Sabtu, 30 April 2016

Akhirnya ke BBW juga....!

Eitssss!!!
Hanya ada 1 versi Little Women di sini!


Jangan heran, sebagai kolektor Little Women dari Louisa May Alcott tentunya setiap menghadiri acara buku pasti buku itu yang saya cari terlebih dahulu. Maklum, ada keinginan menambah jumlah 218 buku menjadi 220 buku dalam koleksi saya. Tapi apa mau dikata, di sana hanya ada 1 versi dan saya sudah memilikinya.
Ikut kuis sekedar iseng, ternyata berguna


Namun segera rasa sedih saya berganti dengan kepanikan melihat berbagai buku ciamik yang sangat layak berada di rak buku saya. Jika tidak ingat pundi-pundi di kantong pasti saya sudah kalap! Sungguh surga bagi penyuka buku referensi. Tentunya para pembaca buku dalam bahasa Inggris. Daftar yang saya buat segera berubah dalam hitungan menit. Untung buku-buku itu tidak disegel sehingga kita bisa melihat isi guna memastikan jadi tidak membelinya.

Aduh yaaaa, saya sangat cemburu pada satu orang bapak yang mengajak saya ngobrol sambil meminta saran buku mana yang layak beli. Dengan penambilan menggunakan baju batik keren plus penampakan seorang pria yang berada di belakangnya bisa saya pastikan  kartu kredit atau debitnya tak berseri. Bapak itu, dengan "patuhnya" mendengarkan saran saya, jika dirasa pas langsung buku-buku tersebut diambil dan diserahkan pada sang ajudan untuk dimasukan dalam keranjang. Tak butuh lama keranjang sudah beranak hi hi hi. Katanya itu untuk koleksi pribadi. Sungguh bodoh saya tidak minta kartu nama, siapa tahu bisa numpang baca koleksinya, pasti canggih itu ^_^

Bergeser sedikit, bertemu dengan seorang ibu yang sibuk mencarikan buku fantasi untuk anak perempuannya berusia 14 tahun. Dengan 'pasrah" sang ibu mengikuti rekomendasi saya dan Amel Armeliana. Sementara si mbak petugas dengan bersemangat ikut membantu mencarikan buku yang dimaksud. Langsung keranjangnya penuh dengan buku-buku hardcover. Oh ya, si ibu lebih suka membeli versi hard dari pada paperback dengan alasan lebih tahan lama. Aduh ya sungguh bahagia sekali anak itu. Kembali saya melakukan hal bodoh! Lupa minta kontak anaknya untuk diajak joint ke salah satu komunitas. Eh kira-kira ibu itu mau tidak ya mengangkat saya jadi anak wkwkwk. Bahagia pasti si anak mendapat oleh-oleh buku sebanyak itu.
Sebagian buku yang dibeli

Sekedar iseng, saya menuju ke bagian anak. Aduh deh......! Kalap-kalap kalau begini, lucu-lucu dengan harga terjangkau.  Melihat para bapak-ibu muda yang sedang sibuk memilih untuk anaknya bisa saya bayangkan betapa gembiranya anak-anak itu melihat aneka hadiah yang dibawa orang tua mereka.

Oh ya, semula saya memang tertarik ingin hadir ke acara BBW di negara tetangga. Strategi dengan beberapa sahabat sudah diatur. Ternyata malah diadakan di tanah air, untunglah. Saya memang bukan pembaca novel berbahasa asing, tapi saya menyukai referensi. Bagus-bagus pastinya. Untunglah menang kuis hi hi hi.

Tips ke BBW?
Ok, ok sebelum saya melantur karena terlalu bersemangat kita mulai dengan cara menuju lokasi dulu yaa.

Cara menuju ke Acara BBW
Banyak cara menuju BBW. Cara paling gampang memang mempergunakan kendaraan pribadi ke Serpong, lokasinya dekat AEON.  Jika tidak ada kendaraan pribadi, banyak pilihan juga kok.
1. Mempergunakan jasa ojek online
Salah satu mas petugas yang tinggal di Tanah Baru, Depok merekomendasikan ini saat saya sedang menunggu kendaraan menuju stasiun. Menurutnya melalui jalan potong lebih cepat dari pada naik kendaraan roda 4.

2. Mempergunakan jasa kendaraan online.
Untuk yang ini biayanya tentu lebih besar. Tapi sangat direkomedasikan bagi teman-teman yang berpergian bersama dan membawa koper. Iya koper, banyak lho pengunjung yang bawa koper guna memudahkan membawa buku belanjaan.  Sebagai ilustrasi, salah satu teman saya menghabiskan sekitar Rp130.000 dari Kalibata diluar tol ya. Dan harga itu untuk satu kali jalan.

