Rabu, 19 Februari 2014

Review 2014 #10: Beyonders #2 Seeds of Rebellion


Penulis: Brandon Mull

Penerjemah: Reni Indardini
Penyunting: Tendy Yulianes
Penyelaras Aksara: Fakhri Fauzi
Penata Aksara: Axin Makruf
Desain Kover: V Indra Suriantoso
ISBN: 978-979-433-741-7
Halaman: 676
Penerbit: Mizan Fantasi
Harga: Rp 79.000


Dua misi. Galloran harus mengagitasi Trensicourt. Kaum Amar Kabal harus turut menyertainya, begitu pula para drinling. Bersama-sama. rakyat merdeka di sepenjuru Lyrian harus melakukan mars menuju Felrook musim semi mendatang. Pasukan yang kalian kerahkan masih belum cukup, tapi Felrook harus ditumbangkan. 


Jason Walker harus ....

Jason memang telah kembali ke dunianya. Setelah dianggap hilang selama empat bulan, mendadak ia menghubungi orang tuanya dari sebuah peternakan di   Iowa. Dengan suka cita keduanya bergegas menjemput Jason. Dengan asuransi kesehatan lengkap yang dimiliki sang ayah aneka test dijalankan guna mengetahui kondisi jason. Gegar otak hingga tidak ingat apa-apa merupakan alasan yang dipergunakan Jason guna menutupi "hilangnya" selama ini.


Meski sudah berada tempat asalnya, Jason masih teringat akan sahabatnya sesama "Orang Luar" di Lyrian Rachel. Satu-satunya bukti tentang Lyrian adalah pergelangan tangan milik Feerin yang tepenggal. Melalui pergelangan tangan itu Jason berhubungan dengan Ferrin yang berada di Lyrian. Lelet tapi bermanfaat.


Setia kawan mungkin kata yang pas untuk menggambarkan bagaimana perasaan Jason terhadap Rachel. Alih-alih menikmati kehidupan di dunianya, Jason sibuk mencari cara untuk bisa kembali ke Lyrian dan membawa Rachel kembali ke keluarganya. Sebuah cita-cita mulia ala super hero. Plus menepati janjinya untuk tidak meninggalkan Rachel sendirian di sana. Jason seakan terobsesi mencari jalan kembali ke Lyrian. Sungguh ironi, saat berada di Lyrian Jason justru sangat bersemangat mencari jalan kembali ke dunianya.


Petualangan Jason di Lyrian kali ini lebih menegangkan dari sebelumnya. Bersama Rachel, Galloran dan yang lainnya mereka terus berusaha untuk mencari sekutu guna mengalahkan musuh utama mereka. Tempat yang harus mereka datangi bukanlah tempat yang menarik. 


Rachel misalnya, ia akan menyebut Negeri Terbenam sebagai tempat yang tidak ingin dikunjunginya lagi.  Hanya makhluk beracun, penyakitan, menjijikan, dan berbahaya yang bermukim di keremangan tempat itu. Termasuk lendir predator, serangga besar, ular gesit dan katak raksasa.


Seiring waktu, banyak hal mengejutkan yang terjadi. Jason yang kian mahir memainkan pedang, bantuan dari pihak yang tak terduga, Rachel yang ternyata memiliki bakat terpendam hingga penemuan sumber kekuatan yang bisa membantu meraih kemenangan. Seru dan menegangkan.


Dibandingkan kisah pada buku pertama jelas kisah dalam buku kedua ini lebih seru. Seperti pada umumnya kisah yang terdiri dari beberapa bagian, bagian awal biasanya meninggalkan tanda tanya dalam benak pembacanya. Banyak hal yang belum jelas bagaimana seharusnya terjadi atau apakah betul begitu kejadiannya. 


Karakter Jason dan Rachel sebagai tokoh utama terlihat mendapat porsi yang lumayan besar dibandingkan yang lain. Keduanya juga digambarkan mengalami perkembangan kemampuan dan kepribadian yang cukup signifikan dalam upaya menggulingkan penguasa yang kejam, Maldor. Urusan hati diantara keduanya juga sedikit disinggung oleh penulis. Tapi apakah kelak Jason akan menambatkan kasihnya pada Rachel ataukah kedekatan keduanya karena sama-sama merasa senasib dari dunia lain, masih terlalu dini untuk ditebak. Tapi bisa disebutkan bahwa kedekatan Jason dengan putri si Galloran sedikit mengganggu perasaan Rachel walau ia sendiri bersahabat dengan Corinner.


Selain itu, beberapa kisah diciptakan Brandon Mull mirip dengan kondisi di dunia kita. Misalnya kisah tentang  Cacing Goma. Cacing Goma khusus menyerang manusia, terutama mengisap darah manusia sebagai santapan utama, walau darah segar hewan juga bisa dijadikan sebagai nutrisi. Cacing tersebut akan beranak pinak dan menghabiskan darah inangnya dalam dua hari. Saat seluruh darah habis maka cacing itu akan menguasai tubuh inangnya dan menularkan hasrat pada darah. Itu yang menyebabkan banyak mayat hidup di Kerajaan Terlaknat. Masalahnya  tak semua orang bisa menguasai hasrat haus akan darah manusia. hal itu yang menyebabkan  penyakit tersebut cepat menular. 


Kisah tersebut sekilas mirip tentang suatu virus atau bot terbang pemakan daging manusia. Informasi lebih lengkap bisa dilihat di http://www.tempo.co/read/news/2013/01/11/121453663/Daging-Pasangan-Ini-Digerogoti-Parasit-Amazon atau http://www.tempo.co/read/news/2012/03/06/116388362/Wajah-Lelaki-Ini-Dimakan-Parasit. 


Dari sekian banyak yang mengikuti petualangan Jason dan Rachel saya paling suka  sosok Manusia Benih. Mereka bisa hidup kembali jika Amar mereka tidak rusak dan ditanam di tanah yang subur. Amar tersebut letaknya di tengkuk biasanya dirurupi oleh rambut demi keamanan. Jika amar mereka tidak tumbuh sempurna maka kehidupan yang akan berlangsung merupakan kehidupan terakhir mereka. Sayangnya tidak dijelaskan bagaimana mereka berkembang, tentunya kian menjadi kisah yang seru. Atau ingatan saya yang mulai berkurang kisah tentang bagaimana mereka bisa hidup dan berkembang ada di buku pertama. 

 
Secara umum kisah dalam buku ini memang menawan. Pada beberapa bagian saya merasa kurang mengerti kalimat yang dimaksud oleh si penerjemah. Agak membingungkan hingga perlu dikaji ulang maknanya. Misalnya kalimat, "Lilin-lilin yang setengah meleleh menerangi aneka ukiran kuno sebagian." Saya memang sangat awam soal penerjemahan tapi bukankah kalimat tersebut akan lebih enak jika menjadi, "Lilin-lilin yang setengah meleleh menerangi sebagian aneka ukiran kuno." Sekedar saran dari sisi pembaca.
Tapi saya juga menikmati alih bahasa mengenai aneka macam makluk dan tempat yang berada di Lyrian. 

Untuk kover, penerbit sepertinya sengaja membuat berbeda dengan kover aslinya. Kover yang sekarang seakan bercerita bahwa buku ini mengisahkan bagian dimana para tokoh sedang bersiap-siap menghadapi pertempuran besar. Warna cerah yang mendominasi buku ini membuat yang nelihat makin tergoda membacanya.


Biasanya penerbit juga memberikan alih bahasa seputar judul buku, Namun kali ini judul tetap ditulis apa adanya. Padahal jika diterjemahkan secara harafiah  Seeds of Rebellion bisa bermakna semangat pemberontakan.Judul yang cukup seru.


Saya sedikit penasaran pada kalimat di halaman 462. Disebutkan tentang Kel Jerud, penyihir yang bereputasi jelek. Ia membangun menaranya di sana dan disebut Benara Hitam. Sekedar penasaran saja, biasanya jika menamakan sebuah menara maka akan disebut Menara Hitam. Agak janggal saja Benara Hitam.  Apakah kesalahan ketik atau memang penamaannya adalah Benara Hitam bukannya Menara Hitam. 

Konon buku ini diperuntukan untuk anak-anak berusia delapan tahun lebih dengan bimbingan orang tua mengingat ada beberapa adegan kekerasan. Tentunya tidak ada larangan jika ada orang dewasa yang ikut membaca. Betapa beruntungnya anak-anak yang mendapat kesempatan menikmati seri ini. Imajinasi mereka berkembang seiring dengan perkembangan kisah ini.


Sumber gambar:
http://ramblingsofawannabescribe.blogspot.com/2012/02/marvelous-middle-grade-monday-seeds-of.html

1 komentar:

  1. seri ini emang keren...
    masih nunggu buku 3nya...

    BalasHapus