jadi tidak suka,  kegiatan memasak. Well aku memang bukan wanita telatan yang jago meracik aneka resep. Secara teoritis, aku sering memberikan saran bagi teman-temanku yang jago memasak, hasilnya sungguh luar biasa. Tapi jangan suruh aku yang membuat. Bisa-bisa masak air saja gosong!

Namun walau aku tak suka (eh belum suka) memasak aku bisa memahami betapa pentingnya arti buku  resep bagi Rosemary Bliss. Apa lagi buku tersebut memuat aneka resep yang walau tidak akan bisa dimasak di dapur kalian karena bumbu-bumbu rahasia mereka, dijamin bisa membawa efek luar biasa bagi yang memasaknya. Rose memilih kehilangan ketenaran dan pujian dari pada kehilangan cinta keluarganya dengan menjadi pengikut Bibi Lily yang sangat ingin menguasai dunia melalui masakan (standar sifat tokoh jahat).

Bibi Lily sekarang  menjadi seorang pesohor. Apapun yang menyangkut Lily pasti laris manis. Dari sekedar iklan spatula hingga acara bincang-bincang. Popularitasnya tak terbendung. Nyaris seluruh televisi menyiarkan wajahnya.    30 Menit Sihir Lily menjadi acara memasak siang hari dengan rating tertinggi dalam sejarah siaran televisi. Bahkan  bumbu rahasia yang belum memikili ijin  untuk produknya. Karena sekarang ia adalah seorang pesohor maka orang melihat wajahnya dan tanpa ragu melakukan pembayaran.

Rose dan ibunya menghabiskan sepanjang pekan untuk mencoba semua resep 30 Menit Sihir Lily dan menambahkan sejumput bahan sihir yang diklaim sebagai bahan sihir Lily ke setiap masakan. Bahan sihir berbentuk bubuk kelabu kebiruan itu berbau seperti roti bakar gosong. Setiap menyentuh adonan, maka akan timbul suara mendesis dan mengeluarkan nama bibinya, Liiiilyyyy. 
Sejak buku resep milik keluarga mereka dicuri oleh Bibi Lily, banyak terjadi perubahan. Belakangan jalan-jalan di Calamity Falss terasa dingin dan kelam bahkan saat musim semi sekalipun. Mrs Havegoods kekurangan daya kreatifitasnya. Liga Pustakawati mengistirahatkan bus tur. Mr Bastable dan Mrs Thistle-Bastable kehilangan hasrat satu sama lain. Suasana menjadi suram seakan tak ada jiwa kehidupan di sana. 

Buku resep tersebut hanya ada dua di dunia. Yang satu sekarang berada di tangan Bibi Lily, sementara salinan satunya berada di tangan sesepuh keluarga. Selama ini keluarga Rose menjaganya dengan sangat hati-hati mengingat banyak pihak, selain Bibi Lily yang ingin mencurinya  untuk kepentingan pribadi

TIDAK MUNGKIN! Sangat tidak mungkin jika kalian menyarankan untuk mengambil salinan Bliss Cookery Booke yang satu lagi. Masalahnya bukan  tempat tinggal kerabat yang menyimpan buku itu, tapi bahasa yang dipergunakan untuk menulis. Salinan buku tersebut mempergunakan bahasa Sassanian. Bahasa yang dipergunakan oleh Suku Dukun kuno di Bulan Sabit Subur. Sejauh ini kakek buyut Balthazar baru berhasil menerjemahkan sembilan resep!

Tak ada cara lain!
Rose harus merebut kembali buku memasak itu. Salah satu cara gila yang mampir di kepalanya adalah menantang Bibi Lily  lomba memasak. Rose harus mengalahkan Bibi Lily di Gala des Gateaux Grands. Lomba adu memasak tingkat dunia. Jika menang maka Bibi Lily harus mengembalikan buku yang dicurinya. 

Belajar dari pengalaman Rose, dan Ty memaksa Bibi Lily membuat dan memakan Rugelach Tanpa-Ingkar. Dengan bumbu rahasia air liur peri,  maka siapa saja yang memakannya pasti tidak akan mengikari perjanjian yang telah dibuat.

Jangan tanya bagaimana seru dan menengangkannya acara lomba masak tersebut. Berbagai cara ditempuh keduanya untuk menang. Rose beberapa kali tergoda untuk melakukan hal buruk seperti  mencuri buku tersebut. Hal ini dikarenakan ia sering kali merasa terintimidasi melihat aksi sang bibi. Karyanya sungguh spektakuler sementara ia merasa hanya mampu membuat makanan sederhana dengan penyajian yang juga sederhana sekali. Sementara Bib Lily tak perlu ditanya, segala hal dilakukan agar menang.

Seharusnya Rose tak perlu  cemas. Seluruh keluarga mendukungnya, bahkan sang kakek buyut bersedia ikut dengannya demi membantu menemukan dan menerjemahkan resep yang cocok. Ia tak perlu takut akan tidak adanya bumbu rahasia yang cocok atau keterampilannya yang masih jauh di bawah sang bibi. Rasa percaya seluruh keluarga bahwa Rose pasti bisa membereskan kekacauan yang menurutnya diakibatkan kebodohannya,  serta kasih sayang yang diberikan seluruh keluarganya justru  menciptakan bumbu rahasia paling hebat. itulah inti sebenarnya dari memasak ala Bliss. Sungguh bagian yang paling menyentuh.

Selama lomba, Rose berjuang demi Booke dan menghentikan Bahan Sihir Lily, sedangkan bagi Lily yang penting adalah memenangkan lomba. Rose berjuang demi keluarga dan kotanya. Sementara Lily berjuang demi ambisinya.

Buku ini benar-benar menghibur saya. Baru menyimak isi bukunya saja saya sudah sangat tertarik. Ada Kucing yang Pandai Bicara, Tantangan Tak lazim, Kucing yang Menendang Sarang Tawon, Merayu Batu, dan lainnya

Saya tertawa lepas saat membaca bagian tentang pengumpulan aneka bumbu rahasia. Ternyata Mona Lisa tidak tersenyum. Hantu pun bisa malu dan bersemu merah di wajah. Rayuan tetap rayuan bahkan jika yang harus  dirayu adalah batu. Bahkan demi bumbu rahasia mereka ikut merayakan ulang tahun di kuburan.

Dibandingkan dengan buku pertama, buku kedua ini kian menawan. Penulis mengaduk-aduk perasaan kita. Ikut bahagia saat Rose menemukan bumbu rahasia dengan susah payah, sedih karena masakannya nyaris membuatnya dikeluarkan dari lomba. Terpenting merasakan semangat kebersamaan keluarga mendukung Rose. Seluruh keluarga bahu-membahu membantu Rose dengan sepenuh hati. Dukungan mereka merupakan kekuatan bagi Rose

Bagian yang menyentuh hingga saya seakan berubah menjadi lebai, menintikkan air mata ada di bab lima belas. Sungguh mengharukan. Segala hal yang dilakukan dengan kesadaran untuk kepentingan sesama pasti akan mendapat ganjaran yang  menyenangkan.

Kekurangannya bagi saya hanyalah pada bagian resep. Seperti buku yang pertama, buku ini juga memuat bagian yang mengisahkan tentang latar belakang lahirnya sebuah resep dengan bumbu khusus. Masalahnya kali ini beberapa bagian itu dicetak dengan lebih tipis dan halus, sehingga sedikit susah bagi mata minus saya membacanya. Atau karena mata saya yang bermasalah . 

Setelah sekian lama berurusan dengan mitologi, sang terpilih, pembawa pesan, penyhir dan sejenisnya. Senang rasanya menemukan sebuah kisah fantasi yang berbeda. Kekuatan dan keunikan kisah ini justru dari hal sederhana, memasak dan makna keluarga.

Hemmmm, ini ada kelanjutannya ngak yahhh.