Rabu, 24 Februari 2016

2016 #24: The Mark Of The Dragonfly

Penulis: Jaleigh Johnson
Alih bahasa: Angelic Zaizai
Penyunting: Yenni Saputri
Ilustrasi sampul: Arrahmanrendi
Ilustrasi peta: Bayu
Disain sampul dan Isi: Pras Santosa
Tata Letak Isi: Tofa
ISBN: 9786027283459
Halaman: 416
Cetakan: Pertama-2016
Penerbit: METAMIND
Harga: Rp 73.000
Rating: 3/5

Tak apa-apa merasa takut, tapi kau tidak boleh membiarkan itu menghalangimu melakukan apa yang harus kau lakukan. 

Piper menyukai mesin, atau tepatnya mesin yang menyukainya. Keahliannya membetulkan mesin sudah tak bisa diragukan lagi. Ia bahkan mampu membetulkan benda yang sudah hancur terurai. Sebagai anak yatim-piatu, ia tak bisa mengandalkan orang lain untuk hidup. Tak juga dari hasil memulung aneka barang yang terbawa dari dunia lain oleh badai meteor yang terjadi di Kota Rongsokan nomor 16.

Suatu ketika, Piper terpaksa keluar dari perlindungan saat badai guna mencari Micah, sahabatnya. Ia nekat keluar meski badai belum berakhir agar bisa mendapatkan rongsokan berharga untuk dijual. Hanya butuh 30 menit setelah badai berakhir untuk mengumpulkan rongsokan, kalau tak buru-buru tak ada lagi yang tersisa. 

Ternyata tidak cuman Micah yang berpikiran begitu, serombongan karavan juga ada yang nekat berjalan saat badai belum selesai. Dan keduanya nyaris celaka tersambar meteror besar yang jatuh. Micah pingsan dan butuh pertolongan! Saat membongkar karavan, Piper terkejut bukan kepalang.  Ternyata dalam karavan juga ada seorang gadis! Ia tanpak terluka.

Di lengan gadis itu terajah tato kurang lebih seukuran kotak korek api bergambar capung. Bukan sembarang capung, namun terbuat dari bagian-bagian mekanis. Sayap transparannya dihiasi urat kawat berwarna-warni dan per-per mini melingkari lengan. Gir dan roda gigi membentuk mata multifasetnya, dan tubuh hijau metalik merupakan piston yang meruncing ke arah lekuk sikunya. Itu simbil capung. Siapa yang memilikinya berarti berada dalam perlindungan Raja Aron, penguasa Terirorial  Capung yang terletak persis di selatan Kerajaan Metrow.

Semula, Piper hanya ingin merawat Anna, nama gadis itu, lalu setelah sehat mengantarkannya ke rumahnya di ibu kota. Siapa tahu ia beruntung bisa mendapatkan sekedar pekerjaan atau makanan sebagai tanda terima kasih dari keluarga Anna. Siapa yang mengira urusan menjad panjang. Ia bahkan nyaris menjadi celaka.

http://www.jaleighjohnson.com
Pemulung dari Utara dan Sang Capung   menghadapi berbagai hal yang tak terduga. Mulai dari melarikan diri dari kejaran seorang pria yang mengaku ayah Anna, menghadapi penjual budak, menyusup ke kereta api dan berhadapan dengan pembajak yang ingin menjarah isi kereta. Serta berusaha membantu Anna mengingat siapa dirinya.

Untunglah mereka dibantu oleh Gee  petugas keamanan yang memiliki mata hijau,  Jeyne Steel  sang kepala mekanik sekaligus penguasa 401, Timble si juru api yang kebal api.  Keadaan makin memburuk ketika Anna terluka, ternyata ada sebuah rahasia besar yang tidak diketahui Piper, meski ia sudah lama berada di sisinya.

Bagian ini sungguh tak terduga. Harusnya saya bisa menebak dengan begitu banyak petunjuk yang bertebaran dalam buku.  Misalnya pada halaman 151 ketika Piper merasa ada yang berbeda saat Anna memeluknya, pada halaman 244 yang berisi penjelasan Timble tentang kelebihan dirinya dan Gee. Puncaknya pada halaman 375.  Harusnya saya sadar ada yang aneh dengan kemampuan Piper.

Secara garis besar, buku ini mengusung tema mengenai persahabatan dan bekerja sama guna menyelesaikan sebuah masalah. Persahabatan tak akan mengenal untung atau rugi dalam membantu. Dengan saling membantu, maka tak ada masalah yang tak bisa diselesaikan. Dukungan orang-orang di sekitar kita sangat membantu guna mencari jalan keluar. Kadang, sahabat ditemukan melalui cara yang unik. 

