Senin, 22 Februari 2016

2016 #23 : The Finisher

Penulis: David Baldacci
Penerjemah:Angelic Zaizai
Penyunting: Dyah Agustine
Proofreader: Enfira
ISBN: 9789794339176
Halaman: 495
Cetakan: Pertama-Januari 2016
Penerbit: Mizan fantasi
Harga: Rp 89.000
Rating: 3/5



Bintang jatuh.
Setiap kali kau kebetulan melihat salah satunya melintas terang benderang di langit, perubahan akan terjadi bagi beberapa wugmort.


The Finisher adalah kisah mengenai seorang gadis bernama Vega Jane. Vega Jane sebenarnya bukan anak yatim piatu, ia masih memiliki ayah dan ibu. Namun  sebuah peristiwa terjadi, kedua orang tuanya dikirim ke panti  perawatan. Karena kakeknya juga sudah tiada, maka secara otomatis ia hanya berdua dengan sang adik. Sebenarnya ada seorang sahabat Vega Jane, Delph. Tapi ia bukan kerabat hanya sahabat.

Ia tinggal di sebuah desa bernama Wormwood. Desa tesebut sangat tertutup. Tidak ada yang bisa masuk atau keluar tanpa melalui  Quag. Tak ada Wugmort-Wug, sebutan bagi warga desa yang ingin masuk ke dalamnya. Mereka semua sangat mengerti monster buas seperti apa yang ada di sana. 

Kehidupan di sana berjalan dengan sangat tertib dibawah pengawasan dewan penguasa. Tak ada yang berniat atau berani melanggar peraturan karena setiap kejahatan berat akan membuat pelakunya dikirim ke Valhall. Bukan tempat yang nyaman.

Guna memenuhi kehidupan, Vega Jane bekerja di Stacks sebagai Finisher. Meski tidak diterjemahkan, bisa kita asumsikan bahwa tugas seorang finisher adalah menciptakan benda-benda sesuai pesanan warga atau yang diperintahkan dewan.

Suatu ketika, Vega Jane berkeinginan untuk meninggalkan Wormwood. Tak ada yang membuat langkahnya berat.  Apa lagi ia menemukan hal-hal aneh seputar The Quang dan The Stacks, tempatnya ia bekerja selama ini.Dengan mengandalkan secarik peta temuan yang menunjukkan jalan untuk melintasi Quang, ia makin mantap meninggalkan kehidupannya di Wormwood.

Semula memang ada perasaan takut, apalagi jika membayangkan aneka monster yang menghadangnya di Quang. Tapi petuah kakeknya menjadikan ia tabah. "Tempat yang paling menakutkan dari semua tempat adalah tempat yang Wugmort tidak tahu bahwa di sana merupakan seburuk-buruknya tempat," begitu pesan sang kakek. 

Sebuah rencana pelarian sudah disusun serapi mungkin, segala persiapan sudah dilakukan, namun semua tak ada yang berjalan mudah bukan. Apa lagi jika terkait dengan Jabbit si ular raksaksa dan Cobble si raksasa batu. Ditambah lagi dengan tuduhan masyarakat yang harus ia hadapi. Untunglah, pertolongan selalu Vega Jane dapatkan, kadang dari sumber yang tak terduga sama sekali!

Menikmati kisah ini gampang-gampang susah, banyak hal yang diuraikan belakangan oleh si penulis. Misalnya ia menyebutkan tentang  Wug, meski pembaca bisa menebak, namun secara jelas baru belakangan disebutkan bahwa Wug adalah sebutan bagi warga Wornwood.

Pada bagian awal, pembaca sudah disuguhi peta  tentang Wornwood termasuk di mana Quang berada.Hal ini jelas memudahkan pembaca mengikuti kisah. Dengan memperhatikan peta ini, pembaca  bisa mengetahui seberapa jauh jarak antara pohon milik Vega Jane dengan  The Stack, mana jalan yang harus dilalui supaya tidak mendekati The Quang, dan lainnya. Ada upaya menciptakan pemahaman kisah bagi pembaca dengan melihat peta tersebut. 