3. Mempergunakan kereta
Cara ini sepertinya yang paling murah meriah, tapi ya agak kurang nyaman bagi yang tidak biasa. Apa lagi jika hari libur, dari pusat perbelanjaan terbesar bakalan padat.
Cuman Rp 30.000 murah khan!
a. Naik kereta ke arah Tanah Abang
Biayanya tergantung dari mana teman-teman naik. Kemarin saya naik dari stasiun UI, ongkos sekitar Rp 5.000
b. Dari stasiun Tanah Abang pindah ke arah Serpong atau Parung Panjang.
Ada pengumuman kok di kereta, harus pindah ke jalur berapa. Kalau tidak yakin silahkan tanya mas petugas. Hati-hati, agak padat di bagian ini.
c. Turun di stasiun Rawa Buntu 
Keluar stasiun ada ojek. Tapi banyak juga kok yang kemarin saya lihat janjian dengan ojek online.
Soal berapa tarif ojek biasa, maaf saya tidak sempat tanya. Kalau ramai-ramai, keluar sedikit jalan keluar area stasiun ada taksi yang manggal. Saat kembali ke stasiun saya mempergunakan jasa taksi online, biaya sekitar Rp 32.000. 
d. Jangan lupa sebut Hall 10 
Berdasarkan pengalaman saat datang ke Pre Sale, karena banyak acara, petugas keamanan jadi bingung acara mana yang dimaksud. Saya dan Amel diarahkan ke Hall 5, padahal acara di Hall 10. Bayangkan betapa sehatnya kami berjalan.

Tips berbelanja bijak di BBW
Baiklah, sebagai sesama penggila buku, sepertinya saya perlu memberikan beberapa tips demi menghindari kebobolan kantong he he he. Memang jika urusan hobi tidak ada yang bisa mengalahkan, tapi akan lebih bermanfaat jika kita bisa mengatur keuangan dengan baik. Siapa tahu ada ajang diskon lagi *eh balik lagi*
1. Persiapan fisik
Ingat ya, lokasi ini luasnya luar biasa. Jadi usahakan mempergunakan pakaian dan sepatu yang teramat sangat nyaman. Gaya boleh, tapi dalam hal ini jangan sampai gaya tapi menyiksa. Saya mempergunakan sepatu santai, teman saya mempergunakan sepatu olah raga, yang lain mempergunakan sandal jepit.

Jangan lupa makan dan minum secukupnya. Di sana agak susah mencari makan dan minum. Untungnya saya membawa air kemasan dalam segel kemarin. Di pintu keluar memang ada penjual tapi kebayang khan berapa banyak yang bisa dilayani.

2. Buat daftar buku yang akan dibeli
Memang sampai lokasi daftar sudah berubah (itu aku banget), tapi setidaknya kita bisa lebih menahan supaya tidak kalap. Jika perlu lakukan pencarian dulu agar tahu berapa harga asli buku yang akan kita beli. Sehingga saat melihat harga diskon bisa mempertimbangkan jadi beli atau tidak.

4. Pilih dengan bijak buku yang akan dibeli
Sebenarnya tidak ada larangan membeli buku sebanyak-banyaknya. Pilih dengan bijak adalah memastikan buku itu memang kita butuhkan.

Biasanya karena terlalu bersemangat, kita sering main comot buku.  Apa lagi jika harganya murah. Tapi coba hitung jika satu buku harganya Rp 80.000 bagaimana yang dicomot ada 10 buku? Nah baru terasa khan.

Setelah  diseleksi ulang ada beberapa buku yang tidak jadi kita beli. Mohon jangan meletakkan sembarangan ya, kasihaniah petugas yang harus merapikan. Serahkan kepada petugas yang membawa keranjang. Mereka bertugas mengembalikan buku-buku ke meja yang seharusnya.

Cuman Rp 10.000 buku ini
Kasihanilah juga  sesama penggila buku yang batal membeli karena buku yang hanya sedikit itu diletakkan sembarangan sehingga tidak bisa ditemukan. Jadi batal deh membeli.
 
Jadi pingin usul, seandainya ada tempat khusus untuk menyeleksi belanjaan, lalu buku yang tidak jadi dibeli diletakkan di sana, tentunya akan memudahkan petugas mengembalikan buku ketempat awal. Juga efisiensi waktu dan tenaga bisa sekalian jalan.
 
Buat teman-teman yang baru mau ke sana, sekedar berbagi strategi, kemarin saya melipir ke posisi pinggir dulu. Baru nengok ke bagian yang memang saya incar. Setelah semua incaran diperoleh baru saya mampir ke tumpukan yang lain. 

Yakin sudah selesai berbelanja? Jika sudah segera menuju kasir. Jika belum tuntaskan dahulu melihat-lihat. Ada juga lho buku-buku lucu  di dekat kasir. Jangan sampai sudah depan kasir masih sibuk memilih. Kasihan yang mengantri.

5. Jangan ragu untuk bertanya pada para petugas
Kemarin saya sempat bingung pada pengaturan buku. Buku yang saya incar menurut web ada dilokasi non fiksi, di lokasi tempatnya berbeda. Setelah saya cermati, ternyata buku yang saya inginkan berada di dua meja yang berdekatan namun sedikit tersembunyi. 

Beberapa bagian ditaruh berdasarkan nama pengarang bukan genre.  Bikin bingung khan ^_^. Akan lebih baik jika kita siap dengan contoh kover.

Jangan malu-malu bertanya hal lain seputar buku. Misalnya bolehkan menitip tas/koper? Kemarin saya agak bingung, satu mbak mengusulkan menitip sementara mbak yang lain menyebutkan maaf tidak bisa menitip. It's ok juga tas saya tidak besar kok wkwkwk. 

Beberapa petugas terlihat memang sangat tahu buku sehingga bisa membantu dengan cepat. Ada beberapa yang kurang paham, tapi mereka segera mengeluarkan senjata andalan alias hp hi hi hi atau bertanya pada teman yang dianggap lebih tahu. Saking semangat membantu, saat saya berhenti sejenak disuatu tumpukan langsung disapa dan ditanya apa yang bisa dibantu. Jadi sungkan ah, langsung ngacir.

Oh ya tolong diingat beberapa jangan berikut,
1. Jangan mencari buku baru ya, buku-buku di sana terbitan tahun lewat. Meski ada juga yang tahun 2015.
2. Jangan lupa bawa powerbank. Maklum saking sibuk share foto jangan lupa deh sama tuh hp. Padahal alat ini berfungsi untuk mengecek buku di dunia maya. beberapa buku berseri tertumpuk terpisah sehingga kita harus memastikan buku itu terdiri dari berapa seri.
4. Jangan lupa membawa bekal. Entah ada larangan tidak untuk minum di dalam mengingat banyak buku. Tapi kemarin saya sempat melihat banyak yang dengan santai minum. Mereka tentunya sudah tahu supaya jangan sampai minuman mengenai buku. Seandainya tidak boleh dibawa masuk, bisa diminum saat keluar. Butuh banyak energi lho mengitari area itu.
5. Jangan sampai kehilangan rekan seperjuangan mencari buku saking semangatnya. Saya kemarin membuat perjanjian jika hp low, maka jam sekian kita akan ketemu di rak Fantasy. Jika belum puas silakan berpencar lagi, nanti jam sekian ketemu lagi.
6. Jangan mencari novel bahasa Indonesia kecuali dari penerbit Mizan yang ikut mewakili penerbit tanah air. 
7. Jangan lupa membawa tas belanja meski disediakan kantong dan dus. Katanya mau diet plastik hi hi hi. 

Seandainya saja pihak BBW juga menyediakan satu hari bagi perpusatakaan sekolah untuk bisa mengembangkan koleksi dengan melakukan pembelian awal, tentunya akan sangat membantu

Baiklah, saya mau melipir ke lokasi lagi.
Infonya hari ini ada buku-buku baru digelar. 
Jangan sampai kehabisan buku ciamik.
Sampai ketemu di lokasi ^_^.



Minggu, 24 April 2016

2016 #45: Kisah Lelaki Yang Bangkit Dari Kematian

 Judul asli: The Revenant
Penulis; Michael Punke
Penerjemah: Reni Indardini & Putro Nugroho
Penyunting: Yuke
Penata letak: CDDC
ISBN: 9786023850877
Halaman: 385
Cetakan: Pertama-2016
Penerbit: Noura Books
Harga: Rp 69.000
Rating: 4/5

Rekan seperjalanku
Aku akan senang hati mati di kano 
Di samping lembah di makamku
Tolong balikkan kano itu

Sakit hati dan dendam bisa menjadi menjadi kekuatan untuk melakukan banyak hal. 

Salah satu novel yang pernah saya baca mengisahkan bagaimana perihnya hati seorang wanita dimadu. Sakit hati itu  ia alihkan menjadi tenaga sehingga mampu bekerja keras dan menjadi sukses dalam usaha. Bahkan ia sanggup membantu usaha suami saat goyah.

Tokoh kita,  Hugh Glass begitu sakit hati saat ia dirampok ketika terluka. Setelah memenangkan pertarungan dengan seekor beruang  grizzly, Glass mendapati dirinya terluka parah. Agar tidak menghambat perjalanan, ia ditinggal hingga kondisinya pulih dan mampu menyusul rombongan. Sang kapten meninggalkannya dengan ditemani 2 orang anggota tim, John Fitzgerald dan Jim Bridger.

Alih-alih merawat Glass, mereka justru mengambil senapan, pisau batu api dan geretan dan meninggal Glass seorang diri. Saat bertemu kembali dengan rombongan, mereka mengaku sudah menguburkan Glass. Ketidakmampuan melawan luka mereka jadikan alasan kematian Glass.

Rasa sakit hati membuat Glass mampu bertahan hidup melawan rasa sakit, udara dingin bahkan menghadapi suku Indian demi mencari dan membalas sakit hati pada dua sosok yang meninggalkanya sendiri.

Buku yang terbagi menjadi dua bagian ini mengambil lokasi di daratan Amerika sekitar abad ke-19. Saat itu bisnis bulu binatang sedang menjadi bintang. Dengan masih melimpahnya hewan liar dengan bulu menawan tentunya bisnis menjadi menggiurkan meski bahaya yang harus dihadapi juga bukan main-main.

Bagi saya, bagian pertama mengisahkan bagaimana Glass bertahan hidup di alam liar demi bisa menemukan dua orang yang meninggalkannya. Kisahnya hanya seputar Glass dan alam bebas. Sementara bagian yang lain mengisahkan bagaimana Glass bertarung dengan akal sehat ketika berhasil menemukan para pengkhianat. Bagian kedua melibatkan banyak manusia lain.

Pada bagian awal, kisahnya berjalan agak lambat bahkan cenderung membosankan. Meski kita sudah mulai dibertemu dengan upaya Glass bertahan hidup, misalnya dengan mengisap sum sum dari bangkai hewan yang ia temukan. Tapi pembaca belum bisa menebak arah cerita hendak dibawa kemana.

Makin lama, kisahnya makin seru dan mendebarkan. Bagi mereka yang tidak menyukai cara bercerita lambat, dimohon kesabarannya sebelum memutuskan untuk tidak meneruskan membaca, karena keseruan baru muncul belakangan.

Penulis cukup mampu membuat pembaca merinding saat membaca bagaimana upaya Glass bertahan hidup. Gambaran yang diuraikan seakan-akan terlihat di depan mata. Begitu detail. Adegan Glass memakan daging mentah binatang buruannya membuat saya mual sesaat. Jika pilihannya hidup atau kenikmatan, tentunya segala hal yang mampu membuat seseorang hidup harus dilakukan. 

Bagi teman-teman yang pernah mendapat pendidikan hidup di alam bebas, mereka bisa belajar dari Glass. Ada beberapa hal yang mungkin tidak ada dalam teori dan baru bisa ditemui dalam praktek sebenarnya dialam terbuka.  
Sebenarnya novel ini tidak saja soal pembalasan dendam Glass, tapi ada juga mengenai bagaimana rasa percaya pada musuh, keserkahan, kemampuan bertahan hidup di alam. Serta, bagaimana berkompromi dengan nasib dan memaafkan merupakan hal yang luar biasa. 

Glass ternyata tidak hanya harus mampu berkompromi dengan alam liar agar bisa hidup tapi juga dengan hati nurani dan hukum saat ia menemukan dua sosok yang meninggalkannya sendiri. Akhir yang mengisahkan pada akhirnya Glass mampu tidur nyenyak justru membuat saya menasaran. Jadi bagaimana nasib kedua orang yang ia buru?

Kita akan banyak belajar mengenai makna kehidupan dari sosok Glass. Musuh terbesar ternyata ada dalam diri kita sendiri dan kita harus mampu menaklukan rasa ego, amarah dan dendam untuk bisa menjadi 

Sempat saya merasa penasaran dengan kata mokasin. Setelah bertanya pada teman di dunia maya, saya memperoleh keterangan bahwa mokasin adalah jenis sepatu tradisional yang terbuat dari kulit tebal atau kain halus,  asalnya  dari Amerika. Cocok memang dipergunakan untuk misi yang diembang Glass dan teman-teman. Mungkin hanya saya yang kurang paham mode hingga merasa heran he he he. Penerjemah mungkin merasa semua pembaca pasti sudah mengetahui maksudnya hingga tak perlu membuat catatan kaki lagi. 

Untuk kover, dengan kover biru buku ini akan mampu membuat mata saya melirik. Tapi andai kata tidak ada stiker warna merah yang sangat kontras dengan warna kover, dimana disana disebutkan mengenai film yang terinspirasi dari novel ini, mungkin saya tidak tertarik untuk membelinya. Kesannya terlalu biasa. 
Sebagai tukang komen kisah, terus terang saya tidak tahu bagaimana harus mengungkapkan kata-kata. Kesan yang ditinggalkan buku ini begitu kuat dan setiap bagian layak untuk dibagikan. Kalau sudah begitu, saya hanya bisa mengatakan silahkan baca dan rasakan sendiri sensasi mengikuti tiap langkah Glass. 



The Revenant memenangkan Golden Globe Award 2016 for Best Motion Picture-Drama, Best Actor dan Best Director. Sementara untuk Oscar mendapat 12 nominasi dan memenangkan Best Director, Best Actor, serta Best Cinematography.  Dalam Bafta mendapat Best Actor, Best Leading Actor, Best Sound, serta Best Film. 
Saya belum sempat menonton film yang membuat Leornado DiCaprio memperoleh Oscar. Tapi menurut beberapa sahabat, aktingnya luar biasa. Bahkan saat harus memperagakan adegan memakan daging mentah padahal ia seorang vegetarian. Sebuah totalitas yang layak diganjar hadiah. Saya bisa membayangkan bagaimana bersemangatnya Glass mengungah daging demi hidup bukan demi kenikmatan.

Jadi teringat salah satu bait lagu yang dinyanyikan dalam buku ini,

Gerobak adalah kesayangan si pemacul, 
Pemburu menyayangi senjatanya, anjingnya; 
Musisi adalah pencinta musik;
 Bagiku, kanoku tambahan hatiku! 



Sumber gambar:
Wikipedia 
Goodreads







Sabtu, 23 April 2016

2016 #42-44 : Buku Tentang Kartini


Dari mana aku mendapat pelipur lara penguatkan hati? Ialah dengan sedikit-dikitnya memikirkan kepada diriku sendiri, dan sebanjak-banjaknya dan terutama sekali kepada orang lain.
(Dikutip dari surat R.A Kartini jang tiada diumumkan~ Habis Gelap Terbitlah Terang, P.N Balai Pustaka tahun1963, hal 131)

Setiap tanggal 21 April, bangsa kita memperingati sebagai Hari Kartini. Anak-anak sekolah berangkat dengan bersemangat mempergunakan pakaian adat. Beberapa merupakan sewaan lengkap dengan dandanan dari salon setempat. Mumpung sudah dandan manis, para orang tua menggandeng anak ke studio foto setempat. satu-dua kali jepretan guna mengenang hari itu.  Jika beruntung, mereka bisa pulang dengan membawa piala dari lomba dalam rangka Hari Kartini. Ada lomba peragaan busana, menyanyi dan lainnya. Meriah!

Tak mau ketinggalan dengan anak-anak, para orang dewasa juga merayakan Hari Kartini dengan cara yang tak kalah seru. Mulai dengan mempergunakan pakaian adat ke kantor hingga ajang foto narsis di kantor. Seru juga! 

Kantor saya memajang aneka buku dan karya ilmiah terkait peringatan Hari Kartini. Lumayan juga ternyata koleksi perpustakaan. Ada yang berupa buku cetak dari berbagai pengarang dan penerbit, ada juga berupa karya ilmiah.

Saya sendiri memaknai dengan membaca beberapa buku yang memuat tentang Kartini. Sebenarnya ada empat buah koleksi saya mengenai kartini. Namun salah satu buku berbahasa Belanda, bahasa yang tidak saya mengerti ^_^.  Cukup  buat dilihat saja he he he

Buku pertama yang saya baca adalah Habis Gelap Terbitlah Terang terbitan P.N Balai Pustaka tahun 1963 terjemahan Armijn Pane.  Buku ini saya temukan secara tidak sengaja di lapak buku bekas. Untuk membawa pulang juga tidak perlu biaya mahal. padahal makna sejarahnya lumayan juga.  

Oh ya, alasan pertama membawa buku ini selain memang saya belum punya buku dengan judul ini, adalah soal kovernya yang agak berbeda dengan kover buku tentang Kartini yang selama ini saya temui. Dengan posisi tangan seakan menopong dahu, posisi yang sering dilakukan saat seseorang berpikir, membuat buku ini menjadi berbeda. Ditambah warna biru yang menjadi latar. Saya menangkap kesan bahwa ini adalah buku tentang pemikiran hebat seorang wanita.
 
Secara garis besar, buku ini terbagi menjadi tiga bagian Dirudung tjita-tjita, dihambat sayang; Batu alangan hampir terguling banjak berubah dalam rohani; Batu besar penghalang djalan telah terguling, kami telah berubah didjiwa kami; Lama dirindukan dapat dilepaskan; Disamping laki-laki, disitu makbul tjita-tjita.  Tiap bagian terdiri dari beberapa bagian yang berisikan surat-surat Kartini.

Membaca buku ini butuh perjuangan lebih. Selain harus menahan debu mengingat usia buku, saya harus berusaha menahan emosi saat membaca terjemahan yang ada. Bukan, bukan terjamahan yang kurang enak dibaca tapi emosi yang terkandung dalam surat-surat tersebut sungguh luar biasa. Seakan tak percaya pemikiran seperti itu berasal dari seorang wanita belia. Penulisan dengan gaya bahasa serta ejaan lama sama sekali tidak mempengaruhi kenikmatan saya membaca. 

Terdapat juga penjelasan mengenai mengapa buku ini tidak setebal cetakan terdahulu. Sungguh niat yang mulia. Tapi hendaknja djanganlah setebal dahulu supaya djangan terlalu mahal. Djika mahal belinja tiadalah atau susahlah tjita-tjita R.A Kartini itu tersiar banjak-banjak (kata Pendahuluan). 

Selanjutnya buku kedua yang saya baca adalah  "Kartini Tiga Saudara"  merupakan buah karya ibu Kardinah Rekso Negoro, adik kandung Kartini. Terbitan PD Pura Kencana, Jakarta.  Buku setebal 46 halaman ini terdiri dari tiga bagian. Isinya lebih bersifat personal dibandingkan buku pertama.  Bagian dalam buku ini memuat kisah tentang masing-maing diri dari tiga serangkai yaitu Kartini,  Roekmini serta Kardinah tentunya. Baik mengenai buah pikiran, kerja keras serta kebiasaan saat kecil.

Hal tersebut sesuai dengan ungkapan penulis di halaman 16. Ibu Kardinah sama sekali tidak akan mengulangi apa yang telah disebut-sebut dalam buku-buku berbahas Belanda, seperti Door duistermis tot licht atau Meer licht Kartini. Juga  bukan apa yang ditulis dalam surat-surat pendek yang disebarkan dimana-mana pada perayaan Hari Kartini. Yang disampaikan dalam buku ini adalah apa yang penulis alami sendiri dan pengalaman-pengalaman selama masih bersatu dalam Tiga Saudara. Teman sejati sejak kecil hingga dewasa. Bersama-sama memperjuangkan cita-cita dan apa yang menggugah hati mereka masing-masing, yaitu tidak lain daripada ikut membantu mengembangkan pengetahuan semua saudara-saudara, besar, kecil, yang masih tertindas dan terbelakang.

Buku ini juga mengisahkan tentang kakak Kartini, Kartono yang bisa disebut sebagai cendikiawan dengan segudang prestasi. Bisa dianggap bahwa beliaulah yang membantu Kartini hingga memiliki pemikiran yang luar biasa. Seorang kakak, teman diskusi serta sahabat.Terlihat sekali bagaimana Kartini begitu mengagumi kakaknya.

Jika selama ini kita hanya mengetahui tentang perjuangan Kartini, maka dalam buku ini kita juga akan menemukan bahwa kedua saudari Kartini tak kalah bersemangatnya memperjuangkan pendidikan bagi bangsa kita. Roekmini misalnya, semula hanya diberi izin mengajar H.I.S  kelas1-3, namun dengan perjuangan yang keras, akhirnya beliau  memperoleh semacam ijazah akta pembantu guru dalam bahasa Belanda. Untuk itu ia bisa mengajar dari kelas III sampai kelas IV.

Kardinah sendiri sudah merampungkan beberapa buku tentang batik dan resep masakan.  Kardinah juga mengumpulkan tukang-tukang pandai perak dan pandai emas di Tegal. Beliau sangat berperan dalam membantu kemajuan perak dan emas di sana. Selain itu beliau juga tetap memperhatikan perihal pendidikan. Hal tersebut dibuktikan dengan membuka sekolah Wisma Pranawa dimana Dewi Sartika juga pernah belajar di sana sebelum akhirnya juga mengembangkan semangat belajar di Jawa Barat.

Menariknya, buku ini semula dibuat dalam bahasa Jawa dan Belanda sebelum akhirnya dialih bahasakan menjadi bahasa Indonesia. saya juga sempat menemukan sebuah kalimat yang menggoda rasa ingin tahu saya, " Dengan ini Ibu Kardinah dan segenap kerabat menyangkal pula, apa yang pernah ditulis Sdr. Pramudya Ananta Toer dalam bukunya." Kalimat yang tercetak di halaman 4 tersebut membuat saya jadi ingin membaca buku karangan Pram yang mengisahkan tentang Kartini.

Hampir lupa, ada juga uraian singkat mengenai sosok anak tunggal berikut cucu dan cicit Kartini. Meski hanya sekilas, kita tetap bisa mengetahui bahwa semangat penididkan juga diwariskan oleh Kartini pada anak keturunan beliau. 

Terakhir, saya membaca buku dengan judul  The Chronicle of Kartini karangan Wiwid Prasetyo setebal 414 halaman terbitan LAKSANA.  Buku yang terbit pada tahun 2010 ini bisa dikatakan merupakan biografi Kartini yang disampaikan ala novel.

Jelas sekali isi buku ini berbeda dengan dua buku sebelumnya. Dalam buku ini, sosok Kartini jauh dari kesan anggun. Justru yang ditampilkan adalah gadis dengan jiwa pemberontak dan kelas kepala.  Diuraikan bagaimana Kartini berontak akan banyak hal. Mulai dari keputusan ayahnya untuk menikahkan sang adik, menolak keinginannya untuk bersekolah ke Belanda. Baginya sekolah untuk mengubah nasib bangsa agar tidak tertindas dan punya harga diri. Termasuk betapa kesal dan marahnya Kartini karena tidak mendapat nilai sempurna saat ujian padahal jawabannya betul semua. Menurutnya hal  itu karena ia berkulit coklat bukan putih.

Sang ibu kandung yang bukan keturunan bangsawan juga digambarkan sangat menderita dengan sikap istri baru ayahnya yang keturunan bangsawan. Bagian yang mengisahkan bagaimana sang ibu tiri meracuni pikiran kakak Kartini untuk membenci dan memandang rendah ibu kandungnya membuat saya terenyuh.

Sungguh berbeda dengan film Kartini dengan peran utama Yenny Rachman. Dalam film itu, meski harus bersikap hormat pada anak-anaknya, namun sang ibu tetap diakui kedudukannya sebagai ibu. Malah tak ada sikap bermusuhan dari ibu tirinya.

Bacaan Kartini yang beragam membuatnya menjadi kaya akan pengetahuan juga derita bangsa. Salah satunya melalui buku Max Havelaar. Melalui buku itu Kartini bisa mengetahui penderitaan rakyat akibat penjajah. Sang ayah memberikan hadiah buku sebagai pengganti pelajaran di sekolah. Dengan adanya buku dharapkan pengetahuan Kartini akan bertambah, karena buku adalah jendela dunia.

Dalam 43 bab, berbagai pemikiran Kartini juga diuraikan oleh penulis. Sayangnya tidak ada sumber informasi mengenai apa yang diuraikan oleh penulis. Benarkah sahabat pena Kartini, Sella  yang berhaluan kiri memanfaatkan Kartini guna menyerang pemerintah Belanda? Kartini yang dianggap hanya keluaran sekolah rendah pandai menulis dengan bahasa belanda dan menyuarakan ketertindasannya dianggap sebagai senjata baru untuk menikan ulu hati pemerintah Belanda. Apa lagi jika Kartini bisa pergi ke Belanda dan bersekolah di sana. Agak seperti membaca kisah konspirasi rasanya.

Pada halaman 412, saya menemukan kata Mama Ngasirah. Agak aneh juga karena selama ini penulis mempergunakan kata mama hanya untuk menyebut Mama Muryam, ibu tiri Kartini. Mungkinkah ada kesalahan penyebutan akibat emosi yang terbawa terkait akhir kisah yang mengharukan. Yang pasti, buku ini mengambarkan dan mengisahkan tentang Kartini dengan cara yang berbeda dengan gambaran mengena Kartini yang ada dalam benak saya. 

Terlepas dari bagaimana isi buku-buku yang saya baca, semuanya memiliki benang merah bahwa pendidikan sangat penting guna memajukan diri yang akan berdampak pada kemajuan bangsa. Pendidikan perlu tanpa memandang jenis kelamin.

Mari meresapi makna yang terkandung dalam lagu berikut.



Selasa, 19 April 2016

2016 #41: Kitab Petuah Warisan Leluhur Jawa

Penulis: R. Handoyo Suprapto
Editor: Dyas
Pemeriksa aksara: Pratiwi
Tata sampul: Ferdika
Tata isi: Ika Setiyani
Pracetak: Wardi
ISBN: 9786022961734
Halaman: 176
Cetakan: Pertama-2015
Penerbit: LAKSANA
Harga: Rp 30.000
Rating: 3.5/5

Ing Ngarsa Sung Tuladha, ing Madya Mangun Kaarsa, Tut Wuri Handayani

Bisa dikatakan, nyaris seluruh bangsa kita pernah mendengar atau membaca kalimat tersebut. Minimal yang  pernah makan sekolahan akan sering membaca kalimat Tut Wuri Handayani. Kalimat tersebut tercetak sebagai bagian dari logo Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)

Pernah mendengar kalimat Witing Tresna Jalaran Saka Kulina juga? Kalimat yang terkait urusan hati ini juga merupakan petuah yang bermakna agar berhati-hati dalam berhubungan dengan orang lain.

Secara garis besar, buku ini memuat informasi tentang nilai-nilai kearifan masyarakat jawa melalui ungkapan-ungkapan bahasanya. Petuah salah satu wujudnya. Petuah-petuah diciptakan oleh para leluhur Jawa guna menjadi semacam pedoman dalam membentuk kepribadian. 

Ada dua bagian besar dalam buku ini. Bagian pertama memuat tentang Kitab-kitab dan Falsafah Hidup Orang Jawa. Isinya mengenai beberapa kitab-kitab petuah serta mengenai Orang Jawa dan falsafah hidupnya. Ada delapan kitab yang disebutkan dalam buku ini antara lain Serat Centhini, Serat Pepali, serta Serat Nitisruti.

Bagian mengenai Orang Jawa dan Falsafah Hidupnya berisi mengenai bagaimana orang Jawa menjalani kehidupannya. Secara garis besar ada tiga landasan utama dalam falsafah kehidupan orang Jawa. Falsafah yang berlandasakan pada kesadaran akan ketuhanan, kesadaran kealamsemestaan, serta kesadaran manusia. 

Salah satu falsafah kehidupan yang sering diuraikan adalah mengenai lima hal yang perlu dicermati dalam kehidupan seseorang, yaitu kukilo (burung), wanito (perempuan), curigo (wapada), turonggo (kuda) serta wismo (rumah). Hingga saat ini, falsafah tersebut masih dianggap relevan dalam kehidupan sehari-hari. Uraian lebih lengkap ada di halaman22-24.

Meski buku ini sangat berguna bagi mereka yang ingin mengetahui mengenai petuah warisan leluluhur Jawa, namun ternyata agak susah juga untuk mencari petuah yang dirasakan pas untuk suatu kondisi. Apalagi bagi mereka yang tidak memahami bahasa Jawa. 

Hal ini dikarenakan petuah yang ada disusun berdasarkan abjad, mulai dari huruf A hingga huruf Y. Akan lebih memudahkan jika petuah disusun bedasarkan topik/tema, baru disusun berdasarkan abjad. Bagian pertama memuat petuah tentang menimba ilmu misalnya, lalu disusun berdasarkan huruf awal tiap kalimat.


Untuk urusan tata isi, terlihat tidak konsisten dalam hal menguraikan sebuah petuah. Beberapa petuah dicetak ulang baru baru diberikan arti serta penjelasan maknya. Contohnya yang ada di halaman 93 petuah nomor 7, halaman 54 petuah nomor 1, halaman 142 petuah nomor 2 dan sebagainya. Sementara itu, ada bagian yang langsung menyebutkan arti dan penjelasannya. Misalnya pada  halaman 97 petuah nomor 15, halaman 169 petuah nomor 11.

Pada salah satu bagian, penulis menyebutkan tentang kitab Primbon Jawa seri Batal Jemur yang terdiri dari sembilan jilid. Kitab tersebut bisa dikatakan sebagai masterpiece orang Jawa. Termuat di dalamnya mengenai sifat-sifat perempuan berdasarkan ciri fisik dan tanggal kelahiran. Hingga saat ini sebagian masyarakat Jawa masih mempergunakannya sebagai rujukan dalam hal pernikahan. Ada baiknya juga jika kitab tersebut diuraikan lebih dalam seperti juga kedelapan kitab yang lain mengingat pemanfaatannya yang cukup tinggi.

Dibandingkan dengan harga jual yang relatif terjangkau, buku ini bisa dianggap merupakan investasi yang istimewa. Dengan membaca, atau membaca ulang seseorang bisa memperoleh pencerahan jiwa. Memiliki versi cetak tentunya lebih bisa memberikan manfaat lebih lama dari pada hanya mengandalkan ingatan dari petuah para sesepuh. Layak dibaca dan dikoleksi oleh kaum muda.

Hadiah dari Dion Yulianto ini membuat saya menunda menuntaskan  buku yang sedang dibaca. Plus menyelip  daftar tunggu buku yang akan dibaca. Sesekali menjadi tidak teratur ^_^ tak mengapa bagi saya. Apalagi jika dibandingkan dari manfaat yang diperoleh.  Membaca buku ini membuat saya seakan mendapat banyak petuah yang  menyemangati hidup. Suwun Dion ^_^ jitaq mesra.

Secara iseng, saya ambil buku ini dan membuka sembarang halaman. Anggap saja sebagai bahan renungan hari ini. Petuah yang saya baca ada di halaman 64, petuah nomor 5.

Gusti Iku Sambaten Naliko Sira Lagi Nandhang Kasangsaran, Pujinen Yen Sira Lagi Nampa Kanugrahaning Gusti

Artinya, mohonlah kepada Tuhan jika engkau menderita, dan bersyukurlah jika engkau diberi anugerah-NYA.


Hem.........