Kamis, 31 Maret 2016

2016 #35-36: Cergam Lima Sekawan

Mereka yang besar pada era 80-90 pasti mengenal sosok Julian, Dick, George, Anna dan Tim. Kirrin bersaudara dan seekor anjing, Lima Sekawan. Petualangan mereka lahir melalui sosok Enid Blyton pertama kali pada tahun 1942. Di negara asalnya, Inggris, kisah mereka dikenal dengan nama The Famous Five.

Awalnya hanya menuliskan 6 sampai 8 buku cerita Lima Sekawan, namun karena tingginya angka penjualan dan antusiasme pembaca, maka serinya berkembang sampai 21 buku. Kisah ini begitu terkenalnya sehingga diadaptasi menjadi serial televisi di Inggris. Seingat saya, remaja kita juga pernah sempat menikmati film serial ini setiap hari Sabtu sore.

Kisah Lima Sekawan dikenal di tanah air melalui buku-buku terbitan Gramedia. Ternyata,  selain menerbitkan versi bermain Gramedia juga menerbitkan versi cergam. Versi ini dibuat berdasarkan kisah Lima Sekawan karangan Claude Voiler, seorang penulis dari Perancis. Kisah Lima Sekawan begitu diminati di sana sehingga setelah 21 judul selesai ditulis oleh Enid Blyton, pada tahun 1980 munculah versi Voiler.

Lima Sekawan tulisan Claude Voilier yang sudah diterbitkan di Indonesia adalah:
1. Mencari Warisan Ratu
2. Menaklukkan Agen Rahasia
3. Penculikan Bintang Televisi
4. Di Kota Hantu
5. Patung Dewa Aneh
6. Di Gua Kelelawar
7. Melacak Topeng Hitam
8. Menyergap Penyelundup Mutiara
9. Harta Karun Di Galiung Kencana
10. Bahaya Di Tanjung Badai
11. Warisan Sang Pangeran
12. Harta Karun Rockwell
13. Pembajakan Pesawat Udara
14. Dan Sinar Z
15. Misteri Beruang Biru
16. Misteri Surat Warisan
17. Mengarung Samudra
18. Kontra Spionase Mat
19. Di Bukit Setan

Duh jadi kangen sama koleksi yang raib digondol orang hiksss. Oh ya ada beberapa judul lagi yang tidak dialih bahasa ke dalam bahasa Inggris.  Jika pada kisah karya Enid Blyton keempat anak mendapat porsi yang sama, maka dalam karya Voiler, sosok George terlihat menonjol dibandingkan saudara-saudaranya. Ia memang masih digambarkan sebagai cowek tomboy, tapi tidak seperti dalam karya Enid Blyton. Contohnya, George dalam versi ini tidak ngotot bercita-cita menjadi anak laki-laki. Kadang ia memakai pakaian atau asesoris seperti anak Anna. Hal itu terlihat dari ilustrasi yang ada dalam buku.

Coba kita nikmati kedua cergam yang saya peroleh melalui salah satu toko langganan saya Mela Deni.

Harta Karun di Galiung Kencana
Skenario: Serge Rosenzweig
Gambar: Bernard Dufosse
Diindonesiakan oleh : Ina Sophiaan Hadianto
Halaman: 46
Cetakan: Pertama-1985
Penerbit: PT Gramedia
Rating: 3/5

Seperti biasa, Lima Sekawan sedang menikmati liburan sekolah di Pulau Kirrin ketika tanpa sengaja mereka terseret dalam bahaya. Mereka menemukan harta yang disembunyikan oleh sekelompok pencuri. Ternyata tersedia uang hadiah  lumayan besar bagi mereka yang berhasil menemukan harta tersebut. Lima Sekawan harus berurusan denga penjahat yang sangat berbahaya.

Beberapa adegan yang menjurus kekerasan juga ada dalam buku ini. Misalnya ketika keempat anak tersebut bertarung melawan tiga pria dewasa. Sebenarnya konyol juga melihat adegan mereka berkelahi. Anak-anak itu sepertinya tidak sadar akan bahaya yang mereka hadapi jika berkelahi melawan orang dewasa. Atau mereka terlalu percaya diri akan bisa melawan pria dewasa.  Mungkin juga sifat serakah ketiga pria dewasa dalam buku ini sudah begitu kuat sehingga tak peduli akan siapa yang mereka hadapi, bahkan jika anak-anak sekali pun.

Salah satu adegan yang memperlihatkan salah seorang penjahat terjatuh membuat saya terheran-heran. Kok bisa ya seseorang masih bisa berdiri tegak setelah jatuh dalam kondisi begitu. Bukankah ia bisa mengalami patah tulang leher.  Ya namanya cerita memang apa saja bisa, tapi tak ada salahnya juga membuat cerita seru menjadi lebih masuk akal khan.

Patung Dewa Aneh
Skenario: Serge Rosenzweig
Gambar: Bernard Dufosse
Diindonesiakan oleh : Ina Sophiaan Hadianto
Halaman: 46
Cetakan: Pertama-1985
Penerbit: PT Gramedia
Rating: 3/5

Sebuah museum di Bolivia kehilangan sejumlah barang langka yang tak ternilai harganya. Barang-barang tersebut diduga dijual di luar wilayah Bolivia. Salah satu yang hilang adalah Matahari Inka. Lima sekawan secara tak sengaja terlibat dalam hal ini karena berteman dengan seorang pedagang barang antik di Kiriin, James Forrester.

Toko James Forrester sering mendapat kiriman barang antik dari berbagai tempat, salah satunya dari Bolivia. Salah satu barang yang ada di toko James adalah Patung Dewa Matahari yang bisa bicara dari Bolivia.  Sebenarnya itu hanya patung biasa yang memiliki rongga sehingga seakan bisa berbicara dengan suara menggelegar. Bukan patung itu yang membuat Lima Sekawan menjadi curiga pada Forrester, tapi untuk apa membuat iklan tentang patung yang tak bisa dijual. Ditambah lagi tingkah lakunya yang mendadak aneh.

Mungkin karena sudah terlalu lama berkenalan dengan sosok Lima Sekawan, begitu ada sedikit yang berbeda menjadi hal yang mengganjal buat saya. Untuk versi Voiler memang hanya sedikit butuh penyesuaian. Terutama sekali melihat sosok George yang lebih menonjol dibanding yang lain.

Tapi untuk versi cergam, saya merasa tidak nyaman melihat goresan wajah mereka. Bagi saya, Julian, Dick, George dan Anne menjadi sosok remaja yang jahil, suka betingkah seenaknya, sedikit bengal. Intinya sosok lembut, cinta sesama dan ramah hilang. Mau bagaimana lagi. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda terhadap sosok Lima  Sekawan. Mungkin begitulah yang ada dalam bayangan ilustrasi cergam ini.

Saya mencari informasi mengenai cergam Lima Sekawan di GRI. Di sana masih ada satu cergam lagi. Judulnya Orang-Orang Asing dari Daratan, Siluman Belut, Burung Ajaib. Judul yang cukup unik. Penelusuran saya di dunia maya malah menemukan sebuah cergam lagi, judulnya Kuburan Para Raksaksa. Buku ini mungkin sudah cukup langka. Jadi ya lumayan mahal. Meski saya sangat menyukai kisah Lima Sekawan, sepertinya masih harus berpikir panjang jika harus menebus buku seharga itu. Beda dengan LW mungkin he he he.  Seri ini total kurang lebih ada empat ya. Mungkin ada lagi yang bisa menambahkan?

Mulai tahun 2004, tambahan 16 buah novel Lima Sekawan yang ditulis oleh Sarah Bosse telah diterbitkan di Jerman, namun tidak diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Sayang juga, padahal bisa menjadi pelipur rasa kangen.

Saat kecil, saya selalu membayangkan bisa seperti mereka. Piknik di pulau, menyalakan api unggun, tidur di tenda. Ok, dari sanalah impian saya punya tenda berasal hi hi hi. Sungguh membuat masa kecil menjadi lebih berwarna. Meski begitu, ternyata tidak selamanya kisah Lima Sekawan bisa diterima dengan tangan terbuka. Simak saja artikel di sini

Hayuh, menikmati tarcis dan limun jahe ^_^



Rabu, 30 Maret 2016

2016 #34: Let's Think Like A Freak

Judul asli: Think Like a Freak
Penulis: Steven D. Levitt & Stephen J. Dubner
Penerjemah: Adi Toha
Penyunting: Ida Wajdi
Penyunting aksaea: Lian Kagura, Putri Risdoana
Penata aksara: Puthut TS
Perancang sampul: Muhammad Usman
ISBN: 9786023850075
Halaman: 300
Cetakan: Pertama-2016
Penerbit: Noura Books
Harga: Rp 74.000
Rating: 3,75/5


"...menyakini Anda benar tidak sama dengan Anda benar."

Baiklah. Saya yakin kalau saya benar, padahal mungkin saja saya tidak benar. Keputusan yang saya ambil  menurut saya adalah hal yang benar, tapi pada kenyataannya bisa jadi itu bukan hal yang benar.

Kurang lebih begitulah filosofi dalam buku Think Like A Freak. Sebuah buku dengan judul yang menarik. Sering kali orang tidak ingin terlihat beda. Bahkan ada yang mau melakukan apa saja agar bisa menjadi sama dengan lingkungan sekitar. Buku ini justru mengajak kita untuk berpikir dengan tidak biasa, Think out of the box, cara berpikir kita yang berbeda dari yang lainnya, diluar rutinitas yang dilakukan, berpikir diluar dari yang umumnya. Dengan berpikir secara tidak biasa maka hasil yang diperoleh juga akan luar biasa.

Buku ini berisikan hal tentang perilaku yang kita perlukan serta mengatasi berbagai trik dan masalah yang dunia lemparkan kepada kita. Penulis memiliki cara untuk itu. Hanya saja memang tidak biasa. Pembaca dibawa ke alam pemikiran seorang anak kecil, mendongak, menatap trik pengangkat ganda. Bebaskan diri, terimalah penjelasan sederhana, bahkan mungkin sangat sederhana hingga tak pernah terbayangkan, biarkan diri berkelana melintasi dimensi ruang dan waktu.

Terdapat sembilan bab dalam buku ini. Mulai dari Apa Maksud Berpikir seperti Orang Aneh?, Tiga Kata yang Paling Sulit Diucapkan, Apa Masalah Anda?, Kebenaran di dalam Akar, Berpikir seperti Anak-anak, Seperti memberi Permen kepada Balita, Apa Kesamaan Raja Sulaiman dan David Lee Roth?, Cara Membujuk Orang yang Tidak Mau Dibujuk, dan Sisi Baik dan Berhenti.  Judul bab yang unik ya. Tiap bab diberikan uraian yang menarik. Untuk beberapa kata yang dianggap perlu mendapat perhatan khusus, diberikan semacam tata letak yang menarik sehingga tidak berkesan sebuah buku teks yang membosankan.

Beberapa uraian, membuat saya memahami beberapa hal yang selama ini menggelitik rasa ingin tahu saya tapi tidak bisa saya temukan jawabannya. Misalnya mengenai kenapa penipuan di internet selalu menyebutkan Nigeria sebagai asal negara. 

Ayolah, bukankah surel seperti   itu sering mampir? Sering kali satu nama mengirim berulang kali. Belakangan malah ada yang mempergunakan bahasa Indonesia. Tidak pernahkah Anda merasa penasaran, kenapa Anda yang dijadiksan sasaran? Penjelasannya ada di halaman 163

Kunci utama belajar adalah umpan balik. Hampir mustahil untuk mempelajari apa pun tanpa hal itu. Untuk mengetahui apakah sebuah iklan benar-benar efektif perlu ada umpan balik yang dilakukan oleh para penerima iklan. Sebuah studi dalam buku ini menyebtkan bahwa tanpa iklan pada sebuah halaman koran, pembelian tetap akan berlangsung. Lalu untuk apa tetap mempertahankan iklan jika umpan balik berupa pembelian tidak seperti yang kita harapkan? Sebnarnya, dalam kasus tersebut pelajaran yang diperoleh adalah iklan tidak mempengaruhi angka pembelian. Sehingga keputusan untuk tidak memasang iklan merupakan hal yang wajar mengingat besarnya biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan yang diperoleh. Tapi para petinggi di perusahaan itu takut akan atasan mereka yang bisa murka jika tidak melihat iklan di halaman surat kabar. Ego atau bisnis yang bicara.

Hal menarik lain bagi saya adalah perihal seseorang yang mampu menghabiskan makanan dengan cepat dalam sebuah lomba adu cepat dan adu banyak makan. Jadi ingat lomba makan ayam cepat saji yang memakan korban belum lama berselang.  

Takeru Kobayashi berpikir berbeda dengan peserta lain. Umumnya mereka memikirkan bagaimana cara makan lebih banyak. Sementara Kobayashi memikirkan bagaimana membuat makanan lebih mudah dimakan. Dengan mudah dimakan otomatis membuatnya mampu memakan dalam jumlah besar. Cara berpikir Kobayashi yang berbeda membuatnya memenangkan berbagai penghargaan. Dan uniknya ia tak harus mengeluarkan banyak tenaga seperti peserta lainnya. Bisa dikatakan ia sudah menguasai manajemen lomba makan terbanyak dan tercepat. 

Kisah tentang Van Halen, sebuah band yang cukup terkenal pada halaman 148 membuat saya terkagum-kagun akan kecerdikan pihak manajemen mereka. Dalam kontrak tur band tersebut ada pasal yang memuat mengenai persyaratan makanan dan minuman. Pada halaman 40 bahkan memuat mengenai camilan, yaitu adanya kripik kentang, kacang-kacangan, pretzel dan M&M's namun jangan sampai ada warna coklat.

Banyak yang menganggap hal ini merupakan sekedar tingkah polah para bintang. Belakangan cara ini justru merupakan cara sederhana tapi cerdik untuk mengetahui apakah penyelenggara sudah membaca pasal tambahan setebal lima puluh tiga halaman. Manajemen perlu memastikan promotor di sebuah pertunjukan sudah mengikuti petunjuk poin demi poin agar tidak ada kesalahan teknis yang fatal sehingga membahayakan nyawa seseorang. Cara untuk memastikan promotor telah membaca klausal khusus dan mengikuti semua prosedur keselamatan yang mereka tentukan adalah dengan melihat isi mangkuk M&M's yang disediakan.

Mengertikan maksudnya? Jika dalam ditemukan ada M&M's coklat, maka itu artinya pihak promotor tidak membaca  klausal tambahan dengan teliti. Untuk itu pihak manajemen akan melakukan pengawasan ketat pada banyak hal seperti tata panggung, keselamatan di atas panggung hingga memastikan peralatan berfungsi dengan baik.

Sungguh menarik dan inspiratif. Buku ini tidak saja mengajak seseorang untuk berpikir dengan cara yang berbeda agar memperoleh hasil maksimal, tapi juga memberikan alasan kenapa seseorang harus memikirkan cara yang berbeda tersebut. Berbagai kemungkinan yang bisa diperoleh dari aneka cara berpikir yang berbeda mengenai sebuah hal, juga membuat seseorang akan menjadi lebih kreatif.

Pastinya buku ini membuat saya tidak ragu untuk melakukan sesuatu hal yang agak atau malah sama sekali berbeda dengan orang lain. Tak perlu ragu dan malu berpikiran berbeda demi hasil terbaik.

Jika memang bagus kenapa saya tidak memberikan rating 4 bahkan lima? Pasti banyak yang bertanya begitu. Bagi saya, seandainya kover dibuat lebih menarik, lebih menonjolkan unsur "freak" tentunya buku ini akan lebih menggoda.  Seperti yang diterbitkan dalam bahasa Rusia dan Hebrew. Jika hanya ada tulisan freak, agak susah bagi seseorang untuk menebak seberapa freak yang dimaksud penulis dalam buku ini.

Orang freak macam apa yang ingin membuat seekor anjing Dalmatian memiliki bulu putih polos tanpa bintik hitam? Ide gila apa yang ia miliki guna mewujudkan mimpi itu. Gambaran seperti itu yang saya peroleh saat melihat kover versi bahasa Hebrew di Goodreads. Membuat penasaran untuk membaca.

Selain itu, meski menarik, penulis memiliki kecenderungan untuk menyampaikan hal yang tidak perlu dengan panjang lebar. Singkat kata, ada beberapa bagian yang diuraikan dengan bertele-tele sehingga pesan yang ingin disampaikan menjadi melebar dan tidak tepat sasaran.

Kalimat yang paling saya suka dalam buku ini adalah,"Anak-anak membaca buku, bukan ulasan. Mereka tidak peduli sama sekali dengan kritik. Ketika sebuah buku membosankan, mereka menguap terang-terangan, tanpa rasa malu atau takut pada pihak berwenang. anak-anak tidak mengharapkan penulis kesukaan mereka menyelamatkan umat manusia (halaman112).

Rabu, 23 Maret 2016

2016 #33: Meraih Cinta Melalui Mimpi

 Judul asli:Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi
Penulis: Eka Kurniawan
Penyunting: Ika Yuliana Kurniasih
Perancang sampul:@labusiam
Ilustrasi sampul: Ayu Hapsari & @labusiam
Ilustrasi isi: Ayu Hapsari
Pemeriksa akara: Intan & Nurani
Penata aksara: Archi Tobias Chandra
ISBN 10: 6022910722 
ISBN13: 9786022910725
Halaman:170
Cetakan: Pertama-2015
Penerbit: Bentang Pustaka
Harga: Rp 34.000
Rating: 4/5

Tidak perlu mereview buku yang bukan genrenya, apa lagi jika hanya bertujuan untuk bully. Ditambah buku itu bukan buku sendiri alias meminjam. 

Kurang lebih kalimat seperti itu disampaikan oleh salah seorang sahabat saya di alam buku ^_^. Konon kata tersebut juga ia dapat dari salah seorang penulis  buku. Ceritanya ia tertarik  membaca sebuah buku setelah membaca sinopsis yang ada di GRI. Kebetulan kenal dengan salah seorang anggota yang juga memiliki buku tersebut, maka dicobalah membaca sebuah buku pinjaman yang bukan berasal dari genrenya. 

Setelah membaca, ia merasa agak kecewa karena kisah yang disajikan tidak sesuai dengan harapannya. Sesuai dengan salah satu manfaat GRI, maka diolah sebuah  review dengan berupa maksimal menyebutkan kelebihan dan kekurangan buku. Tapi mau bagaimana jika lebih banyak kurangnya. Efeknya, penulis serta para fans merasa tidak terima dengan pendapatnya. Terjadilah Perang Pena di alam buku sana. Eh Perang Keyboard  harusnya ya.

Saya jadi penasaran.
Maksudnya apa sebagai pembaca saya tidak boleh membaca buku diluar genre kesukaan saya? Jika demikian sempit sekali wawasan saya. Hanya seputar peri, makhluk fantasi, penyihir, dracula, pistol, lokasi pembunuhan, reka ulang dan hal sejenis yang saya tahu jika begitu. Karena saya lebih suka membaca kisah fantasi dan misteri.  Iseng, saya mencoba membaca sesuatu yang berbeda, out of  the box kata orang sekarang. 

Tapi jika harus beli, agak mikir nih ^_^. Maka saya mencantumkan buku Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi dalam wishlist saya di GRI untuk program Markituka BBI Jabodetabek. Lucky me! saya mendapatkan  2 buku, salah satunya buku ini. Hayuh mencoba sesuatu yang baru. 

Kover dengan nuansa warna coklat dengan siluet seorang wanita, terasa sangat pas dengan kisah yang juga dijadikan judul dalam buku ini.  Burung-burung camar  yang terbang di langit, memandakan perempuan itu berada di pantai. Sederhana tapi elegan.

Terdapat lima belas kisah dalam buku ini. Beberapa kisah  yang ada antara lain Cerita Batu, Kapten Bebek Hijau, Membakar Api, Membuat Senang Seekor Gajah dan tentunya kisah yang menjadi judul buku ini, Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi

Meski saya bisa tertawa saat membaca kisah-kisah yang ada, jika kita renungkan sebenarnya kisah tersebut mengandung filsafah kehidupan yang cukup tinggi. Beberapa kisah membuat saya mengangguk setuju begitu selesai membacanya, setuju akan hal-hal yang bisa terjadi seperti dalam kisah. Setuju pada pesan moral yang terkandung. Lain kisah, saya menggelengkan kepala. Tanda  heran akan tingkah polah tokoh dalam kisah.

Kapten Bebek Hijau sebagai contoh. Usaha bebek kecil itu untuk membaur dengan lingkungan merupakan hal yang wajar.  Semula  bebek kecil tersebut memiliki bulu berwarna kuning, tanpa sengaja ia memakan  buah mogita hingga bulunya berwarna hijau. Bukannya bersyukur ia tidak mati karena makan buah beracun, sang anak bebek itu justru ingin kembali memiliki bulu kuning. Salah satu cara adalah memakan kunir raja yang ada di puncak bukit. 

Sebuah perjalanan yang penuh bahaya. Namun karena tekatnya sudah bulat ia nekat menempuh perjalanan sendirian. Dalam perjalanan, bebek kecil tersebut menemukan fakta bahwa ia bisa selamat dari bahaya karena memiliki buku berwarna hijau menyerupai warna alam sekitar. Alih-alih mengambil pengalaman tersebut untuk pulang kembali ke rumah, ia malah nekat meneruskan perjalanan ke puncak bukit dan memakan kunir raja. Berhasil memang. Namun bisa ditebak apa yang terjadi dalam perjalanan pulang, saat sepasang mata elang lapar melihat ada warna kuning diantara warna hijau rumput. 

Sebuah renungan indah. Kadang, sebagai manusia kita sering ingin diterima lingkungan sekitar dengan membaur menyerupai mereka. Tanpa kita sadari bahwa perbedaan bisa saja menjadi kekuatan dan penyelamat kita. Menerima apa yang ada dalam diri kita dan berkompromi dengan kelebihan dan kekurangan tersebut, akan membuat hidup kita lebih indah serta bermakna.

Kisah Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi, membuat saya teringat pada salah satu sinetron tentang anak asal Betawi yang menjadi seorang insinyur.  Entah sudah masuk musim putar keberapa. Seingat saya ada pada bagian yang mengisahkan bagaimana terpuruknya Dul akibat ditinggal Sarah karena kesalahpahan lama seputar urusan Dul-Sarah-Jaenab. Dul sering memimpikan berada di sebuah pantai. Saat ia berjalan kaki di pinggir pantai ada anak laki-laki yang juga bernama Dul. Suatu ketika, saat sedang mengerjakan sebuah proyek kecil-kecilan ia melihat kalender dengan gambar persis yang ada dalam mimpinya, ternyata itu di Anyer. Bermodal nekat hanya mengandalkan mimpi, ia pergi ke sana. 

Namanya juga sinetron, di sana Dul memang menemukan anak laki-laki yang sedang berlarian di pantai dan dipanggil dengan nama Dul juga. Makin terkejut ketika ia melihat ibunda Sarah juga ada di sana. Penonton bisa menebak kelanjutan kisahnya. Ternyata memang anak itu adalah anak Dul dengan Sarah yang selama ini belum pernah ditemuinya.

Mungkin saja, sekitar kita juga ada sosok seperti Maya, tokoh dalam Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi. Seseorang yang begitu meyakini arti sebuah mimpi hingga mau berbuat nekat. Tujuannya apa lagi, menggapai kebahagian seperti yang telihat indah melalui mimpinya. Atau seperti si Dul, yang nekat mencari makna mimpi karena merasa penasaran. Ia tak akan tenang sebelum bisa mengerti makna dibalik mimpinya. Hidup, memang unik.

Pada tiap kisah, kita akan langsung disuguhi ilustrasi menawan terkait kisah tersebut. Bisa dibilang, buku ini merupakan buku yang paling banyak memanjakan saya dengan ilustrasi sejak awal tahun hingga saat ini. Memang tidak ada kewajiban memuat ilustrasi pada sebuah buku, tapi jika itu bisa menambah makna kisah kenapa tidak ^_^.

Pengalaman pertama saya membaca karya penulis ini, sungguh menyenangkan. Cara penulis ini bercerita terkesan santai tapi membuat penasaran. Gaya maju-mundur-maju, tanpa cantik ^_^ membuat saya penasaran. Tak ingin berhenti sebelum sebuah kisah selesai. Begitu selesai, seperti nyandu, ingin membaca kisah lainnya juga.

Beberapa teman mengingatkan bahwa karya penulis ini cenderung absurd. Bagi saya yang penting kisahnya menarik dan menghibur. Selain mendapat masukan energi bagi jiwa, saya juga belajar pengetahuan. Terpenting, ini membuktikan bahwa tidak selalu seseorang akan merasa kecewa ketika membaca buku yang bukan genrenya.  Jika memang bagus dan menarik kenapa tidak mencoba karya lainnya. Sungguh menyedihkan jika membaca saja harus dikotak-kotak. Apa lagi sampai ada pendapat untuk melarang mereview, dengan alasan buku pinjaman! Pendapat yang picik!

Buku ini merupakan kumpulan cerpen yang pernah dimuat di media cetak antara tahun 2007-2013. Penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa for Prosa-Shortlist 2015, serta Anugrah Pembaca Indonesia Nominee for Buku dan Penulisan Fiksi Terfavorit -Shortlist 2015 berhasil diraih.

Saat mencari biodata penulis ini, saya merasa femiliar dengan nama sang istri. Ternyata beliau penulis kisah Gadis Kretek!  Plus namanya sering bersliweran di FB salah seorang sahabat  saya. Dasar kebiasaan buruk, suka tidak ngeh sama orang ^_^. Jadi malah mengkhayal iseng, gimana ya kira-kira anak mereka jika sudah lebih besar. Apakah bisa menjadi penulis anak-anak yang produktif, hingga menjadi penulis yang menghasilkan karya-karya indah seperti orang tuanya.  Bahkan memenangkan berbagai penghargaan tingkat internasional. Atau malah hanya jadi penikmat saja tidak  lebih. Ya, namanya juga ngayal, apa saja boleh dong.

Oh ya, buat mbak atau mas pengarang yang punya prinsip seperti di atas, saya cuman mau bilang kalau karya anda dicetak untuk umum maka berjiwa besarlah. Ada yang suka, ada yang tidak. Mereka yang suka akan memuji, yang tidak akan memberikan kritik. Lebih baik dikritik dari pada tidak ada yang komentar, artinya karya anda tidak dianggap ada. Dan anggaplah itu kursus gratis menulis guna menjawab celaan dengan karya lebih baik kelak.

Jika melarang orang meminjam buku dan membuat reviewnya, maka jadikanlah karya anda sebagai buku yang teramat super ekslusif. Hanya dicetak 5 eksemplar di dunia, misalnya. 

Jumat, 18 Maret 2016

2016 #32: Petualangan Cornelia


Judul asli:Kitab Peri Yang Hilang - The Spell Bound Book 
Penulis: Miki Monticelli
Ilustrator: Silvia Fusetti
Penerjemah: Ika Nurhayati
Editor: Nurini
Pewajah sampul: Zariyal
Layout: Fathurrida
ISBN: 9786028290395
Halaman:394
Cetakan: Pertama-2010
Penerbit:Puspa Storia
Rating: 3/5 

Ada makhluk-makhluk di dunia ini yang tak bisa bertahan tanpa sihir. Nicromancer adalah salah satunya. Begitu pula dengan para Orde Tinggi. Dan kau tentu saja. Jadi sudah jadi hukum alam kalau yang lemah akan takluk dan yang kuat bertahan.

Ceritanya saat beres-beres rak buku, buku ini tergeletak dalam kondisi sangat bagus. Masih tersegel rapi. Meski ada tulisan Bonus Poster di pojok kover, saya tidak berhasil menemukan sesuatu yang bisa dianggap poster hadiah. Padahal keren juga kalau poster dibuat seperti kover ini. Asumsi saya, buku ini saya beli saat ada acara obralan, tentunya jangan berharap masih ada poster tersedia ^_^

Kisahnya tentang seorang gadis bernama  Cornelia Bocchineri. meski lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga biasa-biasa, ternyata Cornelia bukan sosok remaja gadis biasa. Dia ternyata adalah seorang peri. Bukan sembarang peri, tapi peri yang memiliki darah merah, peri yang memiliki darah manusia. 

Sebagai peri manusia, Corenelia memiliki kekuatan yang luar biasa, hanya saja saat ini ia belum bisa mengendalikan kekuatannya.  Ia juga satu-satunya harapan yang dianggap mampu menghubungkan dunia peri dan dunia manusia. Belakangan, kedua dunia sedang mengalami pertikaian. Dan hanya mereka yang memiliki kepekaan khusus yang bisa memngetahuinya, diluar  mereka, orang akan melihat dunia tetap seperti apa adanya.

Bukan hal mudah bagi bagi Cornelia. Ia yang tak tahu apa-apa harus belajar menjadi sosok yang diharapkan banyak orang. Belum lagi ia juga harus melindungi dirinya dari musuh kejam yang ingin mencuri kekuatannya. Padahal jika ia kehilangan kekuatannya maka ia akan mati. Untunglah, dalam pencarian jati diri dan pelatihannya Cornelia dibantu sepasang anak manusia yang juga memiliki keistimewaaan, meski mereka bukan peri. Dirk dan Luna selalu siap membantu Cornelia, ditambah bimbingan ahli sihir bernama Arborescent.

Sebuah buku, Buku Peri, dianggap mampu membantu Cornelia mengendalikan kekuatannya. Buku tersebut hilang, padahal Cornelia sedang berusaha membaca dan memahaminya. seperti juga ia berusaha memahami syair yang dianggap memiliki petunjuk khusus.


Yang sudah lama
Di tempat satu-satunya
Harta karun kuno
Di mana lima
Menjadi satu
Di mana cahaya
di dalam
Dan tinggi
Sebelas mata
Celakalah
Ditempatkan di antara empat
Celakalah

Secara garis besar, seru juga mengikuti perkembangan Cornelia belajar sihir, belajar mengenali dan mengendalikan kekuatannya. Usahanya untuk mau berusaha perlu diacungi jempol. Kedua orang sahabat barunya juga layak mendapat pujian karena selalu berada di sisi Cornelia.

Hanya saja, saya merasa sosok Cornelia ditampilkan sebagai gadis lugu yang agak naif. Pada beberapa bagian, ia seakan menjadi sosok yang bodoh dan egois. Greget sebagai sosok yang terpilih kurang terasa dalam penggambaran kepribadian Cornelia. Justru sosok Luna terlihat lebih tegar, dewasa dan kuat.

Akhir yang tidak jelas membuat saya penasaran, langsung meluncur ke situs buku dimana saya menjadi anggota. Pantas!  Seharusnya ada tiga buku dalam serial ini, entah kenapa buku kedua dan ketiganya  versi bahasa Indonesia tidak tercantum dalam data Goodreads. Mungkin memang tidak ada, atau belum ada yang menerbitkan.  Padahal penasaran sekali dengan sosok griffin yang ada di kover. Mungkinkah mereka menjadi sahabat dan berjuang bersama seperti Eragon? Entahlah, ada pada buku kedua dan ketiga mungkin. 

Dalam data itu, saya juga menemukan bahwa penulisnya orang Italia. Tidak jelas buku ini diterjemahkan dari bahasa Inggris atau langsung dari bahasa Italia, namun penerjemah sudah cukup mampu membuat saya menikmati kisahnya.   

Untuk urusan cetakan, saya harus mengakui kover adalah daya utama dari buku ini. Apa lagi dengan pembuatan kover pertama yang dibuat bolong di bagian tengah sehingga menampakkan gambar pada kover kedua.  Bukan kertas koran yang mengganggu saya tapi tipisnya cetakan huruf yang ada di kertas.  Sayang sekali, padahal buku ini pasti dilirik orang melalui tampilan awal.  

Sebenanya saya juga mengharapkan menemukan ilustrasi secantik yang ada di kover. Ternyata buku ini sama sekali tidak ada ilustrasinya. Ya sudah, nikmati saja yang ada di depan serta kover belakang. 

Duh, jadi kangen baca Ensiklopedia Peri yang sedang dipinjam. Lumayan buat referensi he he he

Sumber gambar:
Goodreads