Ada juga uraian mengenai para tokoh dalam buku ini. Hal ini membantu saya menikmati kisah karena sudah mengenai latar belakang para tokoh terlebih dahulu serta bagaimana hubungannya dengan tokoh yang lain. 

Membaca mengenai sebuah desa yang penduduknya hanya diam di tempat karena merasa tidak ada jalan keluar atau masuk ke desa seperti dalam kisah ini, membuat saya teringat pada buku  The Forest of Hands and Teeth  dari Carrie Ryan. Review saya ada di sini. Bedanya, dalam buku tersebut warga memang tidak ingin keluar mengingat resiko adanya zombi yang berkeliaran.
Bagian yang mengisahkan pertarungan Vega Jane mengingatkan saya pada kisah Hunger Games. Bedanya, Vega Jane harus bertarung suka atau tidak. Jika ia menolak maka ia akan langsung dihukum, jika menang selain mendapatkan kebebasan ia juga mendapatkan uang yang lumayan banyak. 

Dan keberuntungan Vega Jane tidak terlalu jauh berbeda dengan keberuntungan Katniss Everdeen. Meski menurut saya agak berlebihan, toh tetap saja saya senang menikmati bagian yang menunjukkan sang jagoan pasti menang bagaimana pun juga. Ia mampu membuat mereka yang bertaruh atas namanya mendapatkan uang banyak. Bagian yang ini tidak saya sukai, karena bisa memberikan gambaran pada remaja bahwa bertaruh merupakan hal yang biasa dan boleh dilakukan. Mohon bimbingan para orang tua ^_^

Akhir kisah memang tidak selalu selamanya indah. Tapi akhir kisah dalam cerita ini tidak juga berakhir menyedihkan. Penulis seakan membuat akhir yang bisa dikembangkan menjadi sebuah kisah lagi. Beberapa hal menjadi pertanyaan saya, dan seakan akan begitu selamanya.

Menurut data di Goodreads, Finisher adalah buku pertama dari serial Vega Jane. Hal ini memperjelas kenapa beberapa hal yang seakan tidak tuntas. Mungkin saja ada dalam buku kedua. Buku selanjutnya The Keeper terbit tahun 2015. Menilik bintang 3,91 yang diberikan pembaca, tentunya ada yang istimewa dari kisah selanjutnya.  Mari berharap segera terbit  versi terjemahannya.
Oh ya bagian yang saya paling sukai dalam kisah ini adalah saat Vega Jane menemukan buku yang tak biasa di rumah salah seorang atasannya. Lalu bagian yang mengisahkan saat Vega Jane berkunjung ke rumah salah satu anggota dewan dan melihat perpustakaan yang dipenuhi buku dari lantai hingga langit-langit. Dan pastinya bagian pertempuran di antara rak buku.

Pad http://www.amazon.com, saya menemukan bahwa buku ini diperuntukan bagi remaja. Baiklah, meski demikian adegan aku berjinjit dan menciumnya serta bagian dia mengangkatku daritanah dan balas menciumku kuat-kuat sampai-sampai kurasakan napasku menunggalkan tubuh sebegitu cepat sehingga kupikir aku bakalan pingsan,  mungkin bisa  makin diperhalus atau dihilangkan sekalian dari kisah. Kita memang tidak bisa menahan perkembangan seorang remaja, tapi kita bisa berusaha seminimal mungkin menyodorkan hal-hal seperti itu sambil memberikan pengertian dan pelajaran tentang hal tersebut.

Untuk urusan kover, setelah membaca keseluruhan kisah, saya merasa kurang pas. Sosok tokoh utama dalam kisah ini malah sama sekali tidak ada dalam kover, yang ada justru salah satu monster yang harus dihadapinya. Bagian yang mengisahkan bagaimana Vega Jane berurusan dengan  Cobble si raksasa batu bisa dikatakan tidak terlalu banyak. Oh, saya menyimpulkan itu adalah Cobble karena  tubuhnya seakan terdiri dari batu-batuan.  Semoga benar ^_^ 
Add caption

Sekedar iseng, saya mencoba mencari kover lainnya di Goodread, dan terpesona dengan beberapa versi kover yang ada. 

Bahasa Bulgaria, sebagai contoh, menawarkan nuansa yang berbeda. Dengan melihat kover buku, saya merasakan kedamaian yang terpancar dari warna hijau tumbuhan yang menjadi latar belakang. Sang gadis yang seakan menatap ke pembaca bisa diasumsikan bahwa ia mengerti kita sedang mengamatinya. Sementara lambang yang dibuat seolah berpendar dari tubuh sang gadis, seakan menandakan kekuatan yang tersembunyi. Kekuatan maha dasyat yang tersembunyi dalam kelembutan seorang gadis. Bahkan pilihan warna pada judul juga membuat buku ini layak untuk dilirik.

Sementara versi lainnya, justru menampilkan sosok  Vega Jane memenuhi nyaris satu halaman kover. Dengan mengusung nuansa merah, buku ini sepertinya menampilkan sosok seorang gadis yang tangguh. Jika diperhatikan huruf "T" pada awal judul dibuat menyerupai simbol ksatria.Versi ini seakan menawarkan kisah petualangan seorang ksatria wanita. Penuh dengan bahaya dan trik licik orang sekitar. Bagi yang menyukai petualangan menggebu-gebu, kover ini tentunya akan menarik perhatian.

Oh ya bagian yang saya paling sukai dalam kisah ini adalah saat Vega Jane menemukan buku yang tak biasa di rumah salah seorang atasannya. Lalu bagian yang mengisahkan saat Vega Jane berkunjung ke rumah salah satu anggota dewan dan melihat perpustakaan yang dipenuhi buku dari lantai hingga langit-langit. Walau terpikirkan juga, kalau begitu kapan selesai bacanya ya.

Buku ini bisa dikatakan mengajarkan kita bahwa usaha serta kerja keras pasti akan membuahkan hasil yang manis. Tetesan keringat, air  mata bahkan mungkin juga darah yang mengucur, akan sebanding dengan yang kita nikmati.

Persahabatan dan kasih sayang adalah kekuatan terbesar yang membuat hal yang kelihatan tidak mungkin menjadi sangat mungkin dan mudah diperoleh.  

David Baldacci merupakan penulis yang cukup produktif. Lahir pada  5 AGustus 1960 di Richmond, Virginia. Karyanya sudah dialih bahasa lebih dari 45 bahasa dan dijual lebih dari 80 negara,  Selanjutnya mengenai penulis bisa dilihat di http://davidbaldacci.com/

Gara-gara membaca tentang persahabatan Vega Jane dan Delph, saya jadi ingat lagu lama mengenai sebuah persahabatan manis. Nyanyi aja yuk.....


Sumber gambar:
Goodreads

Sumber clip:
Youtube
----------------------------


Dear Zaizai
Percayalah!
Jika serial ini tidak selesai diterbitkan,  maka aku akan mengganggumu tiada henti hingga mendapat terjemahan kisah selanjutnya.
Sudah cukup aku dibuat menderita menunggu kelanjutan kisah para pangeran India.

Waspadalah....
Waspadalah....
Waspadalah...!

*Curhatan pembaca yang gemas ketika buku seri tidak diterbitkan semua*



































1 komentar:

  1. Alur cerita di buku ini sangat menarik. Awalnya cuma iseng beli tanpa ekspektasi tinggi karena sedang ada diskonan cuci gudang Mizan, jadi harganya cuma 15 ribuan. Eh ternyata jadi pengen tau kelanjutannya. Tapi sepertinya masih belum ada terjemahan lanjutannya ya.

    BalasHapus