Sabtu, 20 Agustus 2016

2016 #85: Dilarang Mencintai Bunga-bunga (katanya)




























Penulis: Kuntowijoyo
Penyelaras aksara: Nunung Wiyati
Penata aksara: Axin
Perancang sampul: Fahmi Ilmansyah
ISBN: 9786023850242
Halaman: 292
Penerbit: Noura Books
Harga: Rp 59.000
Rating:3/5

 Ana kidung, rumeksa ing wengi, Teguh ayu lupura ing lara, Luputa bilahi kabeh. Jin setan datan purun. Peneluhan tan ana wani. Miwah panggawe ala, Gunaning wong luput, Geni atemahan tirta, Maling arda tan aa ngarah ing mami, Tuju duduk pan sirna

Salah seorang rekan di kantor saya sangat menyukai bunga. Di mana saja ia berada, jika melihat ada bunga pasti langsung mengeluarkan telepon genggam (atau kamera saku) dan mulai memotret. Tak jarang ia meminta orang lain untuk memotretnya diantara bunga-bunga. Nyai Kembang,  begitu ia dipanggil karena kegemarannya itu.


Sungguh berbeda dengan sosok ayah dari tokoh aku yang ada dalam kisah Dilarang Mencintai Bunga-Bunga, kisah yang dijadikan judul untuk kumpulan cerpen ini. Bagi sang ayah, anak laki-laki tidak boleh terlalu bersih, tangan terlalu halus. Wajah  dan badan kotor lebih baik, begitu juga tangan yang kasar. Karena tangan untuk bekerja.

Sementara aku, tokoh dalam kisah ini menyukai kebersihan, dan bunga. Setelah berkenalan dan bersahabat dengan kakek yang tinggal sendiri di samping rumahnya, ia menemukan kedamaian dalam bunga. Ada perasaan nyaman dan tenteram ketika melihat bunga bermekaran dan mengisap harumnya.

Pada akhirnya, memang dibutuhkan kompromi si aku untuk mendapatkan apa yang ia mau, membuat ayahnya tertawa bahagia dan ibunya merasa senang.  Begitulah hidup, banyak kompromi yang harus dibuat untuk mencapai keinginan dan ketenangan.

Kisah Segenggam tanah Kuburan memberikan pesan moral yang paling menarik bagi saya. Kisahnya tentang seorang maling yang mencuri dengan bermodal segenggam tanah kuburan untuk membuat tidur  seluruh penghuni rumah yang akan dimasukinya. Semacam ilmu siret begitulah kalau kata orang kampung.

"Kepada yang menjaga kubur di utara, kepada yang menjaga kubur di timur, kepada yang menjaga kubur di selatan, kepada yang menjaga kubur di barat, kepada yang menjaga kubur di tengah-tengah. Segenggam tanah kubur, segenggam yang menikam-nikam mata, segenggam yang memejam-mejam mata, segenggam yang menidurkan, segenggam yang membungkam, segenggam yang membuat dunia terbenam,"begitu dia merapal kalimat saat mengambil tanah untuk menjalankan aksinya.

Suatu malam, ada yang berbeda dari kebiasaannya selama ini. Alih-alih menjalankan aksinya, pencuri itu malah menghampiri sebuah gubuk karena tertarik mendengar tembang dandanggula yang berasal dari gubuk itu. Seekor anjing yang menemaninya juga merasa gelisah karenanya. Sepanjang malam ia berusaha untuk menidurkan orang yang melantunkannya. Hingga tanpa sadar fajar tiba dan gagalnya niatnya untuk mencuri di rumah juragan sapi. Sebagai pelampisan rasa kesal, dilemparnya sebongkah batu ke arah atap rumah itu.

Pesan moral kisah ini, bagaimana juga kebathilan akan kalah. Bagian yang mengisahkan bagaimana pencuri mengeluarkan semua ilmu yang ia peroleh guna menidurkan pria yang melantunkan tembang, menunjukkan adu kekuatan antara kebaikan dan kejahatan. 


Meski jahat, ternyata si pencuri memiliki kode etik yang ia patuhi. Misalnya saat mencuri dilarang memperkosa, jika ingin ditemani seorang wanita maka bukan  pencuri sambil memperkosa caranya. Ada waktu untuk bersenang-senang, namun ada saatnya bekerja. Jika dilanggar maka akan mendapat susah. "Ada hari baik untuk mencuri, ada hari bernafsu mengunjungi perempuan." 


Secara keseluruhan ada sepuluh kisah dalam buku ini. Dengan caranya sendiri, penulis membuat kejadian yang ada di sekitar kita sebagai sebuah kisah yang menarik. Mungkin kita pernah berada dalam situasi yang mirip, bahkan mungkin sama.  Contohnya kisah Samurai.


Sebuah kalimat dalam kisah ini mungkin menjadi gambaran apa yang pernah saya atau orang lain lakukan dengan atau tanpa sadar, "Rasanya sepi tanpa membawa apa-apa di tangan. Tidak ada salahnya aku membawanya pulang. Pegawai administrasi bisa membawa pinsil atau map ke rumah. Pegawai bagian langsir membawa pulang trompet, sangat logis, bukan?" Paham yang saya maksud?

Saya teringat pada sebuah film zaman dulu. Cerita sedang terjadi efisiensi ATK pada sebuah perusahaan. Mereka yang kedapatan membawa pulang ATK harus membayar dengan memotong gaji atau mengembalikannya. Salah seorang yang dituduh, menyatakan bahwa ia melakukannya secara refleks, dan hal juga dilakukan oleh pegawai yang lain. Sehingga apa yang ia lakukan bisa dikategorikan hal yang wajar. Untuk membuktikannya ia mengambil foto salah seorang penyidik yang sedang menulis dengan pinsil dengan logo perusahaan di rumah. Hal ini untuk membuktikan bahwa yang ia lakukan juga dilakukan oleh orang lain. Walau akhirnya ia tetap dinyatakan bersalah, demikian juga dengan si penyelidik tapi hal ini menunjukan bahwa bersikap jujur adalah hal yang sulit. Apa yang mereka lakukan bisa dianggap sebagai korupsi juga.

Penggunaan kata yang kemudia menjadi serangkaian kalimat yang mudah dipahami, membuat pembaca dari segala usia bisa ikut menikmati  kisah yang ada dalam buku ini. Hanya saja kemungkinan kesan dan makna yang mereka peroleh tidak sama tergantung pada persepsi masing-masing pembaca.

Bisa disimpulkan bahwa tokoh dalam buku ini semuanya adalah pria. Selain kisah  Dilarang Mencintai Bunga-Bunga, kisah Gerobak  itu Berhenti di Muka Rumah, Ikan-ikan dalam Sendang, serta Burung Kecil bersarang di Pohon juga mengambil sosok kakek sebagai bagian dari kisah. Sementara kisah lainnya mengambil sosok anak remaja dan pria dewasa. Untuk istri dan ibu bertindak sebagai pendamping tokoh utama dalam kisah. Penasaran juga kenapa hal ini terjadi.

Ada beberapa halaman yang cetakannya tidak rata. Maksud saya ketebalan tintanya berbeda. Tidak terlalu banyak memang, hanya sedikit mengganggu mata saja. Letaknya ada di 216, 217, 220, 221 dan beberapa halaman lagi. Bisa diselesaikan saat buku ini cetak ulang pastinya.

Sebagai pembuka, pembaca juga akan menemukan Kata Pengantar  yang ditulis oleh Bernard Batubara yang profilnya bisa dilihat di sini. Sayangnya pihak penerbit kurang memberikan informasi siapakah sosok yang membuat kata pengantar tersebut. Bukan tidak mungkin masih ada orang yang belum pernah mendengar nama atau membaca karyanya. 

http://kebudayaanindonesia.net
Prof. Dr. Kuntowijoyo  lahir di Sanden, Bantul, Yogyakarta, 18 September 1943. Lulusan sarjana Sejarah dari Universitas Gadjah Mada,  Gelar MA American History diperoleh dari Universitas Connecticut, Amerika Serikat pada tahun 1974, dan Ph.D Ilmu Sejarah dari Universitas Columbia pada tahun 1980  dengan disertasi Social in An Agrarian Society: Madura 1850-1940. Terakhir menjadi Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya. 

Karya dalam bidang sastranya  antara lain Kereta yang Berangkat Pagi Hari novel (1966).  Rumput Danau Bento drama (1969) mendapat Hadiah Harapan Sayembara Penulisan Lakon Badan Pembina Teater Nasional Indonesia tahun 1976,  Tidak Ada Waktu Bagi Nyonya Fatma drama (1972), Barda dan Cartas drama (1972). Topeng Kayu drama (1973), Khotbah di Atas Bukit novel (1976), Impian Amerika novel (1998), Hampir Sebuah Subversi kumpulan cerpen (1999).

Beberapa penghargaan yang pernah diterimanya antara lain Penulisan Lakon Dewan Kesenian Jakarta 1972 dan 1973, Sayembara Mengarang Roman Panitian Tahun Buku Internasional DKI 1972 (terbit sebagai buku tahun 1994). Tahun 1986 ia mendapat Hadiah Seni dari Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Juga penghargaan dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia (1999), dan Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera), serta menerima SEA Write dari Kerajaan Thailand pada tahun 1999

Dunia sastra bersedih akan kehilangan beliau yang meninggal  pada 22 Februari 2005 pada umur 61 tahun  akibat komplikasi penyakit sesak napas, diare, dan ginjal yang diderita setelah untuk beberapa tahun mengalami serangan virus meningoencephalitis.


1 komentar:

  1. Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
    sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
    kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
    Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
    1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
    melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
    dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
    saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
    kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
    penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
    dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
    minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
    buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
    Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
    sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
    agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
    saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
    jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau

    BalasHapus