Rabu, 18 Juni 2014

Review 2014# 30: Assassin Juga Manusia


                                              J                                 Judul: Assassin's Creed Revelations
Penerjemah: Melody Violine
Penyunting: Tendy Yuliandes
Redesain Sampul: Apung Donggala
Pewajah Isi: Husni Kamal
ISBN: 978-602-7812-03-1
Halaman: 557
Penerbit: Ufuk Fantastic Fiction


Membunuh atau dibunuh!
Hanya itu pilihan yang dimiliki oleh seorang Assassin. 
Kisah mengenai assassin yang pernah saya baca nyaris  mengisahkan hal yang sama, bagaimana kehebatan dan kebanggaan mereka menjalani hidup. Mulai dari awal mulai  bergabung dan bersumpah setia hingga menyambut ajal dengan bangga

Buku ini menawarkan sesuatu yang berbeda. Urusan pembunuhan memang masih ada, namun yang menariknya digabung dengan urusan pencari beberapa buah buku yang diyakini merupakan kunci untuk membuka tempat penyimpanan sebuah rahasia besar hingga mampu menghentikan perselisihan sekian lama antara templar dan assassin.  Serta urusan percintaan yang dalam buku ini cukup memiliki peranan besar hingga membuat saya meyakini bahwa walau bagaimana pada dasarnya manusia itu sama dalam hal cinta.

Ezio Auditore da Firenze sang tokoh utama digambarkan sebagai sosok yang unik. Kedudukannya sebagai mentor menjadi  kontras dengan kesukaannya akan membaca buku. Ia berniat menemukan sebuah perpustakaan kuno yang dikisahkan dalam surat sang ayah, Giovanni Auditore. Sebuah petunjuk berantai dalam wujud buku akan menuntunnya menuju tujuan. Menemukan satu per satu buku telah menjadi obsensi tersendiri bagi Ezio padahal ia sudah tidak muda lagi. Aneka bahaya juga menjadi sahabatnya, bahkan informasi keberadaannya dihargai sepuluh ribu akce tanpa dipertanyakan. Ia mengharapkan bisa menemukan pengetahuan sebagai buah pencariannya..

Saat buku yang menjadi petunjuk ditemukan, maka akan didapat tempat penyimpanan kunci  Perpustakaan Masyaf yang selama ini dicari Ezio. Perpustakaan yang dimaksud adalah pengertian secara tradisional, yaitu sebuah koleksi buku dan majalah. Walaupun dapat diartikan sebagai koleksi pribadi perseorangan, namun perpustakaan lebih umum dikenal sebagai sebuah koleksi besar yang dibiayai dan dioperasikan oleh sebuah kota atau institusi, dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang rata-rata tidak mampu membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri.

Kunci-kunci tersebut serupa satu dengan lainnya. Mempunyai garis tengah dan proporsi yang sama dengan rekan-rekannya, juga berhiaskan simbol-simbol aneh yang tak dimengerti dan diukir dengan teliti dengan garis misterius. Ezio tidak sendiri, templar ternyata juga menginginkan kunci-kunci tersebut. Kembali, kedua pihak harus saling berpacu untuk menjadi yang pertama menemukan seluruh kunci. Tidak susah untuk menenbak siapa yang berhaslkan ^_^

Tempat buku-buku yang mengarahkan keberada kunci  juga beragam. Ada yang ditemukan di dekat Tokapi Saray, dan ada yang di Distrik Bayezid. Buku terakhir, Mission toConstaninople terletak di sebuah tempat tinggi di atas muka masjid Hagia Sofia. Tepatnya di atas gapura batu besar yang berdiri di depan kubah utama yang dulu pernah menjadi basilika. Ezio menemukan petunjuk yang membawanya ke sebuah tempat yang ada diantara Waduk Valens ke utara dan Pelabuhan Theodosius ke Selatan, bukan perjalanan yang singkat dan menyenangkan.

Hagia Sophia, آيا صوفيا , "Kebijaksanaan Suci", adalah sebuah bangunan bekas gereja, mesjid , dan sekarang museum, di Istambul.  Lokasi Hagia Sophia ini berhadapan dengan  Blue Mosque,  di Ayasofya Meydani kawasan Sultanahmet dengan batas sebuah taman    Saat Konstantinopel  ditaklukkan,  Sultan Mahmed II  lalu memasuki  kota itu dan  turun dari kudanya serta bersujud syukur kepada  Allah SWT , kemudian pergi ke Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan mengubahnya menjadi mesjid . Untuk itu setiap lukisan di dindingnya ditutup, dan diberi hiasan ayat-ayat Al Qur’an, simbol-simbol kekristenan dan patung-patung berwujud makhluk hidup disingkirkan, dan dibersihkan untuk persiapan shalat. Pada hari Jumat pertama tanggal 1 Juni 1453, shalat Jumat pertama digelar di Hagia Sophia.  

 Selama 482 tahun Hagia Sophia menjadi sebuah masjid, hampir lima ratus tahun lamanya. Total bangunan ini sebagai tempat ibadah sebagai gereja dan masjid hampir selama 1400 tahun lamanya, meskipun beberapa kali diperbaiki. Pada tahun 1935 ketika Turki menjadi Republik, presiden pertama, Mustafa Kemal Ataturk, memerintahkan untuk mengubah Hagia Sophia menjadi sebuah museum. Mulailah pembongkaran Hagia Sophia, dengan menampakkan kembali simbol lukisan-lukisan sakral kekristenan, seperti yang dapat kita lihat saat ini. Dimana ada dua simbol agama Islam dan Kristen dalam bangunan ini. Mengingat usianya, kekayaan sejarahnya dan juga keindahan arsitekturnya, pada tahun 1985, ditetapkan oleh UNESCO sebagai World Heritage Site

Dibandingkan dengan buku yang lain, buku ini lebih mengandung aura manusiawi. Ezio pada akhirnya hanyalah seorang pria yang mendambakan sebuah keluarga kecil bahagia. Bagaimana ia meninggal memang masih mengusung tema meninggal dengan bangga, hanya saja kebanggaan Enzo berbeda dengan yang lainnya. Buku ini mungkin buku yang paling melenceng dari buku yang lain. Beberapa bab terakhir malah membuat saya merasa  bukan membaca kisah seorang assassin.
 
Beberapa salah cetak ditemui dalam buku ini. Agak mengherankan juga saya bisa menemukan salah cetak itu mengingat saya termasuk orang yang paling toleran terhadap urusan typo dan sejenisnya.  Misalnya pada halaman 335 baris keempat dari bawah tertulis," Ezio berusaha mengisi ulang pistol, tapi para prajunt...." Selanjutnya pada halaman 356 baris ketujuh tertulis, " Setidaknya aku bisa bertemu ayahku dan mengetahui kebenaran tentang hari-hari terakhirmya..." Lalu pada halaman 371 baris kesepuluh," Maka setidaknya biarkana kumenyiapkan...." Atau pada halaman 449 ada, "... dengan menahan engan Ezio." Dan masih ada yang lainnya. Yang paling membuat saya terkesima adalah kesalahan pada nama penyunting, hiyah sejak kapan manager terkasihku  berubah nama... sungguh sebuah kesalahan yang sangat fatal.

Masih ingat tanaman mandrake di HP? Ternyata lumayan sering disebut dalam beberapa kisah lain. Dalam kisah Enzo kali ini tanaman tersebut juga digunakan untuk membuat bom dengan dicampur dengan tanaman lainnya. Konon efeknya mampu mengacaukan otak, bahkan mematikan.Selain tanaman,  Inferno karya Dante juga disebutkan menjadi bacaan Ezio dalam kisah ini. Bahkan cuplikan puisinya menjadi pembuka pada beberapa bab.

Salah satu tokoh favorit saya dalam buku ini adalah Sofia. Sosok wanita mandiri  dan pintar, pemilik  toko buku. Sejak berkenalan dengan Enzio ia mulai meyadari bahwa ada kehidupan di luar buku. Beberapa kalimat bijak seputar buku juga    bisa kita  temui dalam buku ini. Misalnya, "Kehidupan masuk ke dalam buku. Tidak sebaliknya." Juga kalimat dari Canzoniere karangan Petrarch, "kematian tidak menunggumu selesai membaca sebuah buku." Sosok Sofie bisa dianggap sebagai momentun kehidupan baru Ezio.

Bagian yang paling saya suka justru ada di bab atau bagian 92. Saat Sofia membaca kertas catatan Enzio,
"Sewaktu muda, aku punya kebebasan, tapi aku tidak menyadarinya; aku punya waktu, tapi aku tidak mengetahuinya; pun aku punya cinta, tapi aku tidak merasakannya. Berpuluh-puluh tahun berlalu hingga aku memahami makna ketiganya.  Dan sekarang, pada senja kehidupanku, pemahaman ini telah menjadi kebahagiaan. Cinta, kebebasan dan waktu yang dahulu sangat berlimpah, kini menjadi bahan bakar yang mendorongku. Cinta, terutama kekasihku, untukmu, anak-anak kita, saudara dan saudari kita... juga untuk dunia yang luas dan menakjudkan yang memberi kita kehidupan dan membuat kita terus-menerus menebak. Dengan kasih sayang yang tak berujung. Sofiaku, aku selamanya milikmu."

Waduhhhhh kenapa mendadak saya jadi melo yah
Tidakkkkkkkkkkk!


1 komentar: