Kamis, 22 September 2016

2016# 106: Bakti Selama 70 Tahun PMI

Judul asli: 70 Tahun Mengabdi untuk Kemanusiaan dan kemerdekaan
Penulis Naskah:DR Abdul Syukur, M. Hum
Agus Santoso, M. Hum
Lavanda Wirianata
Penyunting:Nina Masjhur
Penyusun: Palang Merah Indonesia
Divisi Pemberitaan Foto Perum LKBN Antara
Arsip Nasional Republik Indonesia
ISBN: 9789793575855
Halaman: 260
Cetakan: Pertama-2015
Penerbit: Palang Merah Indonesia

Mungkin belum banyak masyarakat umum yang mengetahui bahwa setiap tanggal 17 September diperingati sebagai hari Palang Merah Indonesia. Sungguh sayang, padahal keberadaan PMI sangat dekat dalam kehidupan kita. Misalnya saat membutuhkan transfusi darah, membantu saat terjadi bencana alam, dapur umum, hingga pengumpulan dana yang dilakukan melalui pembelian kupon di bandara. 

Bermula dari sebuah karya dari Jean Henry Dunant yang terbit pada 1862 Un Souvenir de Salferino (Sebuah kenangan dari Solferino) akibat dari perang antara Austria dan Perancis pada 1859 di Solferino, muncul keinginan untuk membuat sebuah organisasi bantuan kemanusiaan tanpa memandang perbedaan yang ada Siamo Tutti Fratelti (kita semua bersaudara). 

Gagasan tersebut diwujudkan dengan terbentuknya Komite Internasional untuk Pertolongan Prajurit yang Luka. Pada tahun 1864 di Jenewa, Swiss, diselenggarakan konvensi tentang Perbaikan Keadaan Angkatan Bersenjata yang Terluka dan Sakit di Darat.  Atas jasanya ini, Henry Dunnat mendapat Nobel untuk perdamaian pada tahun 1901. Untuk informasi lebih lanjut  mengenai hal ini bisa meluncur ke sini.  

Setelah Konferensi Internasional Palang Merah yang pertama pada tahun 1867 di Paris, Perancis, keberadaan Organisasi Kemanusian makin dikenal secara luas ke seluruh dunia. Belanda  tak mau ketinggalan dengan mendirikan Het Nedeland Rode Kruis (NRK). Gubenur Jenderal Hindia Belanda Mr. P Nijer  mendirikan  NRK Cabang Hindia Belanda tiga tahun sesudahnya. 

Pada kongres NRK tahun 1872, diputuskan bahwa NRK Cabang Hindia Belanda akan mengembangkan diri menjadi organisasi kepalangmerahan yang terpisah dari NRK. Namanya diubah menjadi NIRK (Het Nedelandsche-Indies Rode Kruis).

Perjuangan pergererakan kebangsaan  yang sukses mempopulerkan Indonesia sebagai identitas kebangsaan mempengaruhi para dokter yang tergabung dalam NIRK. Sehingga pada tahun 1932 pada kongres NIRK dr R.C.L Senduk serta dr.  Bahder Djohan mengusulkan nama Palang Merah Indonesia untuk menggantikan NIRK. Sayangnya usulan tersebut ditolak, peserta kongres memilih nama baru yaitu   NERKAI  (Nederlans Rode Kruiz Afdeling Indie) 
Terjemahan Pengesahan PMI
(halaman 83)

Gagasan pembentukan Palang Merah Indonesia mulai terwujud  seiring dengan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Tanggal 4 September, Presiden Soekarno memberikan perintah lisan kepada Menteri Kesehatan dr. Buntaran Martoatmodjo untuk membentuk organisasi Palang Merah Indonesia  guna mengantisipasi peningkatan ketegangan politik dengan pemerintah Belanda pada saat itu serta untuk menunjukan  kepada dunia internasional bahwa keberadaan Negara Indonesia adalah suatu fakta nyata. Untuk itu, maka dibentuklah Panitia Lima pada tanggal 5 September 1945. Untuk selanjutnya mengenai sejarah PMI bisa dilihat di link ini.

Sepak terjang PMI sudah dirasakan sejak lama. Gambar kuli ambulance NERKAI  (Nederlans Rode Kruiz Afdeling Indie) di Batavia tahun 1874 yang disajikan pada bagian awal  buku menunjukan hal tersebut. Sayangnya belum ada rekam jejaknya hingga saat ini. Baru pada peringatan ulang tahun PMI ke-70  atas prakarsa H. Muhammad Muas, SH untuk pertama kalinya disusun sebuah buku Sejarah Palang Merah Indonesia sebagai sumber sejarah kepalangmerahan yang dapat dipergunakan di lingkungan internal dan eksternal.

Bahan dalam penyusunan buku ini diperoleh dari penelusuran ke berbagai sumber di beberapa daerah, juga hasil kerja sama dengan LKBN Antara, Arsip Nasional Indonesia, Palang Merah Belanda serta tentunya dari para ahli sejarah. Para penghimpun bahan patut diacungi jempol untuk kesabaran dan semangatnya.

Buku setebal 260 ini terbagi menjadi beberapa bagian. Dimulai dengan kata sambutan dari Ketua Umum PMI M. Jusuf Kalla serta Pelaksana Harian Ketua Ginandjar Kartasasmita, lalu diberikan Introduksi berisi informasi mengenai Awal Mula Lahirnya Gagasan Kemanusiaan. Selanjutnya, bagian yang mengisahkan tentang peran aktif PMI yang terbagi dalam beberapa periode, yaitu:
1.Periode 1945-1954 Pengawal Revolusi.
2. Periode 1955-1964 Mengabdi untuk Indonesia yang Mandiri.
3. Periode 1965-1975 Mengabdi untuk Indonesia yang Bertransisi.
4. Periode 1976-1984Mengabdi untuk Indonesia dalam Orde Baru.
5. Periode 1985-1994  Mengabdi untuk Pembangunan Indonesia.
6. Periode 1995-2004 Mengabdi untuk Indonesia yang Bereformasi.
7. Periode 2005-2015 Mengabdi untuk Kemanusiaan dan Kebersamaan.

Tak ketinggalan, pembaca disuguhi informasi mengenai panitia Lima serta Sejarah Berdirinya PMI dalam Gambar. Kemudian ditutup dengan informasi mengenai  profil Ketua Umum PMI dari Masa ke Masa.

Dengan membaca buku ini, banyak informasi seputar peran serta PMI dalam kehidupan sehari-hari yang kita peroleh. Peniwen Affair salah satunya.  Sabtu sore 19 Februari 1949, pasukan Belanda memasuki Desa Peniwen Malang, Jawa Timur, mereka memaksa keluar semua anggota (Palang Merah Remaja (PMR) yang sedang merawat warga desa di Rumah Sakit Panti Husodho. Mereka diperintahkan untuk berbaris dan berjongkok dengan tangan di kepala, kemudia ditembak satu persatu. Dua belas anggota PMR dan 5 warga tewas saat itu.


Hal ini mendapat perhatian dunia internasional, setelah DS Martodipuro mengirim surat prostes. Apa yang dilakukan oleh tentara Belanda  merupakan pelanggaran terhadap konvensi dan resmi telah melakukan kejahatan perang.  Belanda mendapat tekanan dunia internasional, sementara Indonesia mendapat dukungan karena jika mengacu pada konvensi Jenewa 1949,   anggota Palang Merah termasuk dalam kategori yang tak boleh diserang. 

Jika tidak membaca dalam buku ini, saya belum tentu mengetahuinya. Padahal saya menjadi PMR dan KSR dahulu. Info seperti ini justru tidak pernah saya dapatkan. Dengan pengetahui peristiwa ini bisa meningkatkan semangat pengabdian sebagai anak muda. Juga menambah wawasan mengenai peran aktif PMR.

Zaman boleh berbeda namun PMI selalu memiliki perang aktif dalam kehidupan bermasyarakat maupun di tingkat internasional. Secara mudah, setiap terjadi bencana, pasti ada dapur umum yang dikelola oleh PMI. Saat terjadi gempa di Liwa, Kabupaten Lampung Barat pada Februari 1994,  pada korban tsunami di Aceh dan Nias tahun 2006 lalu pada PMI juga memberikan bantuan kemanusiaan. Demikian juga pada saat peristiwa Bon Bali.
PLH Ketua Umum PMI Saat Memberikan
Keterangan Pers Tentang Bantuan PMI
untuk Korban Gempa di Nepal
(Halaman 250)

Sementara pada tingkat dunia, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah mengirim bantuan untuk korban gempa di Nepal tahun 2015 yang lalu. PMI mengirim personel dengan spesifikasi khusus di bidang air dan sanitasi serta bantuan logistik untuk membantu korban gempa. 

Terhadap  korban konflik Myamar, PMI juga memberikan bantuan berupa 500 paket hygiene kit, 3.000 selimut dan 10.000 sarung. Termasuk juga memberikan bantuan kepada "Manusia Perahu" sebelum berangkat menuju tanah airnya di Pulau Galang.

Jadi ingat saat kuliah dulu. Alih-alih mengadakan OSPEK dan sejenisnya, kampus mengadakan pelatihan Palang Merah. Dari pengenalan hingga praktek P3K. Buat saya yang sudah sering melakukan kegiatan tersebut, tetap saja bersemangat. Beda suasana. Junior tetap bisa akrab dengan senior dengan kegiatan ini. Ilmu yang diperoleh juga bermanfaat untuk jangka panjang.

Buku ini termasuk mudah dicerna karena penggunaan kata yang dipilih merupakan kata yang sangat mudah dipahami namun komunikatif. Malah bagi saya buku ini minim informasi dalam bentuk kalimat-kalimat panjang. Informasi disajikan dalam bentuk lain.
Pelatihan Penyelamatan Korban Bencana
 Alam di Kampus IISIP Tahun 1990
(halaman 169)

Sebagian besar buku ini berisikan aneka informasi dalam bentuk foto, tentunya ada informasi seputar foto tersebut. Sebagai contoh, foto yang ada di halaman 52-53 merupakan sebuah foto  dari Markas Besar PMI di Yogyakarta,  sementara pada halaman 84 merupakan foto dari naskah Pidato Presiden Soekarno pada peringatan HUT PMI yang ke-5 pada 17 September 1950. Sayangnya, huruf yang agak kecil membuat mata saya kurang nyaman. Untunglah foto-foto yang ada sudah bercerita banyak hingga bisa membantu saya untuk lebih memahami isi teks yang ada.

Pemilihan kover dengan warna putih sebenarnya agak riskan juga. Tapi warna putih seingat saya merupakan latar belakang dari warna bendera PMI. Dengan menggunakan nuansa putih, tulisan dengan warna merah sebagai judul terlihat begitu kontras. Siapa saja yang melihat pasti tergoda untuk sekedar membaca judul buku (minimal). 

Sayangnya tidak ada sinopsis atau sejenisnya pada halaman belakang buku, sehingga tidak bisa diketahui secara langsung apa isi buku ini, selain terkait dengan PMI. Hal ini jelas terlihat pada judul buku. Selain itu, terdapat perbedaan ISBN di halaman dalam dengan yang tercetak di luar. Perlu dipastikan segera mana ISBN yang benar.

Buku ini sangat cocok dibaca untuk mereka yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai PMI. Dari sisi sejarah, peran aktif dalam masyarakat, dan sebagainya. Cocok juga dibaca bagi para penyuka sejarah karena tidak saja berisikan informasi mengenai latar belakang berdirinya PMI namun juga sejarah kemerdekaan bangsa. Bagi masyarakat umum, juga bisa menumbuhkan dan menambah rasa empati pada lingkungan sekitar. Bantuan bisa dilakukan dalam berbagai wujud.

Menurut panitia HUT ke-71 PMI  buku ini belum dijual bebas. Untuk acara Bedah Buku baru akan diadakan pada Kamis, 29 September 2016 pukul 10.00-12.00 WIB di Ruang Terapung Perpustakaan UI dengan beberapa orang  pembahas. Konon cerita, akan ada versi baru dengan dua bahasa dan penyempurnaan lebih lanjut. Semoga versi itu bisa dijual bebas sehingga generasi muda dan masyarakat luas bisa mengetahui seluk-beluk PMI.  

--------------------------------------------------
Curcol dikit ah


Ini merupakan mendali penghargaan dari ICRC atau Komite Internasional Palang Merah untuk almarhum my beloved papa. ICRC adalah lembaga kemanusiaan swasta yang berbasis di Jenewa, Swiss. Negara-negara peserta (penanda tangan) keempat Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan 1977 dan 2005, telah memberi ICRC mandat untuk melindungi korban konflik bersenjata internasional dan non-internasional. Termasuk di dalamnya adalah korban luka dalam perang, tawanan, pengungsi, warga sipil, dan non-kombatan lainnya.

Dari sana pertama kali tahu tentang PMR dan selanjutnya KSR. Sayang , kesibukan kuliah di dua tempat membuat terpaksa mundur teratur dari semua kegiatan sejenis. Tapi, menurut saya masih banyak cara untuk menolong sesama. Salah satunya dengan memberikan akses bacaan bermutu bagi anak-anak generasi bangsa.





























Rabu, 21 September 2016

2016 #105: Kisah Cinta Seorang Pustakawati


Judul asli: Love Overdue
Pengarang : Pamela Morsi
Alih bahasa: Prima Sari Woro Dewanti
ISBN: 9786020292106
Halaman: 437
Cetakan: Pertama-Agustus 2016
Penerbit : Elex Media Komputindo
Harga: Rp 87.800
Rating:3.25/5

Menemukan buku-buku yang kita miliki dengan cepat dan efisien adalah pekerjaan dasar seorang pustakawan. Dan lokasi penempatan buku tidak didasarkan pada buku-buku itu sendiri, melainkan pada hubungan mereka dengan buku-buku di sekeliling mereka. 

Membaca buku ini bagaikan memakan buah simalakama. Penasaran cerita, tapi pemilihan huruf yang tak bersahabat membuat saya agak malas membaca. Dan lagi, gaya penulisan yang cenderung menjabarkan hal-hal dengan teramat sangat detail, sementara menurut saya tak perlu ada, membuat mood membaca saya seakan berada dalam kondisi seperti jargon penyanyi terkenal itu, maju-mundur-maju-mundur non cantik. Kalau sudah begitu, jelas tamatnya agak lama.

Kisah dalam buku ini jelas tentang percintaan. Perbedaannya dengan buku lain adalah  tokoh utama wanita dalam buku ini, biasa dipanggil D.J adalah seorang pustakawati. Sebagian besar kisahnya juga mengenai bagaimana keadaan sebuah perpustakaan di kota  Verdant, Kansas. Serta bagaimana hubungannya dengan keempat orang yang bekerja di perpustakaan tersebut dan warga setempat.

Hebat bukan! Empat orang plus satu kepala perpustakaan. Jangan perhatikan jumlah, tapi membaca apa yang mereka kerjakan sungguh luar biasa. Dua orang mengurus perpustakaan keliling, sisanya mengurus operasional perpustakaan. Oh, ya ada juga Dewan Perpustakaan. Salah seorang adalah Vivi, induk semang dan orang yang melakukan menawarkan pekerjaan padanya.

Kehidupan D.J Sebelumnya bisa dikatakan hambar hingga ia menerima tawaran melalui email untuk menjadi kepala perpustakaan di Verdant. Ia bahkan sudah lupa pernah mengirim lamaran ke sana. Kota Verdant juga tidak pernah ia dengar sebelumnya. Vivi dengan cepat menawarkan persahabatan khas keramahan wanita setengah baya. Dengan maksud terselubung yang mencurigakan.


Perpustakaan dan Kantorku
Di Verdant, tak ada rahasia yang aman. Segala hal cepat tersebar melebihi kecepatan angin (ok saya agak lebay bagian ini). Demikian juga dengan berita kedatangan D.J yang menempati lantai atas rumah Vivi, tempat dulu anak laki-laki semata wayangnya tinggal. Penduduk ramai membicarakan kemungkinan D.J dan Scott, anak laki-laki Vivi menjadi sepasang kekasih serta peran Vivi dalam menjodohkan keduanya.

Padahal, D.J menyembuyikan rahasia kelam masa lalunya. Ia tak ingin membuka luka lama, apa lagi jika berurusan dengan pesona pria. Scott sendiri masih belum menemukan wanita yang mampu membuatnya merasa hidup sejak satu malam liar dengan seorang asing beberapa tahun lalu. 

Kembali, kedekatan saya dengan dunia perpusatkaan yang membuat saya mampu menyelesaikan buku ini. Andai tidak ada urusan perpustakaan, mungkin  sepertinya saya tidak memasukan buku ini dalam keranjang belanja. Jangan tersinggung, tapi ini soal selera semata.

Pribadi mereka yang bekerja di perpustakaan unik. Sosok James yang menyendiri namun selalu bersedia membantu sangat bertolak belakang dengan Miss Grundler yang pemarah. Tapi sebagai sesama wanita, saya bisa sangat memahami kenapa ia bertingkah seperti itu. Setelah sekian lama menjadi pustakawati menggantikan tugas dan tanggung jawab pustakawati lain yang nyaris tak pernah berada di perpustakaan, bayangkan betapa hancur dirinya ketika dewan malah mendatangkan seseorang untuk memimpin perpustakaan bukannya menunjuknya sebagai pengganti. Bukan salah D.J juga, hanya ia berada di waktu dan tempat yang salah saja.

Seru melihat bagaimana D.J yang bersemangat melakukan perubahan, James yang pemalu tapi selalu bersedia membantu, Miss Grundler si pemarah, Amos dan Suzy yang selalu ceria dan ringan tangan, semuanya bekerja bersama. Cara mereka mungkin berbeda, demikian juga pandangan mereka pada makna perpustakaan. Tapi tujuan akhirnya sama, menciptakan perpustakaan yang nyaman bagi penghuni kota.
Numpang narsis

Tingkah laku Vivi berikut cara berpikirnya membuat saya penasaran, seperti apa dia saat muda dulu. Ide-idenya selalu segar dan beberapa tidak bisa saya bayangkan ada orang yang memiliki ide seperti itu. Termasuk ide gilanya untuk bisa bersama suaminya. Untunglah pada akhirnya ia mendapat kebahagian.

Urusan roman yang menjadi perekat aneka kisah, seakan terputus begitu saja ketika saya membaca bagian di halaman 432. Maksudnya kedua tokoh sama-sama terpengaruh kenangan masa lalu, ketika ada sesuatu yang menghubungkan keduanya kisah langsung berhenti. Padahal bagian yang mengisahkan bagaimana mereka menyelaraskan diri tentunya akan menarik untuk dibaca. Apakah D.J menolak untuk mengakui kenangangan tersebut atau tidak, justru tidak dikisahkan. Mendadak kisah ditutup dengan adegan yang menggambarkan akhir membahagiakan.

Padahal saya sangat menunggu uraian proses tersebut. Bayangkan, setelah membaca uraian di halaman 22, saya sudah bisa mengira arah kisah ini. Jalan cerita sudah jelas, proses menuju akhir yang justru membuat kisah bakalan menarik. Tapi setelah membaca sekian halaman, justru menemukan fakta proses tersebut dihilangkan.

Saya sempat menemukan beberapa typo. Sebenarnya saya paling masa bodoh pada urusan ini, masalahnya typo berupa  kekurangan huruf jadi agak mengganggu membaca. Misalnya di halaman 153 tertulis, "... berada du toko." Mungkinkah maksudnya di toko?

Secara garis besar buku ini cocok untuk dibaca bagi mereka menyuka kisah romantis. Juga bagi mereka yang menyukai atau tertarik pada kehidupan seorang pustakawati. Tidak selalu membosankan kok, tergantung bagaimana kita menjalani saja. Tentunya buku ini tidak cocok untuk dibaca bagi mereka yang berusia dibawah 17 tahun. Maklum ada sedikit urusan timun-timunan (meminjam istilah seseorang)

Dunia perpustakaan terasa kental tidak saja melalui setting atau kover buku tapi juga melalui pemberian nomor dan nama bab yang mengacu pada klasifikasi DDC. Pada halaman 272 sebagai contoh, tercantum 418.8  Bahasa-bahasa Terapan; Pemakaian Struktural. Bagaimana pustakawati  kita bersikap manis pada salah satu pengunjung muda di perpustakaan dan setuju untuk ikut dengan Scott melihat proses memanen ada di halaman 280-296 dalam bab 440.0 Bahasa-bahasa Percintaan. Pada halaman  297 tercetak 631.2: Pertanian; Teknik, Peralatan. Isi bab ini mengisahkan tentang bagaimana pekerjaan memanen dan orang yang terlibat dalam proses tersebut. 

Kebayang bagaimana susahnya
memindahkan sebuah rak di
perpustakaan
Oh ya, DDC atau Dewey Decimal Classification disebut juga sebagai Sistem Desimal Dewey merupakan sebuah sistem klasifikasi perpustakaan yang diciptakan oleh Melvil Dewey (1851–1931) pada tahun 1876. Sistem ini dikembangkan dan dipelihara dalam badan bibliografi nasional, Library of Congress. Kantor redaksi Dewey terletak di Divisi Klasifikasi Desimal dari Perpustakaan Kongres. Hingga saat ini sistem tersebut sudah dimodifikasi dan dikembangkan dalam 23 kali revisi.  Bagi yang ingin mengetahui tentang DDC silahkan berkunjung ke link berikut .

Mungkin lain kali penerjemah memakai DDC sebagai acuan ketika melakukan alih bahasa bab. Ada beberapa hal yang terasa kurang pas terjamahannya, Kelas 440 adalah French & Related Romance Languages, agak kurang enak jika dijadikan Bahasa-bahasa Percintaan. Demikian juga dengan 613.2 Agricultural structure menjadi Pertanian; Teknik, Peralatan.

Mungkin karena terlalu mencintai profesi, anjing milik D.J juga dipanggil dengan nama Mr. Dewey. Sepertinya, hal ini merupakan kebiasaan mereka yang bekerja di perpustakaan. Memberi nama hewan dengan Dewey. Ingat buku tentang seorang kucing yang menjadi maskot perpustakaan? Namanya juga Dewey, review atau link terkait buku itu ada di sini.

Terakhir, izinkan saya mengutip kalimat favorit dari buku ini
Salah satu hal paling tabu dari perpustakaan umum adalah mengungkapkan apa yang orang-orang pinjam atau cari di internet. Informasi semacam itu bahkan tidak boleh dikatakan pada Homeland Security atau FBI, apalagi sebuah  rantai gosip setempat. 
Ah... kepo banget kalau ada yang ingin tahu urusan orang di perpustakaan.

Sabtu, 17 September 2016

2016 #104: Ensiklopedi Misteri Fenomena mencurigakan, Takhayul, Aneh dan Misteri Kuno



Penulis: Judy Allen  
Alih bahasa: Rikke Mulastika
ISBN: 6020205126
ISBN13: 9786020205120
Cetakan: Pertama-2013 
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Harga: Rp 80.000 (Harga diskon Rp 30.000)
Rating:3/5  

Ukururan buku yang lebih besar (menyerupai ukuran majalah), warna kover dominan hijau serta tentunya judul, jelas membuat mata saya tergoda. Begitu membaca sinopsis yang ada, langsung memutuskan layak masuk keranjang belanjaan. Lumayan untuk jadi referensi jika membuat review.

Di sekitar kita, tentunya banyak hal yang masih merupakan misteri. Beberapa sudah bisa dijelaskan secara ilmiah, namun yang lain masih mengandung misteri yang belum terpecahkan. Buku ini juga memuat beberapa hal yang sudah dapat dijelaskan secara ilmiah. Banyak yang masih dicari penjelasannya, tapi ada juga yang dibiarkan tanpa perlu penjelasan.

Terdapat sebelas hal yang dianggap sebagai misteri dalam kehidupan ini.  Ada perihal hantu, kekuatan pikiran, takhayul dan simbol, fenomena alam, makhluk aneh, kehilangan, daratan dan rahasia yang hilang, garis dan labirin, dari planet lain, penyembuhan, tanda dan keahlian.  Di bagian akhir buku selain terdapat daftar istilah yang memudahkan pembaca memahami suatu istilah, indeks, juga terdapat daftar fenomena berdasarkan daerah.

Saat tidur pikiran sadar akan beristirahat, pikiran bawah sadar melanjutkan pekerjaannya sebagai pembuat mimpi dan pemecah masalah. Para peneliti banyak yang mempelajari pikiran tak sadar secara berkala atau eksperimen. Kelihatannya hampir bisa bekerja sendiri, dengan bantuan dan pikiran sadar atau dari tubuh. 

Termasuk kekuatan pikiran adalah indra keenam, detektif psikis, mimpi dan firasat, pikiran dan masalah, levitation. Indra keenam  terdiri dari  ESP (Extra-Sensory Perception), deja-vu, serta telepati. Salah seorang yang sangat dikenal sebagai detektif psikis adalah sosok Sherlock Holmes karangan  Sir Arthur Conan Doyle. Kemampuan ini disebut juga Indra Biru. 

Kadang takhayul dibuat untuk menciptakan rasa aman, membawa keberuntungan atau menghindari yang buruk, Tiap negara dan kebudayaan memiliki takhayul dan simbol masing-masing. Beberapa mungkin ada yang sama, namun ada juga yang bertolak belakang. Angka empat sebagai contoh merupakan angka yang tabu di China, Jepang, Korea dan Taiwan. Sementara tiga belas dianggap beruntung di China namun sial di beberapa negara. Justru angka tujuh belas yang dianggap sial di Italia.

Perihal UFO, Segitiga Bermuda, Atlantis dan beberapa hal lagi juga akan kita temukan dalam buku ini meski sudah sering dibahas dalam banyak buku. Rahasia yang menyelimuti hal tersebut memang sering menjadi bahan penelitian dan diskusi banyak pihak. Sepertinya rahasia mereka untuk sementara masih belum terungkap semua. 

Pohon juga bunga bermanfaat bagi kehidupan kita dengan berbagai cara. Bisa menjadi makanan, bahan bakar, obat, untuk membangun gedung, menjadi baju, parfum, dan masih banyak lagi. Namun juga menjadi simbol dengan makna dan kekuatan khusus.

