Sabtu, 22 November 2014

Review 2014# 64: The Ghost Bride



Penulis: Yangsze Choo
Penerjemah: Angelic Zaizai
Penyunting: Dyah Agustine
Proofreader: Emi Kusmiati 
ISBN: 978-602-1637-35-7
Halaman: 488 
Penerbit Qanita
Harga: Rp 59.000


....
....
....
Pemuda itu cukup terkenal di kalangan sekitarnya. Dengan pengaruh keluarganya, gadis itu berhasil membuat sang pemuda menjadi calon suaminya. Sayangnya beberapa saat sebelum menikah sang gadis meninggal karena sakit. Calon Pengantin Pria merasa takut  jika harus menikah sehingga melarikan diri. Namun dengan kekuasaan yang dimiliki oleh keluarga sang gadis, pemuda itu berhasil ditemukan dan dibawa paksa untuk menikah. Jika diperhatikan, huruf-huruf China yang ada di sisi pengantin wanita dibuat terbalik. Dan agar bisa  terlihat berdiri tegak, maka ia disangga dengan semacam peyangga dari kayu. Konon siapa saja yang melihat gambar tersebut dan melihat senyum sang gadis, maka ia akan mengalami kesialan.

Kurang lebih begitulah cerita laoshi saya saat mengisahkan tentang urusan menikah dengan orang yang sudah meninggal. Ceritanya dimuai karena saat itu sedang heboh beredar foto sepasang pengantin China. Sepasang calon pengantin zaman dahulu harus tetap menikah jika salah satu diantaranya meninggal, namun ini hanya dilakukan tidak oleh seluruh bangsa China. 

Melihat kover buku ini saya langsung teringat akan kisah tersebut serta sebuah film berjudul Ghost Ride. Terutama pada bagian tengkorak yang ada di kover. Wajah pengantin wanita  begitu terlihat menderita sehingga kontras dengan tengkorak yang ada.  Warna pakaian pengantin keduanya, merah,  dianggap warna keberuntungan, dengan harapan pernikahannya menjadi pernikahan yang selalu membawa keberuntungan.

Kisahnya tentang seorang gadis rupawan bernama Li Lan yang mendapat lamaran dari keluarga pemuda bernama  Liam Tian Ching. Jika lamaran itu dilakukan dalam kondisi normal tentunya tidak ada masalah, dan bisa dipastikan keluarga Li Lan akan dengan semangat menerima lamaran itu. Sayangnya belum lama ini sang pemuda yang kebetulan adalah alih waris keluarga meninggal karena demam. Li Lan dilamar untuk menjalani prosesi sebagai pengantin arwah.

Guna membuat arwah penasaran tenang atau guna memperjelas status, arwah seseorang yang meninggal dinikahkan dengan yang masih hidup. Dalam kasus Li Lan, ia akan menikah dengan ayam jago sebagai simbol keberadaan Tian Ching di dunia. Selanjutnya ia akan dikenal sebagai istri pewaris keluarga Liam yang sudah meninggal. Kehidupannya akan terjamin secara materi, walau sebagai imbalannya ia tak bisa menikah dengan manusia lain apa lagi memiliki anak kandung.

Tawaran tersebut cukup menggoda sang ayah. Sejak wabah cacar menyerang keluarganya bisa dikatakan mereka berada diambang kebangkrutan. Ibu Lan meninggal terkena wabah. Ayahnya mampu bertahan hidup meski wajahnya hancur terkena dampak penyakit cacar. Meski memang sudah terancam jatuh miskin, namun tak pernah kondisinya separah saat itu. Bahkan mereka tak mampu membeli es, sebuah kemewahan sederhana saat itu.

Menikah dengan arwah dan hidup sendiri meski bergelimpangan harta jelas bukan impian gadis muda seperti Lan.  Hidupnya menjadi kian tidak tenang sejak arwah sang calon suami mengganggu dirinya melalui mimpi. Secara resmi ia dan ayahnya belum memberikan jawaban atas lamaran itu, tapi keluarga Liam sangat yakin bahwa lamaran mereka akan diterima, apalagi ada bumbu-bumbu hal yang menguntungkan bagi usaha ayah Lan.

Namun ternyata urusan lamaran dan cinta kasih tak sesederhana itu. Banyak pihak yang terlibat. Banyak hati yang ikut berperan. Belum lagi urusan tali halus yang konon menghubungkan kita dengan jodoh kita. Tali tersebut menunjukan kedalaman perasaan kita. Mungkin saja tali itu tersangkut dengan orang yang sama sekali tidak kita duga.

Bagaimana jika tali Lan justru tidak berhubungan dengan  Liam Tian Ching? Talinya juga bukan berhubungan dengan kekasihnya. Atau bagaimana jika benar talinya terhubung dengan Liam Tian Ching, bagaimana dengan kekasihnya? Lebih celakanya bagaimana jika ternyata tanpa ia sadari hatinya justru tertambat pada pria lain? Rumit!

Secara garis besar buku ini cukup menghibur. Urusan percintaan yang merupakan sumber utama diramu dengan apik bersama legenda dan kepercayaan China. Unik dan seru.

Dengan mengambil setting tahun 1893 di Malaya (Malaysia) sekarang. Banyak kehidupan masyarakat yang diuraikan dalam kisah ini. Termasuk kebiasaan sang ayah mengkonsumsi opium, tatanan sosial terutama dalam masyarakat China, serta kondisi pergaulan kaum muda.

Tambahan pengetahuan  umum juga akan kita dapatkan dalam kisah ini selain tentang kebudayaan China tentunya. Misalnya tentang peta laut yang ditandai secara horisontal dan vertikal.

Saya tertawa sampai mengeluarkan air mata saat membaca bagaimana penulis membuat kisah tentang Krakatau. Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883. Letusannya sangat dasyat, selama beberapa hari langit menjadi gelap karena hujan debu. Dalam buku ini disebutkan bahwa letusan Krakatau merupakan manifestasi fisik dari pemberontakan di neraka.  Lalu tentang bagaimana tentang aneka kota di dunia arwah. Ada yang mirip Malaka, Singapura bahkan kota hantu Penang. 

Merasa tegang saat mengetahui kenekatan Lan mengunjungi Padang Arwah sementara ia sebenarnya belum meninggal. Sesuai dengan pesan perantara, Lan sama sekali tidak memakan atau meminum makanan selama di dunia seberang agar ia bisa tetap bisa kembali ke tubuhnya kelak. Ia mengambil resiko demi mencari kebenaran.  Tapi begitulah perempuan yang sedang berurusan dengan cinta, apapun akan dikerjakannya tanpa takut, bahkan kadang tidak mempergunakan logika.

Pastinya buku ini juga melibatkan soal naga. Dalam kebudayaan China naga  digambarkan sebagai ular berukuran raksasa, lengkap dengan tanduk, sungut, dan cakar. Naga juga dianggap sebagai simbol kekuatan alam, terutama angin topan. Sosoknya masih menjadi perdebatan, mitologi  atau sesungguhnya ada namun sudah punah.

Pada bagian belakang kisah ini, kita bisa menemukan aneka catatan mengenai topik yang bersinggungan dalam kisah ini. Selain tentang pernikahan arwah, ada juga tentang ejaan Melayu dan dialek China. Favorit saya adalah tentang nama China.

Nama tokoh utama Li Lan berarti Anggrek Indah, seperti gambaran sang penulis tentang bagaimana cantiknya Lan.  Lim Tian Bai berarti Langit Cerah. Salah satu tokoh diberi nama Wewangian tapi kelakuannya justru jauh dari  wangi dan layak dipuji.

Sang penulis merupakan orang Malaysia keturunan generasi keempat. Kesukaannya membaca dan makan dalam waktu bersamaan membuat saya teringat akan kebiasaaan buruk saya.  Jangan lupa mampir ke www.yschoo.com

Begitulah Cinta, memang unik!


Sumber gambar: http://www.emorywheel.com/books-we-love-the-ghost-bride-is-a-gripping-ghostly-mystery



 


3 komentar:

  1. Wah jadi inget film vampire hongkong yang zaman dulu, yang judulnya Gwai San Nong, sekarang malah udh di buat remake nya

    BalasHapus
  2. aduh, menarik banget ini bukunya. waktu baca judulnya, jadi inget film Corpse Bride-nya Tim Burton. trus waktu baca tentang cinta, kematian, dan cina, jadi inget cerita Sam Pek Eng Tay (walaupun lupa2 inget juga sih).. hehehee.. thumbs up buat review-nya, jadi kepingin baca :D

    BalasHapus