Selasa, 28 April 2015

2015 # 47 : Entah Dia Hitam atau Putih




Judul: Half Bad
Pengarang: Sally Green
Penerjemah: Reni Indardini
Penyunting: Rina Wulandari

Penyelaras aksara: Nunung Wiyati
Penata aksara: Axin Makruf
Desain sampul: Fahmi Ilmansyah
ISBN: 978602160698
Halaman: 430
Cetakan: Pertama-Maret 2015
Penerbit: Noura Books

Harga: Rp 74.000

Subyek: Nathan Byrn
Kode Lahir: P 0,5/ H 0,5
Jenis Kelamin: Laki-laki
Usia Saat Pemeriksaan: 8 tahun
Anugrah (jika umur di atas 17 tahun): Tidak berlaku
Kecerdasan Umum: Tidak diketahui
......
......
......

Begitulah Nathan dianggap, setengah hitam dan setengah putih, bastar. Ibu, nenek serta saudara tirinya jelas-jelas adalah penyhir putih. Sementara dia masih dianggap campuran sebelum akhirnya dewan menentukan termasuk dalam golongan apa dia. 

Hidup dalam masyarakat yang terdiri  dari penyihir putih, penyihir hitam, bastar serta manusia biasa merupakan hal yang cukup berat bagi remaja seusia Nathan, tanpa perlu mengalami tekanan dari kakak tirinya, Jessica.

Jessica menganggap ibu mereka meninggal akibat(meski tidak secara langsung) Nathan. Ia selalu menganggap Nathan adalah penyihir hitam. Ia juga berharap Nathan tidak pernah mendapatkan tiga anugrah saat ulang tahun ketujuh belas agar jumlah penyihir hitam berkurang satu.Selain Jessica seluruh keluarga mencintai dan berusaha melindungi Nathan. Tentunya berharap Nathan menjadi penyihir putih kelak.

Ayah Nathan adalah penyihir hitam yang ditakuti. Selama ini ia tidak pernah menampakkan diri di depan Nathan. Meski begitu, tetap saja Nathan dianggap pembawa gen jahat dari sisi ayahnya. Ia sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Keberadaannya kelak bisa mengancam seluruh tatanan kehidupan penyihir. 

Menurut informasi yang Nathan peroleh, ada dua hal yang bisa mengalahkan ayahnya. Yang pertama sebuah senjata, kedua dirinya. Entah bagaimana caranya itu. Tapi bisa dipastikan itu adalah salah satu alasan sang ayah meninggalkannya.


Guna membatasi gerakan bastar, dewan mengeluarkan aneka perintah, seperti jika berpergian harus melaporkan terlebih dahulu, kecuali untuk pergi ke sekolah atau lingkungan sekitar rumah. Dilarang berdekatan dengan penyihir putih dalam jarak sekian meter kecuali kerabat dalam kasus Nathan. Masalah yang sudah rumit menjadi makin rumit ketika Nathan terlihat bersama seorang penyihir putih. Apa lagi jika bukan urusan cinta ABG.


Dan Nathan harus menanggung resiko semua tindakannya. Ia harus berpisah dari keluarganya dan berada di bawah pengawasan seorang mentor yang ditunjuk dewan. Ia harus mampu bertahan hidup serta berpacu dengan waktu agar bisa mendapatkan tiga anugrah saat ulang tahun ketujuh belas, atau mati. Ia harus mencari ayahnya.

Ia sendirian di luar sana. Informasi tentang keberadaan ayahnya sangat minim.Satu-satunya yang ia punya hanyalah kemampuan menyembuhnya yang luar biasa. Ia harus percaya pada sosok yang baru dikenalnya jika ingin mencapai tujuan. 

Ini soal hidup atau mati sekarang.
Soal membunuh atau dibunuh.

Biasanya, saya jarang bersemangat menunggu lanjutan kisah yang dibuat berseri. Jika penulisnya lokal, sering kali buku kedua dan seterusnya butuh waktu agak lama untuk terbit, bahkan ada yang tidak jua terbit. Kecuali, kalau penulisnya sudah menyiapkan sebuah serial dan menawarkannya ke penerbit dalam sebuah paket lengkap. Pertimbangan untuk tidak juga diterbitkan tentunya karena faktor lain.Pada kisah terjemahan, biasanya karena selera pembaca yang beragam dan kebetulan sekali buku tersebut kurang diminati maka atas dasar pertimbangan biaya produksi maka bulu selanjutnya tidak terbit. Tapi buku ini berbeda! Saya akan sangat menunggu dan mengharapkan terbit buku selanjutnya. 


Secara garis besar, ada enam bagian dalam buku ini. Tiap bagian menggambarkan perjalanan hidup Nathan. Sejak masih tinggal dengan sang nenek hingga perjalanan mencari ayahnya.

Sejak membuka halaman pertama, ada yang unik dari cara penulisan buku ini. Alih-alih memberikan prolog panjang lebar, penulis mengajak kita menikmati sebuah bagian yang bisa dikatakan sebagai pengantar dengan judul Trik.

Bagian favorit saya adalah bagian keempat, Kebebasan. Salah satu bab berjudul  Tiga Kantong Teh Celup Kehidupan Nathan Marcusovich. Kisahnya cukup mengharukan. Digambarkan bagaimana Nathan menikmati kebebasannya setelah sekian lama berada dalam pengawasan dewan. Ia makan sepuasnya, berendam di air hangat, berlarian, ia melakukan apa pun yang ia inginkan.

Ada baiknya penerbit memberikan peringatan akan banyak kekerasan fisik yang terdapat  dalam kisah ini. Jangan berharap kita akan menemukan pertempuran dengan aneka  trik man mantra sihir ala HP. Setting kisah memang ala sihir tapi dalam buku satu ini segala macam pertempuran dilakukan secara kontak fisik.

Tokoh kita, Nathan, juga digambarkan sebagai sosok bad boy. Sikapnya yang cenderung membangkang, keras kepala bahkan terkadang nekat sering kali membawanya dalam situasi sulit. Nathan juga sering dikisahkan berada dalam kekerasan, entah ia dipukuli oleh keluarga penyihir putih atau tanpa sengaja ia memukuli seorang gadis yang bertindak sebagai penghubungnya.  Lain bagian, dikisahkan bagaimana Nathan termasuk orang yang cepat lepas kendali. 

Sering kali saya ingin menjitak batoke bocah siji iki. Ampun deh! Kenapa sih sekali-kali Nathan tidak bersikap sebagai layaknya seorang anak manis saat diperiksa, sekedar agar tidak membuat sang nenek merasa ketakutan. 

Tapi rasa itu merubah menjadi haru saat melihat https://youtu.be/UIcpalOypmo. Hiks...hiks....hiks teganya para dewan!

Ada beberapa hal yang kurang saya pahami. Misalnya halaman 110 tertulis, "Debs meneleponku saat tengah malam untuk memberitahukan di mana kau berada. Debs menduga Niall-lah yang menghubunginya." Maksudnya Deborah, kakak tiri Nathan mendapat telepon mengenai keberadaannya dari seseorang yang ia kira adalah Niall? Jika itu maksudnya ini agak membingungkan. Bukankah saat ini semua telepon akan memunculkan nama dan nomer dari si penelepon? Di bagian lain dikisahkan bahwa Deborah berpura-pura baik terhadap Niall agar mendapat banyak informasi, maka tidak mungkin ia tidak hafal suara Niall, dengan anggapan Niall menghubunginya dari nomer lain.

Terus terang, agak susah membuat review buku yang ciamik ini. Takut spoiler tingkat dewa. Semangat membaca, saat sampai halaman akhir saya langsung merasa kesal! Kok cepat sekali tamatnya buku pertama ini. 

Terlena!Tak heran Guinness World Record memberikan predikat sebagai 
the 'Most Translated Book by a Debut Author. Konon pre-publikasinya telah terjual dalam 45 bahasa. 

------------>
Dear  sister di Nora Books
Pliz...plizzz......plizzzzzzzzz menuntaskan menerbitkan semua kisah ini.
Nathan membuatku jatuh hati, kesal, kasihan, marah dalam waktu bersamaan.
Ku ingin mengikuti setiap langkah kakinya mencari jati diri.
Apakah ia hitam, putih, campuran,  bahkan andai ia ternyata manusia biasa. 

Big Hug

TR


Sumber gambar:
https://www.goodreads.com/book/show/18079804-half-bad

Jumat, 24 April 2015

2015 #46: Pajak E-Commerce

 


Penulis: Dr. Nufransa Wira Sakti, S.Kom., M.Ec.
Penyunting : Zulfa Simatur.
ISBN: 979-065-220-8  
Halaman: 244
Penerbit: VisiMedia Pustaka 

Harga: 60.000


Belanja online ada pajaknya ngak sih?

Pernah punya pertanyaan seperti itu? Saya pernah. Ketika baru membeli beberapa buku import dari toko buku online, terbesit di benak saya pertanyaan tersebut. 

Memang untuk buku ada ketentuan tersendiri, tapi bagi saya yang biasa berkecimpung dengan urusan keuangan, tentunya ada rasa penasaran mengenai pembelian melalui online. Minimal soal materai yang bisa ditemuikan dalam bukti pembayaran. Apa lagi belakangan ini, jenis produk yang dijual juga beragam, harganya lumayan tinggi. 

Pertanyaan saya, serta mungkin juga pertanyaan banyak orang terjawab dalam buku ini. Memang tidak semua pertanyaan bisa  terjawab di sini, tapi minimal membuat kita lebih melek akan apa yang dimaksud dengan e-commerce dan urusannya dengan pajak.

Bagian pertama menguraikan tentang  Internet dan E-Commerce. Banyak versi atau pandangan mengenai pengertian kata e-commerce. Tapi secara garis besar penulis menyebutkan bahwa e-commerce adalah sebuah rangkaian kegiatan usaha perdagangan yang sebagian atau seluruhnya menggunakan media internet sebagai media komunikasinya.

E-commerce bisa dikategorikan dalam business to business, yang merupakan perdagangan elektronik yang dilakukan oleh dua perusahaan.   Business to customer, antara perusahaan dengan perorangan serta customer to customer yaitu perdagangan yang dilakukan oleh 2 orang menggunakan sarana internet. 

Tanpa disadari kegiatan jual beli melalui aneka sosial media merupakan wujud salah satu kegiatan e-commerce. Jangan-jangan menjual koleksi buku saya bsia termasuk dalam kategori ini, waduh.

Seputar Dampak E-Commerce pada Administrasi Perpajakan bisa kita temui di bagian kedua. Ada dua hal utama yang  menjadi masalah perpajakan karena transaksi e-commerce.  Pertama masalah pajak tidak langsung yang terdiri dari masalah transaksi e-commerce yang tanpa batas,  serta bagaimana mendeteksi transaksi barng digital agar dapat menerapkan kepatuhan perpajakannya.

Selanjutnya masalah pajak langsung, menyangkut tentang pembentukan bentuk usaha tetap/BUT, menentukan negara mana yang berhak untuk menetapkan pajak atas penghasilan yang diperoleh dari transaksi e-commerce, kategori penghasilan sehubungan dengan transaksi e-commerce, serta urusan administrasi pajak.  Bingung? Jangan takut, uraian lengkapnya ada di halaman 29-39. 

Untuk lebih memahami perlakuan pepajakan terhadap e-commerce  juga terdapat contoh penerapannya di beberapa negara, seperti Singapura, Thailand, Uni Eropa dan lainnya.

Sementara perihal Aspek Perpajakan pada Transaksi E-Commerce di Indonesia ada di bagian ketiga.  Bagian ini memberikan uraian mengenai kewajiban sebagai wajib pajak yang terdiri dari pendaftaran, penghitungan, pembayaran serta pelaporan. Lalu tentang prnrgasan ketentuan perpajakan atas transaksi e-commerce.

Terpenting, bagian ini juga menguraikan mengenai kegiatan transaksi. Pertama online marketplace, situs yang disediakan oleh penyelenggara jsa internet kepada para penjual untuk dapat menjajakan dagangannya melalui dunia maya. Penasaran? Silahkan intip halaman sendiri ya. Terdapat  aneka tabel yang memudahkan memahami.

Kedua adalah Classified Ads, merupakan situs tempat berkumpulnya para penjual melalui iklan yang dipasangbya di situs pennyelenggara jasa. Merupakan kegiatan menyediakan  atau kegiatan menyediakan tempat dan/atau waktu untuk memajang konten (teks, grafik, video penjelasan, dan informasi) barang dan/atau jasa bagi pengiklan untuk memasang iklan yang ditujukan kepada pengguna iklan melalui situs yang disediakan oleh penyelenggara Classified Ads. Contoh yang disajikan tentunya memudahkan pemahaman kita.

Selanjutnya adalah Daily Deals, yang merupakan kegiatan menyediakan tempat kegiatan usaha berupa situs daily deals sebagai tempat penjual. Situs  daily deals  menjual barang dan/atau jasa kepada pembeli dengan menggunakan voucher sebagai sarana pembayaran.

Tekahir, Online retail, situs yang menjual langsung barang dan/atau jasa dalam bentuk berwujud atau tidak berwujudu kepada pelanggannya.  Situs ini dikelola langsung oleh penyedia produk. 

Sedangkan bagian keempat berisikan perihal  Pajak dan E-Commerce di Indonesia. Penulis juga memasukan pandangannya yang tertuang dalam aneka artikel seputar pajak. Dalam buku ini, bagian tersebut dibuat dengan warna dan latar yang berbeda, dalam semacam kotak.  

Secara garis besar, buku ini layak dibaca dan dipahami oleh para pelaku di dunia usaha. Apalagi jika mengingat kita akan memasuki pasar bebas, tentunya akan banyak transaksi yang dilakukan melalui dunia maya. Akan sangat membantu jika para pelaku usaha memahami dan mengerti tentang E-Commerce. 

Penulis menjadikan buku ini sebagai bahan bacaan yang menarik dan tidak membosankan meski sarat dengan hal baru seputar  E-Commerce. Apalagi penulis tidak saja memberikan teori tapi juga contoh kasus.

Bagian yang paling seru bagi saya justru adalah lampiran. Lampiran dimulai dari halaman 177 hingga 241, nyaris menghabiskan 1/4 bagian buku. Tapi justru di bagian ini kita bisa lebih banyak tahu perihal pajak e-commercer dengan lebih jelas. Empat bagian di muka memberikan uraian mengenai e-commercer, bagian lampiran memberikan dasar hukum serta bagan arus  guna mempermudah pemahaman.  Sayangnya saya mengalami kesusahan saat mencoba memasukan scan bagan arus tersebut dalam review ini,  bagi yang penasaran mending beli saja ^_^.

Beberapa pertanyaan saya sudah terjawab. Namun masih ada yang belum.  Supaya tidak penasaran, besok saya akan ikut acara seputar pembahasan isi buku ini di Perpustakaan UI jam 10.00 WIB.

Ikut yuk!


















Senin, 20 April 2015

2015# 45: The Atlantis Gene




Judul : The Atlantis Gene (Gen Manusia Atlantis)

Pengarang: A.G Riddle

Penerjemah : Ahmad Alkadri

Editor : Merry Riansyah

Pemeriksa Aksara : Abduraafi Adrian
ISBN:  9786020900223
Halaman: 592

Cetakan: Pertama-Januari 2015

Penerbit: Fantasious      


Pertama marilah kita berikan jempol sebanyak-banyaknya untuk usaha penulis membuat kisah dengan setting tanah air tercinta ini.Memang tidak semua bagian dari kisah, tapi lumayanlah porsinya.

Urusan seputar Atlantis memang topik yang menarik buat dibicarakan dan dijadikan latar sebuah novel. Apalagi Sejak penelitian Dokter Santos mengenai lokasi Atlantis yang diperkirakan berada di wilayah kepulauan Indonesia, aneka perdebatan muncul. 


Sepertinya kedekatan emosilah yang membuat pembaca di tanah air tertarik pada buku ini,  kedekatan yang diwakili dengan lambang Monumen Nasional di kover depan. Warna biru memberi kesan kuat pada kata Atlantis yang selama ini dianggap sebagai kota bernunasa air. 


Buku ini terbagi menjadi tiga bagian besar. Bagian pertama, Jakarta Membara, memberikan  landasan mengenai kisah ini. Aneka aksi laga bak film berseliweran dalam bab ini.

Seorang ilmuwan Amerika, Kate Warner berupaya mencari obat bagi penderita autisme. Sebuah lembaga multinasional yang selama ini mendukung penelitiannya mendadak sangat menginginkan laporan mengenai perkembangan obat tersebut. Mengapa dan untuk apa merupakan msiteri bagi Kate.


Di sisi lain, seorang agen rahasia, David  Vale  dalam misi anti-terorisme di Jakarta, mendapati suatu petunjuk besar mengenai aksi terorisme global yang akan segera terjadi. Kemungkinan besar aksi tersebut, yang diberi nama Toba Protocol, dimulai dari Jakarta. Ternyata misi tersebut tidak seperti yang ia harapkan.

Tak heran jika kemudian David dan Kate bertemu dan bersama-sama menghadapi bahaya besar. Tidak saja di Jakarta, tapi juga di tempat-tempat yang tak terduga. Menghadapi lawa-lawan yang kejam, berpacu dengan waktu dan mempergunakan segala daya upaya agar bisa selamat.

Bagian ini agak membosankan bagi saya, karena isinya lebih banyak menonjolkan urusan kekerasan fisik semata. 

Permadani Tibet, merupakan judul dari bagian kedua. David dan Kate berada di Tibet  dalam sebuah biara yang terisolir dari dunia luar.  Ternyata para biksu yang ada dalam biara tersebut merupakan pewaris atlantis yang tersisa. Saat banjir besar yang menenggelamkan Atlantis datang, mereka yang selamat mengunci ke dataran tinggi seperti puncak-puncak gunung guna membangun kehidupan baru.

Mereka merawat David yang terluka parah dan membantu Kate memulihkan kondisinya. Kate juga mendapat sebuah jurnal yang harus ia baca. Jurnal tersebut terkait dengan segala hal yang terjadi belakangan ini. 

Selain berkisah mengenai para biksu, terdapat juga uraian mengenai sebuah senjata rahasia. Konon getaran  senjata tersebutlah yang menyebabkan Flu Spanyol yang melanda pada pertengahan abad 20.

Bagian ini agak mulai menarik perhatian saya, alurnya lebih menyenangkan buat dibaca dan dinikmati. Hal-hal yang semula samar kian terlihat jelas dalam bagian ini. 

Pada bagian ketiga,  kita diajak menuju Makam Atlantis. Dalam kisah ini disebutkan Gilbraltar merupakan pintu menuju atlantis. Kejutan ternyata sudah menanti mereka di sini.


Ada sebuah senjata rahasia lagi di sana terkait dengan Gen Atlantis. Itulah sebenarnya Toba Protocol, bukan sekedar mencari Gen Atlantis tapi menciptakan bangsa Atlantis, bangsa yang kebal terhadap senjata rahasia tersebut. Juga ada tentang tabir masa lalu Kate.  


Bagaimana kelanjutan kisah Kate dan David? Dibaca saja ya....


Sepertinya buku ini tidak berjodoh dengan saya, dari pemilikannya yang gagal maning, gagal maning hingga akhirnya merampok sis Jenny untuk bisa membaca. Ternyata saya tidak bisa menikmati kisahnya.  Dua tiga minggu sejak saya mulai membuka halaman pertama, ditambah sekian hari rehat sekedar mengumpulkan tenaga untuk menuntaskan buku ini. Hanya karena prinsip sekali dibaca harus sampai tamat , maka bertahanlah saya membaca buku ini. SEMANGAT!!!


Bermula dari nama tokoh pada awal kisah, David Vale dan Keegan. Jelas kedunya bukan nama lokal. Pastinya akan sangat mencolok melihat ada bule berkeliaran di Stasiun Manggarai. Bahkan turis dengan carrier di punggung pun akan menjadi pusat perhatian di sana. Lalu bagaimana David bisa begitu terkesan yakin dirinya tidak menjadi pusat perhatian.

Untuk dua agen lainnya pada halaman 10, saya asumsi mereka adalah orang kita, jika tidak bagaimana mungkin mereka bisa tidak dikenali diantara keramaian.  "Satu duduk di bangku panjang di tengah-tengah keramaian. Satu lagi memperbaiki lampu di dekat toilet....Kedua agen tersebut sangat bagus, mereka agen terbaik dari Markas Jakarta; David hampir tak bisa mengenali mereka di antara keramaian."


Selanjutnya perihal New York Times di Stasiun Manggarai. Setahuku saja tidak ada kios koran di sana. Tapi baiklah namanya juga cerita bisa khan dibuat seolah-olah ada. Tapi tetap saja, berapa banyak rakyat biasa yang membeli koran New York Times? Lebih baik jika penulis menyebutkan nama koran yang lebih masuk akrab di telinga pembaca, bisa saja nama karangan. Misalnya Gemar Membaca, Jaya, Koran Kita dan lainnya. Manfaatkan aplikasi guna alih bahasa jika ada kendala bahasa. 

Senang juga mengetahui mata pelajaran Bahasa Inggris yang dipelajari sejak SD hingga Sekolah Menengah Atas berguna. Pada halaman 137 disebutkan David bertanya pada istri penolongnya apakah ia bisa berbahasa Inggris, dijawab :Ya sedikit, karena aku harus menjual ikan di pasar." Saya baru tahu butuh keterampilan berbahasa asing untuk bisa menjual ikan hasil tangkapan dari Sungai Pasanggrahan.


Kalimat yang paling mengganggu saya adalah, "Itu sebabnya aku memilih Jakarta-kota besar terdekat dari Gunung Toba. Kupikir ini referensi tempat yang akan mereka gunakan untuk memulai serangan." (halaman 71) Jakarta merupakan kota terdekat dari Gunung Toba, waduh dihitung dari manaini?  Gunung Toba, sekarang menjadi Danau Toba terjadi akibat letusan gunung ketiga  kalinya yang terjadi 74.000 tahun lalu. Jika tetap mengambil lokasi Gunung Toba maka kota terdekat adalah Medan bukan Jakarta.
Kemudian di halaman 111 tertulis, "Itulah salah satu alasan aku mendirikan cabang operasi di Jakarta, 96 km dari Gunung Toba." Aneh bukan, sebuah kesalahan yang dilakukan oleh seseorang yang dalam buku ini digambarkan gemar membaca dan menyukai sejarah. Pastinya ia akan tahu mana kota terdekat yang ada sejak Gunung Toba meletus dan menjadi Danau Toba.


Banyaknya sosok yang menjadi tokoh dalam buku ini juga membuat saya bingung. Bisa dipastikan tokoh utamanya adalah Kate dan David, selain itu ada beberapa tokoh lainnya yang meski peranannya penting hanya muncul sesekali saja hingga tamat. Jika ia sungguh penting harusnya porsinya berimbang dengan Kate dan David. 

Meski demikian, buku ini memberikan tambahan pengetahuan bagi pembacanya. Misalnya tentang Adam kromosom Y, asal muasal manusia pertama, misteri punahnya manusia Neanderthal, manusia Devonian, dan Homo floresiensis. Dan pastinya mengenai Autis. 

Beberapa  typo juga ditemukan dalam buku ini. Entah kesalahan mengetik seperti yang ada di halaman 60, "Mereka berjalan ke bagian desa yang lebih salam, melewati rumah-rumah yang lebih bagus." Atau sekedar salah pemutusan kata di halaman 385, "...matahari te-ngah...." Sebenarnya saya sangat solider dengan typo. Tapi kalau sampai menganggu saya pastilah sangat mengganggu bagi yang lain.


Dan sampai akhir kisah saya masih bingung, jadi Gan Atlantis itu yang bagaimana? Yang kebal terhadap senjata rahasiakah? Lalu apa hubungannya dengan anak-anak authis yang diteliti Kate? Apakah maksudnya sesungguhnya mereka juga mengandung Gen Atlantis?


Sungguh, buku ini sepertinya tidak berjodoh dengan saya. Mungkin berjodoh dengan yang lain, mengingat sudah diterjemahkan ke dalam 18 bahasa.







Sumber gambar:
https://maps.google.co.id

Minggu, 19 April 2015

2015#44: 3 2S


Judul Asli: 3 Sisi Susi
Penulis: Fyra Fatima
Penunting: Zulfa Simatur, Fitria Pratiwi, Lis Sutinah
Pendesain sampul & penata letak: EM. Giri
Ilustrasi sampul: Aminudin Hadinugroho
ISBN: 9790652399
ISBN-13:9789790652392
Halaman: 172 
Cetakan: Pertama-2015
Penerbit: VisiMedia Pustaka
Harga: Rp 45.000


Ada Menteri, Ibu Susi dalam daftar undangan ibu. Mohon bantuan untuk mengatur segala sesuatu jika beliau jadi hadir.

Kalimat singkat yang disampaikan pihak penerbit saat rapat persiapan launching buku Ratna Sarumpaet membuat saya dan salah seorang rekan sekantor saling melirik penuh tanda-tanda kolaborasi.

Kami berdua sama-sama mengagumi sosok menteri yang satu ini. Saya mulai mengagumi sejak pesawat Susi Air mendarat di Aceh. Jika tidak salah ingat, beliau terlihat sedang berjalan menggandeng salah satu keluarga korban tsunami menelusuri sebuah perumahan yang porak-poranda. Sikap melindungi terlihat sekali.

Saat pengumuman kabinet, sosok beliau yang berbeda dengan yang lain menarik perhatian saya (lagi). Apa lagi sejak informasi mengenai latar belakang pendidikan, kebiasaan merokok serta tato yang  ada di tubuhnya ramai dibicarakan di sosial media. Buat saya yang penting bagaimana menteri yang satu ini membuat sebuah perubahan nyata. Sisanya merupakan urusan pribadi seorang Susi.

Terdiri dari tiga sisi kehidupan Susi, buku ini menawarkan hal-hal baru yang mungkin belum banyak diketahui orang. Andai ada yang sudah diketahui, buku ini memberikan gambaran lebih lengkap lagi mengenai sosok Susi. 

Tidak ada maksud untuk memberikan kultus sosoknya, seperti kata penulis. Lebih untuk menjadi penambah semangat kaum wanita untuk mau berkarya. Serta mengajak anak muda untuk mau bersemangat membangun bangsa dengan bercermin dengan dirinya.

Sisi 1  mengisahkan tentang sosok Susi dan keluarganya.Bagaimana Susi menghabiskan waktu dengan keluarganya. Ternyata sejak kecil Susi sudah menyukai membaca. Bacaannya luar biasa. Jika anak lain memilih membaca dalam bahasa Indonesia, Susi justru membaca buku dalam bahasa Inggris.

Dalam hal pendidikan Susi bisa dikategorikan cerdas, hanya ia merasa sekolah tidaklah cocok untuk dirinya, hingga saat SMA ia memutuskan keluar dari sekolah tanpa sempat mengantongi ijazah. Namun ia selalu berpesan agar apa yang ia lakukan jangan dicontoh. Sekolah merupakan investasi masa depan.

Kepulangan Susi ke Pangandaran dari Yogyakarta tempatnya bersekolah SMA, bermula akibat kepalanya terbentur tembok dinding sekolah saat tergelincir tangga hingga tubuhnya menggelinding ke bawah. Hal tersebut membuatnya sakit berkepanjangan hingga memutuskan kembali ke kampung halaman.

Karena pada dasarnya Susi adalah sosok yang mandiri,maka  ia berusaha mencari uang dengan berjualan. Mulai dari menjajakan bed cover  hingga akhirnya menjadi bakul ikan. Beratnya dunia usaha memberikan pengalaman serta pemahaman yang luar biasa bagi Susi.  

Menurutnya, jangan pernah berpikir bahwa dunia akan memberimu tempat istimewa karena kamu seorang prempuan. Menurutnya, perempuan terkadang berpikir bahwa mereka merasa memiliki hak istimewa atau dispensasi untuk tidak melakukan beberapa hal karena mereka perempuan (halaman31).Dalam dunia bisnis tidak seperti itu. Dalam bisnis semua dianggap sama  

Bagaimana Susi jatuh bangun mendirikan usaha ada dalam Sisi 2, Perempuan Sukses yang membeli pesawat demi lobster. Diceritakan lebih detail bagaimana Susi saat menjadi bakul ikan. Mulai dari belajar menaksir harga ikan, hingga distribusi ikan yang ia peroleh. Semuanya tidak begitu saja bisa ia lakukan. Ia belajar dengan keras termasuk harus mengalami kerugian akibat salah taksir harga ikan.

Kegagalan tidak membuat Susu mundur, ia justru kian terpacu. Selain menjadi bakul ikan, ia juga mulai menyewakan perahu pada nelayan. Hasil yang diperoleh nelayan dibelinya dengan harga bagus. Belakangan Susi mulai melirik lobster.

Bagian ini mengisahkan bagaimana Susi berupaya menyediakan lobster segar pada pembeli. Bukan hal mudah mengingat jarang yang harus ditempih dari pangandaran ke lokasi. Hal ini merupakan cikal bakal berdirinya pabrik.

Saat menonton film Habibie & Hainun, saya ingat ada adegan dimana Pak Habibie menyebutkan cita-cita ingin membuat pesawat kecil yang bisa menghubungkan aneka pulau di tanah air. Secara tak langsung Susi sudah melakukannya.

Semula tujuan Susi memiliki pesawat adalah agar bisa mengangkut lobster dengan cepat. Namun sejak peristiwa tsunami,  sebuah divisi  penerbangan lahir dengan nama Susi Air. Hingga 2012 sudah sekitar 113 destinasi dan 160 rute.

Dikisahkan juga bahwa Susi belajar manajemen bisa dari siapa saja, tidak harus dari orang pintar maupun sarjana. Suatu saat Susi melihat disetiap meja terdapat rokok, tisu dan air putih. Ternyata hal tersebut dilakukan oleh asisten rumah tangganya. Hal tersebut dilakukan agar pekerjaan si asisten rumah tangga tidak terganggu pekerjaannya oleh panggilan Susi yang membutuhkan rokok, tisu atau air putih. 

Kebijakan, tindakan serta kiprah Susi sejak menjadi menteri ada di Sisi 3 Perempuan Berani. Secara garis besar dikisahkan tentang bagaimana Susi bertugas sebagai menteri. Gebrakan seperti mengubah jam kerja serta menenggelamkan kapal membuatnya makin ramai dibicarakan orang.

Ada satu bagian yang mengharukan bagi saya. Sebagai seorang single, saat pelantikan sebagai meteri, Susi hadir didampingi Solichin G.P
membuat ia menggenakan kebaya dan mengecat  sosk yang sudah seperti ayah bagi Susi.  Persyaratan yang diberikan selain harus bertugas dengan baik adalah menggunakan kebaya. Secara halus juga disebutkan bahwa tidak ada anak beliau yang memiliki rambut berwarna merah, itu sebabnya Susi mengubah rambutnya sedikit hitam. Ternyata walau terkesan galak dan blak-blakan, Susi termasuk orang yang menghormati dan menurut pada orang tua.
Secara garis besar, buku ini menarik dan perlu dibaca oleh anak muda. Agar mereka bisa mengetahui bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika kita berusaha dan konsisten dengan apa yang kita lakukan.

Apa lagi di bagian belakang buku ini terdapat surat terbuka yang dikirim Susi bagi seluruh generasi muda pada saat Hari Sumpah Pemuda 2014 yang lalu. Sebuah penyemangat yang layak dibaca dan diikuti.

Bagi kalimat yang dirasa penting untuk diketahui, akan dicetak dalam satu halaman besar. Beberapa ada yang berwarna namun ada juga yang tidak berwarna. Ada baiknya untuk keindahan dimuat berwarna.

Demikian juga untuk pergantian bagian atau sisi, akan lebih menarik jika dibuat berwarna. Hingga berkesan efklusif, selain sebagai pembatas. 

Pada kover, sosok Susi digambarkan dengan mempergunakan seragam SMP sedang memegang semacam buku. Mungkinkah maksudnya sebagai peringatan bagi kita bahwa belajar itu tidak mengenal batas usia, bisa kapan saja dan dari mana saja. Ada juga gambar kopi dan gorengan. Agak aneh karena dalam buku ini yang disebutkan ada di setiap meja di rumah Susi adalah rokok, air putih dan tisu. Kenapa tidak air putih dan tisu yang digambar?


Susi  Pudjiastuti lahir pada 15 januari 1965 du Pangandara.  Ayahnya bernama Haji Ahmad Karlan dan ibunya bernama Hajjah Suwuh Lasmina. Susi juga merupakan pemilik dari ASI Pudjiastuti Marine Product yang bergerak dalam bidang eksport hasil perikanan serta PT ASI Pudjiastuti Aviation yang bergerak dalam bidang penerbangan.  Penghargaan yang diterima Susi yaitu:

  • Pelopor Wisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat tahun 2004
  • Young Entrepreneur of the Year dari Ernst and Young Indonesia tahun 2005
  • Primaniyarta Award for Best Small & Medium Enterprise Exporter 2005 dari Presiden Republik Indonesia.
  • Metro TV  Award for Economics-2006,
  • Inspiring Woman 2006 dan Eagle Award 2006 dari Metro TV, Indonesia
  • Berprestasi Award dari PT Exelcomindo
  • Sofyan Ilyas Award dari Kementrian Kelautan dan Perikanan   pada tahun 2009
  • Ganesha Widyajasa Aditama Award dari ITB 2011
  • Award for Innovative Achievements, Extraordinary Leadership and Significant Contributions to the Economy, APEC 2011
  • Tokoh Wanita Inspiratif Penggerak Pembangunan, dari  Gubenur Jawa Barat tahun 2008
  • Kanjeng Ratu Ayu (KRAY) Susi Pudjiastutiningrat,  dari Keraton Surakarta Hadiningrat 2015.

Nasehat dari para orang tua adalah untuk mengambil teladan dari sisi baik dan keberhasilan seseorang serta tidak perlu mengumbar kekurangannya. Mari kita ambil keteladanan dari Susi, sosok perempuan mandiri, tegas, mau belajar dan cinta keluarga.

Sumber gambar:
http://profile.metrotvnews.com/read/152/susi-pudjiastuti