Kamis, 25 Agustus 2016

2016 #88: Kehidoepan di Djawa Tempoe Doeloe

Judul asli: Soeka-doeka di Djawa Tempoe Doeloe
Penulis : Olivier Johannes Raap
Penyunting: Ratna Dyah Wulandari
ISBN: 978-979-91-0649-0
Halaman: 189
Cetakan: Pertama-2013
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Rating: 3.5/5

Benda-benda pusaka dari Jawa ini sangat berharga, mudah dirawat, dan yang paling menyenangkan, tidak perlu dikemenyani pada hari-hari tertentu.

Awalnya,  saya sama sekali tidak mengetahui bagaimana isi buku ini. Kata Djawa Tempo Doeloe yang membuat saya tertarik membeli secara ol. Entah kenapa, selalu buku yang berbau kata Jawa seakan memanggil-manggil saya. Minta diberikan tempat di rak buku saya yang tak seberapa *alasan penimbun* 

Plus, saya juga bukan orang yang sering mencari referensi di GRI (anggota yang tak berguna memang) kecuali sangat terpaksa. Saya hanya ingin membaca, dan menilai buku yang saya baca atas dasar apa yang saya rasakan tanpa ada kontaminasi dari pihak lain melalui aneka komen dan bintang (siapa juga yang mau meracuni-terlalu ge er saya).

Begitu sampai, saya langsung teringat pada sosok salah satu anggota BBI juga. Ia mengikuti semacam kegiatan saling berkirim kartu pos dengan sesama anggota yang ada di seluruh dunia. Namanya Postcrossing, info lengkapnya klik di sini. Selain mengikuti Postcrossing jika ada yang tertarik perihal postcard, bisa mampir ke sini.

Dari selembar postcard, mereka bisa mendapat banyak informasi seperti kebudayaan setempat, hal yang sedang hangat dibicarakan, tempat pariwisata, makanan, dan masih banyak lainnya. Bisa dijadikan salah satu sarana pembelajaran secara tak langsung mengenai negara lain.  Cara ini juga bisa dijadikan ajang promosi untuk memperkenalkan negara kita. 
Penulis buku ini, menampilkan beberapa koleksinya yang dianggap paling tepat untuk keperluan buku ini. Koleksi yang ada menggambarkan suasana kehidupan masyarakat di Pulau Jawa pada akhir masa kolonial sekitar tahun 1900-1940. 

Terdapat sepuluh kelompok kartu pos dalam buku ini. Dimulai dari Cantik & Tampan, Pernikahan, Keluarga Bahagia, Anak & Pendidikan, Si Kaya & si Miskin, Kesenian, Perayaan, Permainan, Manusia & Hewan,  dan diakhiri dengan Pemakaman. 

Tidak sekedar menempatkan kartu pos semata, ada juga data mengenai tahun (bisa saat terbit atau sesuai cap pos), judul atau lokasi, penerbit dan fotografer. Mungkin tidak semua informasi bisa disajikan, disesuaikan dengan informasi yang ada di kartu pos itu. 

Uraian mengenai apa yang kita lihat dari kartu pos, membuat kartu itu "bercerita" lebih banyak lagi. Penulis sengaja melakukan riset yang mendalam guna dapat menyampaikan narasi dengan baik. Suatu dedikasi  yang patut diacungi jempol. 

Saat membahas tentang kartu pos dengan judul Lima Bocah di halaman 74, sebagai contoh. Pertama diulas mengenai keadaan masing-masing anak. Siapa yang paling besar, bagaimana posisi mereka duduk dan sejenisnya. Lalu diberikan informasi bahwa pada tahun 1930-an generasi muda lebih suka menutup kepalanya dengan peci dari pada dengan ikat kepala. Selanjutnya diberikan ulasan singkat asal usul kata peci.

Menarik, hanya saja kenapa saya tidak menemukan ada satu orang yang memakai peci dalam gambar itu ya? Mungkin mata saya yang kurang tajam mengamati. Namun andai memang tidak ada, maka sebaiknya pada uraian ditambahkan bahwa walaupun saat itu generasi muda lebih suka memakai peci, entah mengapa saat itu tidak ada anak yang memakai peci.

Ternyata permainan balap karung juga sudah digemari sejak tahun 1911. Ini terbukti dengan adanya kartu pos dengan gambar balap karung di halaman 145 pada bagian Permainan. Sebenarnya ini merupakan permainan lama yang sering diadakan di pesta rakyat Belanda, lalu dibawa ke tanah air. Disebutkan juga permainan ini malah menjadi cabang olah raga yang dipertandingkan pada Olimpiade 1904. Wah seru pastinya.

Pada kata pengantar, kita mendapat informasi mengenai kartu pos generasi pertama di Indonesia. Terbit pada  tahun 1874 dengan ukuran 9 X 12 cm dan dikeluarkan oleh  pemerintah Hindia Belanda. Terdiri dari dua sisi tanpa gambar. Sisi pertama digunakan untuk menulis pesan yang akan disampaikan. Sisi lainnya dipergunakan untuk menulis alamat, dimana perangko sudah tercetak pada bagian ini. Kartu pos dengan gambar muncul pada tahun 1890 dan mengharuskan pengirim menempel perangko sendiri.

Sedangkan kartu pos yang pertama di dunia diterbitkan di Austria pada 1 Oktober 1869 dengan nama Correspondenz-Karte. Biasanya kartu pos dikirim oleh  orang-orang saat berkunjung ke suatu tempat  sebagai semacam kenang-kenangan yang menandai bahwa mereka telah berkunjung ke sana. 

Sebagai bonus dari buku ini, saya mendapatkan dua lembar kartu pos reproduksi yang menawan dengan judul Ibu dan Anak serta Penari Serimpi. Keduanya terbit di Yogyakarta pada tahun 1910.

Saat serius membaca bagian awal buku ini, saya langsung tertawa malu membaca kalimat, tidak perlu dikemenyani pada hari-hari tertentu. Suatu kebiasaan masyarakat Jawa sejak dulu yang susah hilang. 

Mungkin kartu pos bisadijadikan alternatif media belajar. Misalnya dengan membahas gambar yang ada di kartu pos tersebut. Sebut saja gambar sebuah pulau di tanah air. Maka bisa didiskusikan bagaimana luas pulau itu, bahasa yang dipergunakan, kesenian daerah,  


Seru!

1 komentar:

  1. Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
    sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
    kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
    Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
    1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
    melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
    dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
    saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
    kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
    penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
    dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
    minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
    buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
    Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
    sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
    agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
    saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
    jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau

    BalasHapus