Entah guna memudahkan pembaca, atau karena latah, buku ini juga menyajikan peta perjalanan yang dilalui oleh Piper dan Anna. Termasuk ketika mempergunakan kereta api. Bagi saya, peta tersebut tidak berarti banyak karena uraian penulis dalam kisah ini

Walau  tidak diuraikan secara langsung, buku ini juga memberikan tambahan pengetahuan pada pembaca mengenai bahaya yang mungkin dihadapi seseorang jika bekerja dalam kondisi sering mengisap asap. Ada juga perihal kesehatan yang bisa terganggu ketika mengisap terlalu banyak debu.

Kita dengan mudah menemukan adengan seru seperti kejar-kejaran yang mampu memicu adrenalin. Tapi ada juga bagian yang membuat saya tertawa. Misalnya saat Piper menyebutkan tentang pinggung tebal. Istilah pinggul tebal. Dalam kisah ini tempat penyimpanan uang berbentuk ikat pinggang, maka orang yang menyimpang uang banyak dalam ikat pinggang akan terlihat memiliki pinggung  yang tebal.

Bisa dibilang saya agak cemburu dengan Anna ketika pada halaman 144 disebutkan ia menemukan sebuah buku yang menarik di perpustakaan. Bayangkan! Perpustakaan di kereta api. Perjalanan sejauh apa pun tak akan menjadi membosankan.

Buku-buku dalam perpustakaan tersebut kelak terbukti mampu membantu Anna mencari solusi bagi masalah yang mereka hadapi. Buku memang sumber ilmu *promosi*

Mungkin karena ini masih merupakan buku pertama dari dua buku dalam serial The Mark of teh Dragonfly, masih banyak hal yang belum diuraikan secara tuntas. 


Untuk urusan kover, versi yang saya miliki memang berbeda jauh dengan versi asli. Namun justru versi lokal membuat saya penasaran dan menduga-duga. Apakah kisahnya tentang petualangan tiga remaja, lalu mana yang bernama Piper. Trus terang, adegan yang melibatkan kereta api,  membuat saya teringat pada kisah 007, pasti seru!

Meski seru, akhir yang berkesan terlalu sederhana pada buku pertama ini membuat saya merasa gregetan. Konyol menurut saya, jika sudah berusaha menjauh dari kejaran orang yang dianggap jahat, Anna mendadak justru mendatangi orang itu guna menyelidiki masa lalunya. Itu sama saja dia mengkhianati usaha dan pengorbanan mereka yang telah berusaha melindunginya.

Seandainya ada ilustrasi, tentunya akan lebih menarik. Pembaca bisa menilai apakah terkaannya mengenai sosok Gee betul atau berbeda jauh dengan yang digambarkan oleh ilustrator. Terutama sekali saya penasaran dengan tato capung yang ada di tangan Anna, seperti apa ya jika dituangkan dalam bentuk ilustrasi.

Di sini, disebutkan tentang  fakta menarik seputar capung.  Capung diklasifikasikan sebagai karnivora. Mereka biasanya memakan nyamuk, ngengat, semut, rayap, lebah, kupu-kupu, dan lalat. Capung biasanya ditemukan di dekat badan air seperti kolam, danau, sungai berarus lambat, dan tanah basah lainnya.

Serangga ini menyukai badan air yang sehat sehingga dianggap sebagai indikator sumber air yang baik. Sayap depan capung sedikit lebih panjang dibandingkan sayap belakang yang berguna membantu kecepatan dan kemampuan manuver saat terbang. Mereka mengepakkan sayap sekitar 30 kali per detik. Kecepatan terbang capung dapat mencapai 100 km/jam.

Demikian juga uraian yang terdapat di sini.  Capung biasanya tidak menggigit atau menyengat manusia, meskipun mereka akan menggigit untuk menghindari, jika ditangkap oleh perut. Mereka dinilai sebagai predator yang membantu populasi kontrol serangga berbahaya, seperti nyamuk. Capung adalah salah satu dari beberapa serangga sering disebut sebagai ‘nyamuk elang’ di Amerika Utara.

Oh ya,  tanda capung yang ada pada tubuh Anna bisa dikatakan semacam rajah atau tato. Kata tersebut    sebenarnya berasal dari kata tatau yang berasal dari bahasa Tahiti yang berarti “memberi tanda atau menandakan sesuatu”. Hal ini sesuai dengan kisah, dimana Anna diberi tanda Capung. Informasi lebih lengkap bisa dilihat di sini. 

Kisah ini mendapat Dorothy Canfield Fisher Children's Book Award Winners Nominee 2016, sebuah penghargaan  tahunan bagi buku  baru kategori anak-anak  di Amerika. Meski ada sedikit urusan cinta, tapi secara garis besar, buku ini aman untuk anak-anak.
Perihal penulis lebih lanjut bisa disimak di http://www.jaleighjohnson.com. Saya hanya berharap agar kisah kedua bisa segera diterbitkan. 




1 komentar: