Selasa, 04 Maret 2014

Review 2014 # 15: Sang Perompak


Judul Asli: Pirate Latitudes
Penulis: Michael Crichton
Alih Bahasa: Fahmy Yamani
Editor: Rini Nurul Badariah
ISBN: 978-979-22-9385-2
Halaman: 450
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp 55.000


Pada tahun 1665 Kapten Charles Hunter seorang privateer-penjarah yang diberi kuasa pemerintah untuk menyerang kapal musuh, menggunakan Cassandra   mengarungi laut Karabia guna menaklukan kapal pengangkut harta.  Dengan awak kapal yang tidak biasa, jelas misi yang diembannya tidaklah mudah. Musuh yang dihadapi bukan saja aneka binatang laut, cuaca tapi juga seorang komandan Spanyol  yang cukup ditakuti, Cazalla.


Kapten Hunter disewa oleh  Sir James Almont sang Gubenur  Jamaika untuk memimpin sebuah ekspedisi ke Pulau Mataceros. Di sana bersandar sebuah galleon,  sebutan bagi kapal layar Spanyol abad  ke-15 dan ke-17 yang membawa harta tak ternilai menunggu pengawalan kembali ke Spanyol.
Awak kapal yang dibawa Hunter merupakan awak kapal pilihan. Ada  Don Diego De Ramano sang ahli peledak bahkan dengan menggunakan sumbu yang tidak pernah terbayangkan, Mr Enders juri mudi yang handal, Lazue yang memiliki mata tajam  kala malam hari, Sanson  pembunuh paling kejam, Si orang Moor yang memiliki otot keras di bahu dan dada serta lengan dan tangan besar. Dengan bantuan Pembisik yang ahli pembuat peta,  mereka yakin bisa meraih  kekayaan di depan mata dengan mudah.

Sayangnya pejalanan mereka tidaklah mulus. Dimulai dari pertempuran dan penangkapan oleh Cazall,  membuat beberapa anak buat Hunter terbunuh. Cazall sangat ingin tahu kemana tujuan Hunter sesungguhnya, ia tak percaya ucapan jujur salah satu anak buat Hunter yang berkata agar dibebaskan dari siksaan. Mujur mereka bisa meloloskan diri.

Galleon yang ternyata diberi nama  El Trinidad berukuran sembilan ratus ton, dibangun di Genoa untuk  membawa lima puluh meriam, yang demi memuat kargo lebih banyak terpaksa hanya membawa 32 meriam. Kondisi kapal kotor dan terdapat bocor pada beberapa bagian. Masalah selanjutnya yang harus dipikirkan sang kapten adalah kurangnya tenaga ahli untuk mengoperasikan kapal. Bukan hal mudah.

Mudah dapat, mudah pula kehilangan, sepertinya pepatah itu berlaku bagi Kapten Hunter dan seluruh anak buahnya.  Urusan harta ternyata membuat orang gelap mata. Selanjutnya yang harus mereka hadapi bukan lagi kejamnya cuaca, tentara kerajaan atau hewan laut tapi  ego dan sifat serakah diantara mereka sendiri. Penkhianatan datang justru dari orang yang dekat. Sementara bantuan didapat dari sumber yang tak terduga.

Kisah dalam buku ini terbagi menjadi lima bagian besar. Tiap bagian menawarkan sensasi kisah yang berbeda-beda.  Bagian pertama berjudul Port Royal berisikan tentang kota dimana asal mula ide untuk menjarah Galleon berada. Sebagai kota pelabuhan banyak hal yang terjadi di sana. Kisah dalam bagian ini dibuka dengan sang gubenur jendral yang bersiap-siap untuk menghadiri upacara hukuman mati. Idenya mendatangi pulau dimana galleon berada dianggap hal yang mustahil, sama dengan bunuh diri. Namun banyak yang mendukung karena menganggap sepadan dengan hasilnya jika berhasil.


Bagian kedua berjudul Kapal Hitam mengisahkan tentang tertangkapnya Kapten Hunter oleh  Cazalla serta usaha pelariannya. Bukan hal yang mudah mengingat nama besar sang komandan. Bagian ini memuat beberapa kekerasan, penyiksaan terhadap anak buah Hunter. Hal ini terutama sekali karena rasa penasaran Cazalla yang sangat ingin mengetahui ke tujuan Hunetr sebenarnya. Ia tak percaya saat disebutkan tujuan sebenarnya.


Bagian ketiga berjudul Matanceros menisahkan tentang upaya sang kapten merebut kapal yang berlabuh di pulau, kapal El Trinidad. Menurut saya bagian ini menawarkan kengerian tapi juga keseruan yang lumayan tinggi. Memicu adrenalin. Bagian keempat berjudul Monkey bay, sementara bagian kelima berjudul Mulut Naga.


Membaca kisah ini seakan engan meletakkan buku sebelum kisahnya selesai. Sedikit kekurangan adalah kadang pembaca bisa lupa tentang makna sebuah kalimat. Apa lagi jika sedang seru-serunya adengan pertempuran.

Ada baiknya dibuat semacam glosarium agar pembaca bisa lebih menikmati kisah dalam buku ini. Misalnya jika pembaca mendadak ragu dengan makna privateer bisa langsung menemukannya dengan mudah di glosarium tanpa perlu membolak-balik halaman.

Terlepas dari aneka kisah seru dalam buku ini, pembaca bisa mendapat pengetahuan tentang bagaimana kehidupan masyarakat sekitar taun 1665. Bagaimana sikap seorang wanita terhormat yang bosan dengan segala macam aturan dan bermain api dengan lelaki yang cenderung dianggap
badboy seperti Mrs  Hacklett.  Tentang kain  pembersih gigi  dari Belanda yang bisa dimiliki oleh sang gubenur karena jabatannya. Atau tentang kekhawatiran keponakan  Gubernur Almont akan berbagai bekas penyiksaan pada tubuhnya yang bisa membuat ia direndahkan suaminya kelak.

Dalam situs resmi penerbit disebutkan bahwa Michael Crichton dilahirkan di Chicago, Illinois, pada tanggal 23 Oktober 1942, lulusan Harvard College dan Harvard Medical School. Selain menulis novel dan buku-buku nonfiksi, ia juga menyutradarai beberapa film, di antaranya Coma, Westworld, dan The Great Train Robbery. Buku-bukunya telah diterjemahkan ke dalam 30 bahasa dan banyak pula yang difilmkan, di antaranya Congo, Disclosure, Jurassic Park, Timeline. Ia juga kreator dan eksekutif produser seri televisi ER yang sukses di beberapa negara, termasuk Indonesia. Kegandrungannya pada teknologi terutama komputer mendorong Crichton menciptakan games-games komputer, di antaranya Amazon, Congo, dan Timeline. Crichton bersama istri dan anak perempuannya tinggal di Los Angeles, California.


Jika ingin mengetahui lebih lengkap bisa mengunjungi http://www.michaelcrichton.net/books-piratelatitudes-us.html. Juga jangan lupa menginjungi http://youtu.be/1lJ5Fe_vHF8



Sumber gambar:
Wikipedia






1 komentar: