Rabu, 30 Juli 2014

Review 2014 #39: Tertawalah Sebelum Tertawa dilarang

Judul: Indonesia Tertawa
         Hidup Boleh Susah, 
         Jiwa Tetap bahagia
Penulis: Prie GS 
Penyunting: Hermawan Aksan
Desain isi: Nurhasanah
Konsep desain sampul: Prie GS 
Desain sampul: Iggrafix
ISBN: 978-602-1306-24-6
Halaman: 160
Penerbit: Noura Books 
Harga: Rp 49.000

Tertawalah Sebelum Tertawa dilarang!
Sudah ratusan bahkan puluhan  ribu kali kita mendengar kalimat yang dipopulerkan oleh group lawak legendaris, Warkop. Tapi tetap saja mengundang senyum yang mendengarnya.

Dilarang tertawa, memang siapa yang melarang? Pertanyaan konyol sering ganti dilontarkan. Memang tidak ada, sebenarnya. Namun karena kadang kita  mentertawakan keadaan sosial yang terjadi di sekitar kita maka tertawa menjadi sesuatu yang dilarang oleh beberapa pihak karena dianggap  tidak memiliki kepekaan sosial. Padahal tertawa adalah salah satu cara menghibur diri karena tak tahu lagi harus bagaimana bersikap dalam keadaan sosial seperti itu. Saya sendiri sering dianggap tertawa disaat yang salah, padahal tertawa saya bermakna lain.

Membaca buku Indonesia tertawa, membuat saya tertawa dengan rasa malu. Betul, rasa malu. Kisah-kisah yang disajikan oleh penulis melalui tokoh Cantrik sukses membuat saya tertawa lepas, minimal tersenyum. Tawa dan senyum saya merupakan ekspresi putus asa kecewa dan malu pada kondisi sosial yang divisualisasikan menjadi sebuah kartun oleh penulis. Wujud ketidakberdayaan saya untuk mengubah situasi itu meski nurani serasa tertusuk sembilu, perih.


Dalam buku yang tidak begitu tebal dalam hal halaman tapi tebal makna, pembaca akan menemukan berbagai kartun yang dibagi menjadi lima bab. Bab pertama mengenai Pemuda dan Olahraga. Kisahnya antara lain seputar bagaimana sulitnya mencari sekolah yang sesuai bagi kantong tokoh utama kita, Cantrik. Lalu setelah mendapat sekolah, kesulitan tetap ada, belum tentu lulus, jika berhasil lulus lalu bagaimana mencari atau menciptakan lapangan kerja? 


Bab kedua tentang Yang Miskin Yang Sengsara. Bagi Cantrik dan keluarganya, kenaikan harga sembako, kelangkaan kebutuhan pokok hingga bahaya sayur pestisida bukanlah masalah. Tak perlu heran, bagi mereka bukan masalah karena kenaikan dan kelangkaan kebutuhan karena sejak lama mereka sudah tidak sanggup mengkonsumsinya. Beras langka karenanya harga menjadi naik, mau murah atau menjadi mahal mereka jarang bisa membeli beras. Jadi tak masalah bagi mereka jika harga naik,toh mereka akan  tetap susah membeli beras.


Demikian juga dengan bahaya tentang penggunaan telepon genggam. Jangan di-charge terlalu lama, apalagi semalaman sambil ditinggal tidur. Sebaiknya jangan dipakai  sambil di-charge. Bagi keluarga Cantrik mereka justru aman dari bahaya itu karena mereka tidak punya telepon genggam. Tapi saat mereka memiliki, mereka mempergunakan dengan bijak untuk bersilaturahmi dengan keluarga yang jauh. Belakangan menjadi agak kurang bijak, karena mereka sibuk bersilahturahmi dengan kerabat yang jauh tapi saling acuh dengan mereka yang ada di dekat. Duduk bisa bersebelahan tapi masing-masing sibuk dengan telepon genggamnya.


Bab ketiga dengan judul Bencana di Mana-mana berisikan sentilan yang bisa membuat mata merah karena malu membacanya. Borobudur sudah bukan Keajaiban Dunia lagi dibandingkan dengan Lumpur Lapindo. Bahkan untuk memberikan bantuan saja masih butuh diskusi panjang. Sungguh menyedihkan! Disaat pembesar sedang sibuk berdiskusi, rakyat kian terpuruk.


Potret Negeriku yang Lucu merupakan judul bab keempat. Isinya tentang hal-hal  yang terjadi di seputar kita tapi tidak kita sadari. Miris memang tapi begitulah potret bangsa ini. Sepertinya bab ini mengulas topik yang disukai oleh penulis karena berisi halaman yang lebih banyak dibandingkan bab yang lain.


Dunia Layar Kaca dan Ritual Tanpa Henti merupakan judul bab kelima dan keenam. Kisah yang ada dalam kedua bab ini tidak kalah seru dengan bab-bab yang lain. Saya tetap tertawa dan terseyum dengan hati yang malu. Kadang saya melakukan beberapa hal yang serupa dengan coretan sang penulis. Jangan-jangan nyaris seluruh WNI melakukan hal tersebut tanpa disadari. Hal apa? Beli dan bacalah buku ini agar bisa tahu.


Dalam kehidupan bertetangga, kadang saat Lebaran tak sedikit tetangga saling berkirim  panganan khas Lebaran. Keluarga Mpok Siti mengirim ketupat lengkap dengan opor, sayur labu, sambal goreng ke rumah Mbak Ani meski tahu dengan pasti keluarga Mbak Ani juga membuat hidangan yang sama. Keluarga Pak Ahmad mengundang tetangga mencicipi opor ayam dan rendang di rumah mereka meski tahu keluarga Pak Bagindo dari Padang pasti lebih jago membuat rendang. Kebersamaan yang mereka cari, keakraban melalui sepiring panganan. Keluarga Pak Cantrik juga tak ketinggalan. Mereka sabar menunggu kiriman tetangga, terutama opor karena mereka hanya (mampu)  mempersiapkan ketupat saja. 


Dalam http://basnendar.dosen.isi-ska.ac.id/category/artikel/kartun-artikel/, disebutkan bahwa kartun adalah sebuah gambar yang bersifat reprensentasi atau simbolik, mengandung unsur sindiran, lelucon, atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik, dan paling sering menyoroti masalah politik atau masalah publik. Sebuah gambar kartun yang mengandung sebuah kritikan yang dimuat sebuah koran atau majalah dan dimuat di rubrik opini adalah kartun editorial (editorial cartoon).

Lebih lanjut juga dikatakan, bahwa dalam The Encyclopaedia of Cartoons (Horn, 1980:15-24), pengertian ”cartoon” dibagi lagi menjadi empat jenis sesuai dengan kegiatan yang ditandainya, yaitu : Comic Cartoon, Gag Cartoon untuk lelucon sehari-hari, Political Cartoon untuk gambar sindir politik, Animated Cartoon untuk film kartun.

Bagi saya yang buta akan seni kartun, dengan membaca buku ini saya merasa terhibur tapi juga menjadi lebih mawas diri. Banyak hal kecil yang saya lakukan tanpa sengaja, lebih karena mengikuti  kebiasaan masyarakat. Kebiasaan yang ternyata bisa berakibat buruk bagi bangsa kita. Kesalahan kecil yang menumpuk menjadi sebuah kesalahan besar.

Beberapa kisah mungkin bukan kisah yang terkini saat buku ini diterbitkan. Namun pesan yang tersirat dalam kartun tetap mampu disampaikan tanpa ada kendala waktu. Kisah Lumpur Lapindo bukan hal baru, tapi peristiwa itu hingga kini masih sering ramai dibicarakan orang. Apalagi mengingat masih ada hal-hal yang belum tuntas. Kekerasan senior terhadap junior selalu menjadi hal yang sering dibicarakan setiap tahun ajaran baru, Cantrik bahkan memilih sekolah dimana tak ada senior yang bisa melakukan hal tidak terpuji pada adik kelasnya. Bukan karena disiplin, atau memenuhi instruksi guru, tapi karena minim murid. Yang penting anaknya aman bagi Cantrik.

Hidup ini memang unik, kadang kita bisa mendapat pencerahan justru dari hal-hal yang tak terduga, Semoga pembaca buku ini kian banyak sehingga makin banyak orang yang mendapat pencerahan dalam bersikap dalam masyarakat. Kadang sebuah gambar lebih mampu berbicara banyak dibandingkan dengan sekian panjang uraian kalimat. Penulis telah sukses menyampaikan pesannya. Dengan tim yang kompoten (walau saya bukan pembaca buku karya Hermawan Aksan tapi saya sering mendengar para sahabat membicarakan karyanya) buku ini layak berada di rak buku penggemar buku.

Tokoh cantrik yang identik dengan sarung yang ditambal  merupakan potret kehidupan masyarakat secara umum. Sosok pria yang  menerima kondisi kehidupan yang dijalani bersama keluarga, berkompromi dengan kemiskinan dengan cara yang unik.

Sementara itu, cantrik sendiri adalah sebutan bagi seseorang yang  berguru pada seorang begawan, pandita atau resi. Selain belajar, di pertapaan biasanya ia tidak mempunyai tugas khusus.Tugas Pak Cantrik dalam buku ini adalah belajar berkompromi dengan kehidupan dan memberikan kita makna menjalani hidup dengan legowo.

Sang penulis, Prie GS belajar kartun secara otodidak. Dikirim Pakarti (Paguyuban Kartunis Indonesia) mewakili Indonesia untuk pameran kartun di Tokyo, Jepang. Berkarier sebagai karikaturis di harian Suara Merdeka dan di harian ini dia mengembangkan pula kemampuan menulisnya yang kemudian menjadi berbagai buku antara lain: Nama Tuhan di Sebuah Kuis, Merenung Sampai Mati, Hidup Bukan Hanya Urusan Perut, Waras di Zaman Edan, Catatan Harian Sang Penggoda Indonesia, dan sebuah novel sastra remaja: Ipung. Saat ini dia

juga masih disiplin menulis kolom untuk Suara Merdeka dan tabloid Cempaka, Semarang. Selain itu, dia juga mengasuh acara tetap di radio dan televisi antara lain: SmartFM Network, IdolaFM, SindoTV, BeritaSatu, dan MetroTV. Saat ini, dia memilih menetap di kota kelahirannya, Semarang.

Sumber Gambar:
 https://twitter.com/Prie_GS




Jumat, 25 Juli 2014

Review 2014# 38: Rahasia di Balik Lukisan

Judul: Weird and Wicked Series 2: Rahasia Lukisan
Penyusun : Djokolelono
Penyunting; Pradikha Bestari
Perancang Sampul & Ilustrasi: Amna Oriana
Penataletak Isi: Teguh Tri Erdyan
ISBN : 978-979-91-0736-7
Halaman: 127
Penerbit: Kiddo
Harga : Rp28.000,-

Lukisan Pengisap Anak!
Andai saya adalah seorang anak yang hendak membeli buku, lalu menemukan sebuah buku dengan judul diatas, ada dua reaksi saya. Pertama saya sangat tertarik, pasti ada sesuatu hal yang misterius sehingga seorang anak bisa terisap dalam sebuah lukisan. Kedua, ada perasaan sedikit was-was, takut ada hal yang menyeramkan dibalik peristiwa tersebut. Penasaran bercampur dengan sedikit rasa takut.

Pada kover depan, memang tertulis judul Rahasia Lukisan, namun pada kover belakang tertulis Lukisan Pengisap Anak. Jika judul itu yang dipilih, bisa saja anak-anak malah takut membaca (kecuali mereka yang dablek seperti saya malah penasaran) atau justru para orang tua yang melarang anaknya membeli buku ini karena takut isinya menyeramkan dan tidak mendidik.

Kisahnya tentang seorang anak laki-laki bernama Ryan. Ryan merupakan anak tunggal dari pelukis kenamaan, Himawan yang karyanya sudah mendunia. Suatu pagi, sang Bunda entah kenapa berangkat tanpa mengantarkan Ryan ke sekolah terlebih dahulu. Singkat kata, penulis mengarahkan pembaca untuk menerima sebuah fakta bahwa sang Bunda meninggal. Asumsi meninggal karena kecelakaan bisa diperoleh dari uraian yang menyebutkan biasanya sang Bunda mengendarai mobilnya sendiri.

Tidak hanya Ryan yang terpukul, sang ayah juga. Kesedihan yang sangat mendalam membuatnya memutuskan berhenti melukis. Padahal  lukisan karyanya sudah mencapai angka jual yang cukup fantastis. Himawan merasa tak mampu lagi membuat lukisan-lukisan yang hidup seperti sebelumnya. Semuanya bisa ia lakukan karena sang istri. Sejak musibah datang ia hanya ingin menghabiskan hari  bersama Ryan.

Keputusan  tersebut ternyata berdampak buruk baginya. Maling membobol galeri lukis dan memukulnya hingga pingsan dengan kepala berdarah. Sebuah lukisan, Senja Biru di Lokasari raib. Ryan merasa wajib menenuhi harapan sang ayah untuk menemukan lukisan itu kembali. Sang ayah yang tidak sadar mengigau  memintanya untuk mencari lukisan itu. Ryan bertekat mewujudkan harapan sang ayah.

Dalam upaya menenuhi harapan sang ayah, Ryan justru menemukan hal baru, dunia baru yang selama ini tidak diketahuinya.
Ryan seakan tertarik dalam sebuah lukisan dan menemukan ada dunia lain, Dunia Lukisan. Karena seluruh  lukisan yang ada di galeri ayahnya  merupakan karya sang ayah, maka seluruh isi dalam Dunia Lukisan tersedia sesuai dengan hasil goresan kuas sang ayah.

Pencarian lukisan yang hilang ternyata tidak semudah yang dikira Ryan. Ia tidak saja harus berurusan dengan pencuri misterius, namun juga harus berusaha menyelamatkan diri dari kejaran para penjahat yang ingin membuatnya celaka. Misi yang berbahaya!

Kisah dalam buku ini tidak saja memberikan pesan moral pada pembacanya agar tidak bertindak egois mengikuti kata hati, yang mungkin saja tidak saja merugikan diri sendiri namun juga orang lain dan negara. Bayangkan jika
Himawan tidak melukis lagi dan menutup galerinya. Tidak saja karya-karya yang tidak bisa dinikmati, namun negara kita juga tidak mendapat tempat di dunia seni lukis lagi.

Kadang, niat baik belum tentu bisa dijalankan dengan cara yang baik juga. Seperti yang dilakukan oleh pencuri lukisan. Niatnya agar lukisan karya Himawan masih bisa dinikmati oleh masyarakat umum dilakukan dengan cara yang salah, bahkan nyaris menyebabkan Himawan nyaris kehilangan nyawa dan itu artinya ia  membuat Ryan menjadi anak yatim-piatu.

Walau buku ini ditujukan untuk anak-anak, namun saya yang jelas-jelas jauh dari usia anak-anak (nyadar-ngaku) masih bisa menikmatinya. Beberapa hal sudah bisa tertebak (ini pasti karena dulu sering membaca buku Sapta Siaga dan Lima Sekawan) tapi masih banyak hal menarik yang bisa kita temukan dalam kisah ini. Gaya bercerita yang tidak berkesan menggurui dan membuat anak-anak menjadi tetap anak-anak dengan cara berpikir ala anak-anak menjadi kunci utama. Meski harus saya akui beberapa tindakan yang dilakukan oleh Ryan sepertinya bukan tindakan yang bisa dilakukan atau terpikir oleh anak-anak.

Hal tersebut mungkin sama dengan yang diungkapkan oleh leila S. Chudori, "Anak-anak dalam cerita Djokolelono selalu digambarkan sebagai pahlawan, atau sebagai sosok yang lebih superior ketimbang orang dewasa. Dalam Astrid Dibajak, yang dimuat sebagai cerita bersambung di harian Kompas, pahlawannya adalah si kecil Astrid."

Lebih lanjut beliau juga mengatakan, "Babak demi babak ditulis dengan bahasa yang sederhana dan kalimat yang ringkas. Djokolelono sadar betul pembacanya adalah anak-anak. Jika ada orang dewasa yang ikut tertarik membacanya, itu menjadi sebuah bonus. Daya tarik Djokolelono di masanya adalah karena dia satu-satunya penulis yang berhasil membuat buku sebagai sesuatu yang menghibur, menarik, penuh petualangan sekaligus pendidikan. Djokolelono tak pernah pedantik dan mengajar-ngajari pembaca. Tokohnya dengan sendirinya menjadi patokan moral yang pasti menjadi teladan anak-anak yang membacanya."  (http://www.tempo.co/read/news/2012/02/13/109383622/Buku-Fiksi-Ilmiah-Djokolelono-Dahului-Star-Wars)

Selain mengajak pembaca mengikuti sepak terjang Ryan, penulis juga memberikan tambahan pengetahuan yang dikemas secara menawan. Dalam buku ini, karena tema yang diambil tentang lukisan maka pengetahuan tambahan yang bisa ditemui pada lembar-lembar belakang adalah seputar lukisan.

Sebuah hal penting mengenai melukis adalah berbeda  antara melukis dengan menggambar. Perbedaannya ada pada media warna yang digunakan.  Melukis menggunakan media cair atau pasta misalnya cat lukis atau tinta. Sedangkan menggambar menggunkan media yang kering seperti pensil warna, spidol, pastel dan krayon.

Lukisa termahal di dunia dalam  http://www.merdeka.com/gaya/10-lukisan-termahal-di-dunia/the-card-players.html adalah  The Card Players karya Paul Cezanne, diperkirakan antara 250-300 juta dolar.  The Card Players  terdiri dari serangkaian lukisan bertema sama yang dibuat oleh Cezanne dengan gaya post-impresionis. Terdapat lima lukisan yang dibuat olehnya dengan ukuran dan gambar berbeda. Semuanya menunjukkan beberapa pria yang sedang bermain kartu. Cezanne mendapatkan inspirasinya dari lukisan-lukisan Prancis dan Jerman abad 17 yang seringkali menggambarkan permainan kartu antara beberapa pria yang sedang mabuk.
 
Kisah yang ternyata dibuat pada tahun 1971 dengan kerjasama tim yang menawan mampu menembus batas waktu hingga bisa saat ini. Beberapa hal sudah disesuaikan dengan perkembangan zaman. Sebuah kalimat pada halaman 60 membuat saya penasaran, " Ah, ya... aku juga harus pergi ke Mizan," Om Bambang melihat arlojinya. Jadi Mizan itu sebenarnya apa? Sebuah lokasi di Bandung atau nama penerbit tetangga.

Kover buku ini sekilas dengan buku pertama, Tanaman Monster.  Sepertinya wajah anak, huruf yang dipilih untuk menuliskan judul serta cara penulisan Weird and Wicked Series  menjadi semacam brand bagi seri ini. Hanya bedanya pada buku pertama sosok anak lelaki yang menjadi tokoh utama menggunakan kacamata, sementara pada seri ini tidak menggunakan kacamata namun menggunakan topi.

Saat melihat wajah sang maestro di halaman belakang, mendadak saya sedikit ragu. Apakah benar itu wajah  Djoko "Bocah Tua Nakal" Lelono? Jangan-jangan salah pasang, sepertinya itu lebih mirip wajah aktor senior India yang lahir pada 11 Oktober 1942, Amitabh Bachchan dari pada wajah beliau yang saya ingat *apa ingatan saya yang agak terganggu yahhh*

Selamat kembali berkarya. Sudah saatnya anak-anak mendapat bacaan yang bermutu.
Truly senenggggggggg!!!!^_^
*itu sidik cari jempol, jari manis apa telunjuk yah-beda ukuran dengan jari sendiri*




Senin, 21 Juli 2014

Review 2014# 37: Beyonders #3: Chasing The Prophecy



    MEMO


Tanggal: 21 Juli  XZ14
Status: Segera
Kepada: 1. Mizan Fantasy
            2. Ordo Buntelan
            3. Pembaca Noura Books
            4. Pembaca Novel Fantasy Indonesia
            5. Bogger Buku Indonesia 
            6. Para Pustakawan
            7. Orang Tua Pembaca Belia
Dari: Kepala Perpustakaan  Fantasi  Federasi
Perihal: Buku Beyonders #3: Chasing The Prophecy
================================================

Belum lama berselang beredar informasi dari pihak yang dapat dipercaya bahwa sebuah buku telah mampu membuat pembaca yang masih berusia belia begitu terharu hingga menangis. Sang pembaca yang bernama Falesha Libertalea Taufik biasa dipanggil Libby, begitu menghayati kisah yang disajikan hingga larut dalam perasaan sedih yang mendalam.

Menurut pembaca belia tersebut, kisah yang ada dalam buku begitu menawan. Dengan akhir yang tak terduga dan mampu menimbulkan rasa haru, ia tak kuasa untuk membendung tangis seusai membaca buku Beyonders #3: Chasing The Prophecy. Berikut wajah pembaca belia saat selesai membaca lembar terakhir buku tersebut.

Penilaian seorang pembaca belia selalu jujur, diungkapkan apa adanya. Orang tua diharap tetap memberikan bimbingan dan mendampingi anak dalam membaca buku. Tidak saja untuk menjalin keakraban serta mempererat rasa kekeluargaan, namun juga untuk memberikan bimbingan pada hal-hal yang kurang dipahami oleh anak. Masukan yang diberikan oleh orang tua akan membuat anak akan lebih menikmati kisah serta bisa memilah mana yang layak ditiru serta mana yang harus diabaikan.

Sumber terpercaya tersebut juga menyebutkan bahwa orang tua pembaca belia tersebut hanya memberikan bacaan bermutu bagi putri mereka. Untuk bisa memperoleh bacaan tersebut juga tidak mudah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan terlebih dahulu. Misalnya dengan mendapat nilai bagus pada ulangan, membantu pekerjaan rumah. Dengan demikian sang anak menikmati buku bukan hanya dari isinya tapi dari perjuangannya memperoleh buku tersebut.

Para pustakawan diharapkan juga berhati-hati memberikan referensi buku pada pembaca belia. Seperti kita ketahui bersama, pembaca usia belia banyak yang belum bisa membedakan mana fakta mana khayalan. Mereka harus diberikan pengertian terutama jika yang akan dipinjam adalah kisah fantasi.

Mereka perlu dibekali bahwa semua hanya kisah belaka. Namun melarang mereka membaca juga sangat tidak dianjurkan karena sama artinya dengan membunuh khayalan dan kreativitas anak. Banyak hal-hal bermanfaat yang bermula dari khayalan semata. Khayalan tresebut melalui usaha keras dan ide kreatif menjadi sesuatu yang berguna dalam kehidupan.

Jika kita memperhatikan kegiatan membaca sebelum tidur, atau kegiatan mendongeng yang dilakukan oleh para orang tua, kebanyakan kisah yang dibacakan bisa disebut kisah fantasi. Sebut saja kisah Cinderella, Peter Pan, bahkan kisah Winnie the Pooh bisa dikategorikan fantasi. Labu berubah menjadi kereta, tikus menjadi kusir, anak lelaki yang bisa terbang, peri, beruang yang bisa berbicara dan memiliki peliharaan; semua merupakan fantasi.

Selain kisah yang memang mengharukan, diduga petugas alih bahasa mampu mengalihkan kata asing ke dalam bahasa kita serta merajut kata tersebut menjadi kalimat yang menawan. Bersama dengan penyunting, rajutan kata tersebut menjadi lebih menawan dibaca. Campur tangan bagian penyelaras dan penata aksara juga tidak bisa diremehkan. Bersama mereka membuat buku ini menjadi layak dibaca dan berada di rak buku pembaca. Rak perpustakaan juga tentunya.
Buku yang mampu membuat seorang pembaca belia begitu terharu adalah

Penulis : Brandon Mull
Penerjemah: Gusti Nyoman Ayu S
Penyunting: Tendy Yulianes
Penyelaras Aksara: A.B Khoir
Penata Aksara: Axin Makruf.
ISBN : 9789794337424
halaman: 694
Penerbit : Noura Book Publising
Rp 74.000

Merupakan buku ketiga atau buku pamungkas dari trilogi Beyonders, maka banyak hal yang sebelumnya masih menjadi tanda tanya terjawab sudah.  Ramalan tentang mereka yang akan berjuang untuk membebaskan Lyrian terbukti benar adanya.  Sebuah perang besar menanti, sebuah misi yang keberhasilannya masih diragukan harus dijalani.

Jason dan Rachel, harus berpisah dalam dua misi besar. Rachel bersama Galloran serta pasukannya harus melakukan pengepungan ke Felrook, Kastil dimana  Maldor tinggal dan menjalankan pemerintahannya. 
Trensicourt memang berhasil mereka rebut kembali,  dukungan dari Kaum Drinling, Amar Kabal, dan manusia hutan sudah diperoleh, namun  pasukan Maldor masih jauh lebih kuat. Bukan misi yang mudah untuk dijalankan.

Sementara Jason dan beberapa sahabat harus menuju ke Perpustakaan Kahyangan di Laut Pedalaman guna mencari informasi tempat dimana peramal Darian berada. Selama ini tidak ada yang mampu menembus penjagaan Perpustakaan Khayangan. Penjagaan dilakukan oleh makhluk mengerikan, hingga saat ini belum ada yang bisa masuk apa lagi keluar hidup-hidup. Sebuah misi yang berbahaya dan sulit, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan jika kita mau berusaha.

Butuh keyakinan untuk bisa menjalankan kedua misi tersebut. Seperti yang diucapkan oleh Galloran," Keyakinan bukan pengetahuan, keyakinan mendorong kita melangkah sampai kita mendapatkan pengetahuan. Keyakinan membuat kita berjuang sampai kita mencapai hasil dari keputusan kita yang paling penting."

Perpustakaan Khayangan merupakan impian para pustakawan dan pencari ilmu pengetahuan. Bentuknya berupa beberapa kubah yang disatukan membentuk sebuah kompleks yang rumit. Struktur bagunan diperkuat dengan Edomic, perintah untuk melindungi yang ditanam dengan sangat terampil ke dalam dinding batu yang tebal, fondasi, kayu, kaca, perabotan bahkan lingkungan sekitar. Sayangnya kita tidak bisa menemukan peta atau denah mengenai ruangan yang ada di perpustakan. 

Ternyata di Lyran juga ada penghancuran perpustakaan. Saat ini berkat perintah melindungi serta penjagaan oleh makhluk mengerikan, maka  Perpustakaan Khayangan aman dari penghancuran. Meski harus ditebus dengan tidak bisa diaksesnya perpustakaan tersebut. Entah mana yang lebih baik,   memiliki perpustakaan tapi tidak bisa diakses atau tidak memiliki karena hancur.

Sebuah tujuan mulia tidak selalu mendapat jalan yang mudah. Pengorbanan banyak pihak membuat perjuangan menjadi kiat berat. Tidak saja menghadapi Maldor, namun juga sesama teman juga berkompromi dengan diri sendiri pada saat sesulit itu. Mengalahkan ego dalam pertempuran juga merupakan perjuangan yang berat.

Beberapa kata yang salah terdapat dalam buku ini. Misalnya pada halaman 491 baris ketujuh dari bawah tertulis, Berarti dia menyalahkan siapa pun. Sepertinya kata yang tepat adalah, Bukan berarti dia menyalahkan siapa punPada halaman 542, Jenazah itu bergeming. Apakah maksudnya jenazah itu tidak bergeming? Jika menelaah kalimat selanjutnya bisa diasumsikan yang dimaksud oleh penulis adalah jenazah tersebut hanya diam saja saat Jason mengetuk-ketuk kaca.

Tidak saja mengajarkan tentang persahabatan dan pengorbanan, buku ini juga mengajarkan kita untuk selalu terbuka dan mau memaafkan serta memberikan kesempatan bagi mereka yang ingin berubah menjadi lebih baik. Keyakinan untuk berbuat sesuatu menjadi landasan untuk mencapai tujuan. Dengan melakukan segala hal bersama-sama maka tak ada yang menjadi sukar. Beban dipikul bersama hingga terasa lebih ringan. 

Kehidupan rekarnasi yang dilakukan melalui benih menunjukan bahwa butuh fondasi yang kuat untuk hidup dan berkembang menjadi sosok yang berguna. Tanah yang subur bisa diasumsikan sebagai lingkungan yang sehat dan konduksif. Tanah gersang dimana benih tidak bisa tumbuh bisa diartikan secara harafiah lokasi yang kurang baik dan tidak layak untuk tumbuh dan berkembang.

Kover buku sudah pasti menawan hati para pustakawan dan mereka yang memilih membaca guna menghabiskan waktu luang. Warna yang dipilih sayangnya agak suram sehingga tanpa ada lembaran kertas yang berterbangan, orang yang melihat sekilas bisa tidak menyadari itu gambar buku. 

Tujuan Jason adalah mencari lokasi tempat tinggal terakhir yang diketahui dari peramal Darian berada. Sayangnya tidak ada ilustrasi peta dalam buku ini. Jika ada tentu pembaca bisa lebih menghayati betapa besar rintangan yang harus ditempuh oleh Jason.

Brandol Mull adalah pengarang seri Beyonders, dan seri Fableheaven yang menjadi buku laris versi  New York Times, USA Today, dan Wall Street Journal. Dia tinggal di Utah, di sebuah lembah kecil yang indah dekat mulut ngarai, bersama istri dan keempat anaknya

Selamat menikmati buku ini. Jika pembaca belia saja begitu hanyut dalam kisahnya, mengapa tidak ikut membaca juga.

Kamis, 10 Juli 2014

Review 2014# 36: The Demigod Files, Panduan Memasuki Dunia Demigod


Selamat!

Atau aku harus turut bersedih karena kau menerima buku ini. 
Keputusan itu tergantung pada dirimu sendiri. Kau  yang harus memutuskan.

Jangan katakan kau tidak pernah mengalami berbagai kejadian aneh. Misalnya bisa membuat air patuh padamu, itu karena sebagian dari dirimu mengalir darah Poseidon, Dewa air. Atau kau begitu bijaksana dan memahami banyak strategi karena ada darah Athena dalam dirimu. 

Anak yang lahir dari pernikahan antara manusia dan dewa disebut Demigod. Kau adalah seorang Demigod. Tak perlu menyangkal atau mengakuinya, terserah pada dirimu. Ak tahu apa yang kau tidak tahu, aku tahu siapa kau sebenarnya!

Buku ini semacam gambaran mengenai dunia yang akan kalian masukin, Dunia Demigod.  Untuk itu, ada baiknya kau mempersiapkan diri agar bisa memasuki kehidupan berbahaya sebagai seorang pahlawan. Atau pencundang karena tidak mau tahu dan berkompromi pada banyak hal. 

Beberapa bagian mengisahkan tentang wawancara para senior kalian, lalu  petunjuk tentang denah perkemahan, ada juga tentang  dewa-dewa  olympia, serta kisah tentang salah satu demigod yang legendaris, Percy Jackson.

Yup! Betul Percy Jackson YANG ITU.
Pengurus perkemahan  rupawan yang paling spektakuler. Tak terhitung anak-anak di seluruh dunia yang menginginkan berada di sana. Hanya mereka yang terpilih yang bisa menjadi peserta perkemanhan. Sekarang kau tahu kenapa hal itu terjadi. Dan kenapa kau yang terpilih bukan yang lain.

Agar tidak menimbulkan kesalahan, berikut adalah data tentang buku tersebut, silahkan cocokan. Jika berbeda, segeralah memusnakannya! Bukan tidak mungkin ada pihak-pihak yang segaja melakukan sabotase terhadap  buku yang asli demi keuntungan pribadi. Bahkan membuatmu celaka melalui buku tersebut. 


Buku ini ditulis oleh Rick Riordon, seorang penulis senior dari perkemahan. Untuk memudahkan membaca, maka buku  ini  sudah diterjemahkan kebahasa yang kau pahami oleh  Nur Cholis dan diedit oleh Tendy Yulianes. Dalam proses akhir,  penyelaras aksara dilakukan oleh  Fakhri Fauzi serta penata Aksara  adalah  Abdul Wahab. ISBN: 978-602-1606-89-6, ketebalan halaman 275 serta diterbitkan oleh  Mizan Fantasy/Noura Books. Sekedar info, biaya yang harus dikeluarkan oleh panitia  penyambutan anak baru guna menanggung buku ini adalah Harga: Rp 48.000.

Seperti yang sudah disebutkan di atas. Ada beberapa kisah seru tentang petualangan Percy saat masih menjadi peserta perkemahan. Kisah tersebut diharapkan bisa menjadi semacam motivasi bagi para demigod muda agar bersemangat dalam menjalani kegiatan.

Kisah tentang bagaimana Percy membantu  salah satu anak Dewa Ares dengan manusia yang sedang mengalami ujian dari sang dewa menarik disimak. Ujian tersebut sebenarnya hal yang mudah, namun karena ada campur tangan dari dewa lain yang ternyata adalah saudara tiri sang demigod, maka hal yang mudah menjadi sulit. Demigod muda kita harus berurusan dengan Phobos (mewakili ketakutan) dan Deimos ( mewakili teror). Walau mereka anak-anak dewa perang, namun ternyata kepandaian mereka dalam berperang tidaklah  begitu mengagumkan. Kalah dengan kemampuan saudara tiri mereka yang demigod.

Menurutku secara pribadi, kisah tentang Tongkat Serapis sangat menarik. Annabeth untuk pertama kalinya bertemu dan harus bekerja sama dengan seorang  seorang gadis keturunan Firaun yang bisa sihir dan sering berurusan dengan dewa-dewa Mesir,   Sadie Kane. Kebetulan? Mungkin memang para dewa sudah mengatur begitu. Sebelumnya yang lalu justru Percy, yang waktu itu adalah pacar Annabeth bertemu dan bertarung bahu membahu bersama dengan Carter kakak Sadie. 

Baik Annabeth maupun Sadie sama-sama baru menyadari ada dunia lain yang bisa disebut lumayan aneh dibandingkan dengan dunia yang selama ini mereka jalani. Sadie jadi paham tentang adanya demigod, sementara Annabeth menyaksikan kehebatan Sadie menggunakan aksara hieroglif serta mencoba kehebatan ramuan dari dunia Mesir.

Saat kita memiliki musuh yang sama, bahkan dengan orang yang belum kita kenal, maka musuh itu akan menjadi musuh bersama. Dua kekuatan menjadi satu, apa lagi yang harus ditakuti? Demikianlah situasi yang dihadapi oleh Sadie dan Annabeth. 

Aku harus memberitahumu, bahwa kalimat yang ada di kover belakang sama persis dengan yang ada di halaman awal buku ini. Membosankan memang membaca dua hal sama dua kali, namun entah apa tujuan penerbit melakukannya. Yang pasti kadang kita tidak pernah bisa tahu alasan mereka melakukan sesuatu hal.

Singkat kata, segeralah membaca buku yang kau terima.
Putuskan apakah apakah dirimu mau bergabung atau tidak dalam perkemahan yang akan datang. Sekedar usulku, demi kebaikan dan keselamatan dirimu sendiri sebaiknya bergabunglah dengan perkemahan tersebut. kau akan diberi pengetahuan dasar tentang bagaimana mengendalikan dan memanfaatkan kekuatanmu, bagaimana bertahan hidup serta mempelajari keahlian yang berhubungan dengan kondisimu sebagai demigod.

Andai kata kau memilih untuk tidak bergabung maka kau juga yang harus menanggung resikonya. Kau tak bisa selamanya bersembunyi dari kejaran makhluk jelek jahat yang ingin mencelakaimu sementara kau tidak tahu bagaimana caranya mempertahankan diri. Atau kau harus hidup sebagai pecundang dan dianggap aneh karena tak bisa mengendalikan kekuatanmu. 

Seperti yang aku katakan di atas.
Berbahagia memasuki dunia baru
Atau mengutuki nasib terlahir sebagai anak blesteran
Putuskanlah segera!


Sang Pengamat















'.




Senin, 07 Juli 2014

Review 2014 #35: Ghostgirl Xmas Spirit



Penulis:Tonya Harley
Penerjemah: Berliani M. Nugrahani
Penyunting: Diksi Dik
Pewajah Isi: Nizapujiati
ISBN : 9786021440278
Halaman : 272
Penerbit: Atria
Harga: Rp

Andai saja aku belum mati

Siapa yang mengira ucapan yang terlontar dari mulut Charlotte  saat kesal menjadi kenyataan, Harusnya Charlotte ingat keinginan yang terlontar walau tanpa sengaja, apa lagi saat Natal bisa  terwujud.
Mr Brain dalam kelasnya pernah memberitahukan bahwa Natal adalah satu-satunya waktu dalam setahun ketika pintu antara dunia arwah dan dunia kehidupan terbuka. Hingga bukan tidak mungkin saat Charlotte mengucapkan keinginannya, bersamaan dengan terbukanya pintu kedua dunia. 

Saat bangun, Charlotte bukan berada di kamarnya.  Ia berada di tempat terakhir ia hidup sebelum akhirnya meninggal tersedak permen.  Alih-alih ketakutan, Charlotee justru menikmati saatnya di dunia kehidupan. Ia menikmati sekedar bisa bercakap singkat dengan Damen yang nyaris menubruknya, menikmati kunjungan ke toko barang bekas dan bertemu dengan Scarlet. Bahkan ia rela dijadikan obyek penindasan trio Petuna dan The Wendys.

Para sahabat Charlotte  seperti Pam, Prue,  Virginia berusaha keras membawa kembali Charlotte. Usaha mereka dengan menampilkan masa lalu lalu saat Charlotte menjadi korban penindasan di sekolahnya hingga masa depan yang bakal diperolehnya jika ia tetap berada di dunia kehidupan sia-sia belaka. Charlotte terlalu sibuk menghidupkan kembali masa lalu hingga melupakan masa kini. Para sahabatnya juga tidak bisa membawanya kembali dengan paksaan. Peraturannya sangat jelas. Charlotte  harus sudah kembali pada tengah Malam Natal. Tapi atas keinginannya sendiri

Pada akhirnya Charlotte memang memilih kembali secara sukarela. Alasannya memutuskan untuk meninggal  LAGI sehingga bisa kembali kedunia arwah sungguh sederhana namun menyentuh. Cinta yang membuatnya kembali. Cinta yang membuatnya sadar dimana seharusnya ia berada. Rasa cinta juga menjemputnya.

Begitulah kita. Seperti kata Mr Brain “Kadang-kadang kita harus mundur sejenak untuk menghargai apa yang telah kita miliki. Kita perlu mempelajari ulang apa yang telah kita ketahui. Kadang-kadang kira tidak menyadari bahwa kita mencintai seseorang sampai kita kehilangan dirinya.” Untuk itu, syukuri yang kita miliki dan kita cintai. Jaga dengan baik hingga tidak hilang.

Sebenarnya agak ragu juga membiarkan anak remaja membaca buku ini. Sosok Charlotte yang begitu memuja Damen, Petuna dan The Wendys agak menakutkan. Ia bahkan rela membiarkan dirinya mendapat perlakuan tidak baik, bullyCharlotte rela membiarkan dirinya dipukuli, ia rela dicemooh. Bahkan ia rela melakukan apapun asalkan bisa berada didekat para pujaannya.

Bullying adalah penggunaan kekerasan atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat merupakan suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu Bentuknya ada dua macam, yaitu dengan tindakan langsung seperti menyakiti, mengancam, atau menjelekkan. Bentuk lainnya secara tidak langsung dengan cara menghasut, mendiamkan, atau mengucilkan anak lain.

Beberapa bagian saat para sahabat Charlotte berusaha membujuknya untuk kembali mirip dengan adegan pada kisah  A Christmas Carol atau A Christmas Carol in Prose, Being a Ghost Story of Christmas karangan Charles Dickens. Pertama kali diterbitkan pada 19 Desember 1843.

Kisahnya tentang sosok Ebenezer Scrooge yang pandai,  tidak memikirkan orang lain dan hanya memikirkan dari untung dan rugi. Bahkan persahabatan, cinta dan hari Natal adalah sesuatu yang tidak diperlukan.  Suatu ketika Ebenezer Scrooge didatangi sosok gaib bernama Jacob Marley yang  memberi tahu bahwa Ebenezer akan didatangi tiga sosok gaib yang akan mengungkap kisah perjalanan hidup Ebenezer. Tiga sosok gaib ini akan mengantar Ebenezer melewati perjalanan panjang melampaui batas ruang dan waktu untuk membuka mata hati Ebenezer.


Yang muncul pertama adalah Ghost of Christmas Past  yang membawa Ebenezer ke masa lalu untuk mengungkap apa sebenarnya yang membuat Ebenezer sangat membenci hari Natal. Setelah itu muncul Ghost of Christmas Present yang mengantar Ebenezer melihat kebahagiaan dan penderitaan orang-orang yang ada di sekitar Ebenezer. Terakhir Ghost of Christmas Yet to Come (yang memperlihatkan apa yang akan terjadi pada Ebenezer jika ia tidak segera mengubah jalan hidupnya. Pada akhirnya  perjalan tersebut  mengubah dari pelit menjadi seorang yang dermawanKisah ini dianggap mampu membangkitkan semangat Natal.

Dari sisi percetakan, ada beberapa hal yang perlu dicermati jika buku ini docatak ulang. Misalnya, pada halaman 217 terulis,”Scarlet dan Petuna melihat-lihat model terbaru Grossing Stations, sementara Petuna dan The Wendys melipir ke stan komestik.”  Mungkinkah yang dimaksud pada awal kalimat adalah Scarlet dan Charlotte? Karena jika mengkaji kalimat yang tertulis pada halaman 217 maka ada sosok Petuna berada didua tempat secara bersamaan,.


Selanjutnya pada halaman 243 tertulis, "Yah, kau tidak akan pernah tahu. Memang seperti ini protokolnmya," kata Wendy T. Mungkin yang dimaksud adalah protokolnya. Kesalahan tersebut justru berada dibagian yang bisa disebut paling seru dalam buku ini, sehingga terlihat dengan jelas.

Seperti juga buku-buku terdahulu, pada halaman sesudah bab akan kita temukan uraian tentang hal terkait bab tersebut. Uraian tersebut kadang berisikan hal yang begitu seriusnya sehingga terlihat kontras dengan kisah dalam buku ini yang bersifat ringan dan menghibur. Isi uraian tersebut kadang penuh dengan hal filosofi yang mungkin atau bahkan agak susah untuk dipahami oleh anak-anak usia muda yang menjadi target sasaran buku ini.

Untuk urusan kover kali ini memang agak berbeda, Setelah ketiga buku terdahulu mengusung tema pink-hitam, warna biru menjadikan buku ini berbeda. Menilik judulnya yang mengambil tema Natal, selain sosok dalam siluet yang  seakan dilingkari lampu Natal, tidak ada hal lain yang menunjukan kisah tentang Natal. Kenapa warnanya tidak hijau, atau merah sesuai dengan tema yang serig diusung saat Natal

Mengutip ucapan Mr Brain sekali lagi, coba lihat sekeliling kita. Syukuri apa yang kita miliki dan jagalah jangan sampai hilang.
























 




















 




















Sabtu, 05 Juli 2014

Review 2014# 34: Serdadu Pantai, SEMANGAT!!!!!


Penulis: Laode M. Insan
Penyunting: Hermawan Aksan
Penyelaras Aksara: Emi Kusmiati
Desain Sampul: Dwi Annisa A.
Desain Isi: Anisa Meilyasari
Penata Aksara: Nurul M. Janna
ISBN: 9786027816633
Halaman: 392
Penerbit: Noura Books
Harga: Rp 64.000


Dayan, Surman, Poci dan Suman  merupakan empat anak lelaki yang tinggal di Pulau Buton. Mereka hidup di desa nelayan, sebagai anak nelayan yang menghabiskan nyaris seluruh hari di laut, pantai atau tempat pelelangan ikan.


Dayan merupakan tokoh yang bercerita dalam buku ini. Sosoknya pada kover digambarkan membawa sebuah biola. Suman merupakan sosok yang dewasa sebelum waktunya. Anak kecil yang tahu sekali betapa beratnya hidup serta siap bekerja keras demi menjalani kehidupan yang keras di Buton. Poci berlawanan dengan Suman. Ia selalu bertingkah laku konyol. Semua hal sering dianggapnya enteng. Sementara Odi adalah anak yang lugu. Ia hanya melihat segala sisi dari hitam dan putih. Semua terlihat hanya dari sisi baik atau salah, kadang ia berkesan naif.

Buton sebagai lokasi kisah ini adalah sebuah pulau di Sulawesi Tenggara  yang terkenal akan produksi aspalnya. Letaknya hanya 1,5 meter dari permukaan tanah dan kadarnya lumayan tinggi 10-40 persen. Namun jangan mengira tanah ditempat mereka tinggal teraspal rapi. Justru kondisinya menyedihkan. Ironi sekali, di pulau yang dikenal sebagai penghasil aspal terbaik, justru banyak jalan yang tidak atau rusak aspalnya.

Kehidupan keempat anak tersebut juga tidak bisa dibilang baik. Mereka jarang melihat nasi terhidang. Ikan sudah menjadi makanan utama, kadang ditambah hasil laut lainnya. Mengumpulkan kerang dan bulu babi menjadi kegiatan rutin demi mengisi perut. Kenikmatan menyantap makanan tergantung pada keterampilan memasak kaum ibu. Menyelam demi sebuah koin yang dilempar turis dari kapal yang lewat  tanpa peduli bahaya, merupakan kesempatan mendapatkan uang. Meski demikian mereka tetap berusaha menjalani hidup dengan takwa dan penuh tawa.

Walau begitu, keempat anak tersebut tidak mau ketinggalan pendidikan. Mereka tetap rajin bersekolah.
Mereka juga beranggapan belajar bisa dilakukan kapan sana dan dimana saja. Bahkan kehidupan sehari-hari seperti di pantai, tempat pelelangan ikan bahkan pasar juga bisa menjadi kelas, tergantung bagaimana kita mengambil pelajaran dari kehidupan ini.

Ibu Guru mereka, Ibu Ros mengajar tanpa pamrih. Kondisinya sendiri tidak lebih baik dari anak-anak didiknya. Baju kebesaran mengajarnya hanyalah sebuah atas coklat yang sering ditisik karena sudah termakan usia. Aneka kain bermotif bunga dipakai untuk menutipi bagian yang sering ditisik. 

Melalui buku ini, penulis berkisah tentang kehidupan di Pulau Buton saat aspal menjadi tulang punggung ekonomi hingga aspal tidak mampu menjadi sandaran banyak penduduknya.  Penulis cukup piawai bercerita. Gambaran tentang keindahan laut dan pantai di Pulau Buton tergambar dengan jelas. Kemiskinan yang dialami oleh keempat anak sebagai tokoh utama juga mampu membangkitkan rasa iba. Pilihan kata yang dipakai juga menunjukan kadar intelektual penulis.

Sepertinya tidak adil membandingkan buku ini dengan buku dengan tema serupa yang juga diterbitkan oleh anak perusahaan Mizan, Tentralogi Laskar Pelangi. Kenikmatan saya membaca buku ini menjadi agak berkurang.  Buku tersebut memang sudah menginspirasi banyak orang, tak terhitung penulis yang juga bersemangat membuat kisah serupa dengan mengambil latar belakang kehidupannya. Tapi tidak berarti beberapa bagian juga harus sama khan.


Mau tidak mau saya terbawa untuk membandingkannya. Pada awalnya saya sama sekali tidak mengingat tentang kisah Ikal dan kawan-kawannya. Secara otomatis niat membandingan itu muncul ketika sosok Ibu Ros muncul. Entah mengapa sosoknya seakan sama persis dengan sosok Ibu Muslimah. Beberapa bagian memang menunjukan perbedaan, tapi cara penulis menceritakan sosoknya sungguh mirip dengan sosok Bu Muslimah. Kenapa harus bu guru? Atau memang kebetulan para ibu guru yang memiliki hati begitu mulianya di Belitung dan Buton?

Salah satu tokoh, Odi dikisahkan memiliki radio dengan mengandalkan baterai yang berulang kali dijemur. Mirip sekali dengan salah satu tokoh dalam Laskar Pelangi. Lalu sosok sarjana bujang lapuk penggemar dangdut, juga mengingatkan pada pimpinan orkes dalam Laskar Pelangi. Kenapa tidak mengusung kesenian setempat selain musik dangdut? Misalnya penari tradisonal terbaik.

Kenapa judulnya Serdadu Pantai? Serdadu mirip dengan Laskar. Hal ini kian menggiring ingatan saya pada buku sejenis. Judul lama, Negeri Sepati akan membuat buku ini berbeda. Mungkinkah penerbit sengaja memberikan judul tersebut dengan harapan mampu mengekor kesuksesan buku terdahulu? Setiap buku memiliki saripati kisah sendiri, pembaca sendiri dan keberuntungannya sendiri. Sayang sekali jika kreativitas penulis diarahkan hanya demi mengekor kesuksesan buku sejenis.

Walau begitu, penulis layak diacungi jempol saat mengolah sosok tokoh Suman. Seorang anak kecil, belum lulus SD harus menanggung beban hidup sedemikian besar. Berkat campur tangan Sang Pencipta maka banyak hal bisa terselesaikan dengan baik. Meski demikian unsur kebetulan yang melibatkan seorang rentenir dan anaknya perlu dibuat dengan lebih menawan lagi.

Membaca buku ini,kita juga mendapat pengetahuan tambahan mengenai kehidupan masyarakat Buton. Penulis cukup rajin memberikan catatan kaki sehingga pembaca bisa kian menikmati kisahnya. Contohnya tentang penambahan kata. Kata  la untuk laki-laki dan wa untuk perempuan, meski demikian ada nama yang langsung menambahkan kata la dan wa. Maka bisa kita tebak penulis buku ini adalah seorang pria.
Landak laut atau disebut juga bulu babi (Echinoidea) merupakan hewan laut yang berbentuk bundar dan memiliki duri pada kulitnya yang dapat digerakkan.Duri-duri inilah yang dipakai untuk bergerak, mencapit makanan dan melindungi diri.Bulu babi memiliki cangkang yang keras dan bagian dalamnya bersisi lima simetris.  Hewan ini dapat ditemukan mulai dari daerah pasang surut sampai di kedalaman 5.000 meter. 

Hewan ini bisa diolah menjadi panganan yang lezat.Maka tak heran jika keempat anak dalam kisah ini bersemangat mengumpulkannya. Tentunya dengan hati-hati mengingat duri yang ada tidak hanya menusuk namun mampu membuat meriang yang tertusuk.

Dalam  https://www.facebook.com/notes/jaringan-pengusaha-muslim-indonesia disebutkan bahwa bila kita masuk ke warung-warung sushi , produk bulu babi berupa telur, yang dikenal dengan “uni” dan harganya sangat mahal. Untuk satu kilogram uni di Jepang harganya berkisar antara 50 sampai $ 500 US, tergantung warna dan teksturnya. Meskipun demikian, kegilaan masyarakat Jepang untuk mengkonsumsi uni ini sangat tinggi. Terbukti dengan 90 % produk bulu babi dunia, dikonsumsi oleh masyarakat Jepang. Disebabkan karena adanya penangkapan bulu babi yang berlebihan di Jepang, yang telah berlangsung dari sekitar 100 tahun lalu, kini mereka harus mengimpornya dari Amerika Serikat, Chile, Russia, Kanada dan Korea Selatan. 


Buku yang tidak saja menghibur namun juga inspiratif dan menambah pengetahuan.


Sumber gambar:http://sip-alamnusantara.blogspot.com