Sabtu, 19 Oktober 2013

Waspadalah Ada Orang-orang Tanah di Halamanmu!


Judul: Orang-orang Tanah
Penulis: Poppy D. Chusfani
Editor: C. Donna Widjajanto
Sampul  & Ilustrasi dalam: Anne M. Oscar
ISBN-10: 9792283986
ISBN-13: 978-9792283983
Halaman : 200
Penerbit: Gramedia Pustaka  Utama

Gadis kecil berbaju merah di kover buku
Tapi ini bukan kisah tentang si kerudung merah
Ini tentang kefanaan,  perjuangan dan pembalasan dendam

Buku mungil halaman, 199, membawa pesan yang tidak mungil. Ada 9 kisah dalam buku ini yaitu Jendela; Pelarian; Pondok Paling Ujung; Bulan Merah; Dewa Kematian; Pintu Kembali; Lelaki Tua dan Tikus; Sang Penyihir serta Orang-orang Tanah. Walau berbeda, benang merah dari kisah yang ada adalah kasih sayang,  perjuangan dan pembalasan dendam.Kebaikan selalu melalui jalan berliku untuk meraih kebahagian abadi.

Sering kali orang menggaungkan kisah tentang seorang ibu yang melakukan apapun untuk sang anak, demikian juga pada kisah Jendela. Di Jendela selain disuguhi uraian tentang perjuangan sang ibu, kita juga akan menemukan bagaimana seorang anak berkorban untuk menyelamatkan nyawa ibunya. Sosok ibu yang digambarkan tak berdaya tanpa saya bisa pahami kenapa, terselamatkan berkat campur tangan sang anak dan sebuah kendi. Penulis mampu merangkai kata sehingga pembaca ikut merasakan haru-biru perasaan sang gadis cilik saat melihat ibunya disiksa dan impiannya sederhananya. Gadis itu hanya ingin ibunya dan makan kenyang. Mengharukan

Kisah ini Pelarian juga mengusung tema ibu yang berbuat demi anaknya. Sang anak tidak mengerti mengapa ibunya sangat membenci dirinya. Bukan salahnya jia ia lahir ke bumi. Sebuah rahasia besar ternyata disembunyikan darinya  saat yang tepat, saat yang menguntungkan bagi pihak-pihak yang memiliki niat jahat terhadap drinya dan ibunya. Pihak-pihak yang mengambil keuntungan dari derita orang lain. Pada akhirnya, bagaimana juga ibu dan anak memang memiliki ikatan yang tak terputuskan.

Namun kisah Orang-orang tanah membuktikan ungkapan umum, ibu tiri sungguh kejam. Kejam, sehingga sang anak tiri yang berusia belia mampu menyusun sebuah rencana untuk membuatnya celaka. Saya sungguh merasa seram, sebegitu menderitanyakah sang gadis kecil itu hingga alih-alih takut, ia sangat  ingin menyingkirkan ibu tirinya. Sekali lagi, setiap perbuatan jahat pasti mendapat ganjaran yang setimpal. Kisah menawan, tak heran jika judul kisah ini dipilih sebagai judul buku.

Aneka kisah dalam buku ini mengusung tema dan setting yang beragam. Saya sangat menikmati kisah dalam buku ini karena Mbak Poppy mampu membuat kisah fantasi yang beragam, tidak hanya sang terpilih, vampir dan sejenisnya. Sebuah hal kecil saja seperti jendela di sudut bisa diubah menjadi sebuah kisah fantasi.

Dalam beberapa kisah, Mbak Poppy bertindak sebagai sang tokoh, menjadi Aku. Terlihat sekali bagaimana emosinya tercurahkan saat menjadi bagian dari kisah itu. Kesan emosional terlihat di beberapa bagian.  Semoga kelak hal ini tidak terjadi. Sebagai penulis seharusnya Mbak Poppy tidak memperlihatkan emosinya sebagai individu saat menulis sebuah kisah.

Menawannya, pada setiap awal kisah kita akan  "dihadang" oleh sebuah ilustrasi  cantik. Ilustrasi  tentang kisah yang akan dibaca. Sayangnya ada beberapa yang kurang pas dengan kisah.Misalnya dalam kisah Orang-orang Tanah yang dijadikan sebagai judul kumcer ini. Ilustrasi yang digunakan adalah penggalan bagian kiri bawah kover, tanpa warna tentunya.  Akan lebih indah jika uraian di halaman 191 paragraf kedua atau pada halaman 193 paragraf 2, bahkan halaman 198 paragraf pertama yang dijadikan dasar dalam membuat ilustrasi.

Sementara kover buku ini dibuat dengan gaya dan warna yang langsung menarik perhatian. Seperti yang saya tulis di atas, gadis dengan berbaju merah dan membawa keranjang dengan dua buah apel di tanah membuat siapapun yang melihatnya akan teringat kisah tentang Si Tudung Merah yang nyaris dimakan serigala saat menengok nenek.  Hanya ilustrasi mata di bagian pohon yang membuat orang akan berpikir ini merupakan kisah yang berbeda. Goresan gambar jauh dari kesan anak-anak tapi tetap mengusung nuansa manis. Warna yang dipilih juga tidak berkesan perempuan sekali. Perpaduan yang pas.

Favorit saya adalah Orang-orang Tanah serta Lelaki Tua dan Tikus. Mbak Poppy membuat saya sangat berempati dan bisa memaklumi perbuatan keji Alia. Jangan-jangan saya juga akan berbuat hal yang sama jika berada dalam posisi Alia.  Sedangkan pada kisah Lelaki Tua dan Tikus, saya jadi memiliki imajinasi liar tentang hewan satu itu. Sungguh menyenangkannya jika bisa melakukannya, pasti banyak hal yang terpecahkan. Hanya saja saya harus berhati-hati agar tidak salah pilih saat melakukannya.

Seperti kumpulan cerpen lainnya, hal utama yang terasa mengganjal adalah kisah yang cepat selesai. Beberapa kisah menurut saya sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi sebuah buku, minimal menjadi kisah yang lebih panjang.  Kisah Pelarian, Bulan Merah, Sang Penyihir bisa menjadi sebuah buku fantasi yang menarik. Sementara Pondok Paling Ujung berpotensi menjadi sebuah buku mencekam.

Sebagai seorang penerjemah kemampuannya sudah tidak diragukan lagi. Sebagai penulis, kisahnya memiliki bobot tersendiri. Caranya bercerita dan merangkai kaca mencerminkan bacaannya. Buku-buku karyanya  yaitu The Bookaholic Club (2007), Mirror, Mirror on the Wall (2008), Nocturnal (2008), The Bookaholic Club: Hantu-Hantu Masa Lalu (2010),  dan Orang-Orang Tanah.  Tak banyak yang tahu bahwa novel teenlit bertema fantasi  The Bookaholic Club merupakan teenlit fantasi pertama di tanah air, bahkan sebelum  Sitta Karina 

Hanya butuh sekitar 0,45 detik dengan 5.470 hasil jika kita mengetik nama Mbak Poppy di mesin mencari.

Buku ini juga dijajakan pada http://www.amazon.com/Orang-Orang-Tanah-Indonesian-Edition-Chusfani/dp/9792283986


Dearest Mbak Poppy
Saya sangat menikmati buku ini.
Tak sabar menunggu karya selanjutnya

Big Hug

TR




Tidak ada komentar:

Posting Komentar