Bunga Teratai menjadi simbol kebangkitan dan kemurnian juga memiliki kekuatan menyembuhkan. Dewi kekayaan dan kemakmuran Hindu, Dewi Lakshmi, digambarkan duduk di atas sebuah bunga Teratai. Hal ini merupakan simbol dan kekuatan spiritualnya,

Setiap lembar buku ini dihiasai dengan aneka warna yang cantik dan ilustrasi yang menawan. Agak berbeda dengan beberapa ensiklopedia yang saya miliki. Memang mengandung banyak gambar, tapi umumnya tidak disajikan dengan banyak warna seperti yang ini.

Sayangnya untuk urusan bahasa masih berkesan kaku. Beberapa kalimat terasa aneh dibaca meski saya bisa memahami apa maksud kalimat tersebut. Tetap saja butuh tenaga ekstra untuk bisa memahaminya. Sepertinya hal ini harus diatasi jika ada cetakan keduanya. Bisa membuat pembaca tidak meneruskan membaca buku ini, padahal informasi yang ada di dalam ini cukup bermanfaat.

Urusan jilid juga sepertinya masih harus mendapat perhatian eksta. Baru satu kali saya baca kok sudah beberapa halaman yang berada dalam zona siap copot. Bagaimana jika dibaca beberapa kali, bisa-bisa pating protol nih. Sungguh sayang, jika buku dengan isi seperti ini tidak dijaga mutunya. Entah lem yang kurang kuat atau musti dipikirkan cara lain.

Sang penulis, Judy Allen sudah sering penerima penghargaan melalui empat puluh lima buku anak yang ia tulis.Novelnya Awaiting Developments mendapat penghargaan Whitbread Childrean's Novel Award, Friends of the Earth dan Medali Carnegie. Saya naksir berat buku yang ini.

2016 #103: Jelajah Dunia Sukab

Penulis: Seno Gumira Ajidarma
ISBN:9786023851034
Halaman:230
Penerbit: Noura Books
Harga: Rp 54.000
Rating:4/5

Mereka berada di Dunia Sukab, dunia kita-kita juga. Tapi siapakah Sukab?

Hem......
Sukab bisa menjadi siapa saja dalam buku ini. Camat,  paman, tersangka kerusuhan, penjual buah, perebut istri orang dan masih banyak lagi. Bahkan menjadi bukan siapa-siapa. Pembaca akan menemukan sosok yang beragam.

Seperti biasa, saya jarang membaca kata pengantar atau catatan pendahuluan sebuah buku. Hal ini saya lakukan guna lebih bisa menemukan esensi kisah yang ada. Demikian juga buku ini. Dalam buku ini, saya merasa tokoh kita Sukab berada sebagai sosok dengan nama dalam satu bab. Sementara pada bagian yang lain malah sama sekali tidak disebut namanya, tapi bukan berarti tidak ada kan. Justru pembaca harus bisa menekukan beradaan Sukab sebagai sosok yang tak kasat mata. Dan seperti begitu juga yang dirasakan oleh perwakilan pihak penerbit.

Terdapat tiga bagian utama dalam buku ini yaitu Dunia Sukab 1 terdiri dari delapan kisah antara lain Khuldi, Sukab & Sepatu dan Manusia Api.  Dunia Sukab 2 terdiri dari enam kisah seperti Banjir, Sita dan Suaminya,dan HooiyyAAAiyyOOO!.  Terakhir Dunia Sukab 3 yang terdiri dari tiga kisah yaitu Telepon dari Aceh, Perempuan Preman, serta Jakarta, 14 Februari 2039.

Pada bagian akhir buku terdapat  riwayat publikasi dimana karya tersebut pernah diterbitkan. Carmina Burana sebagai contoh, pernah diterbitkan di majalah Amanah No. 24 tahun 1987.  Sementara Telepon dari Aceh pernah diterbitkan dalam harian Kompas 8 Agustus 1999, lalu dimuat kembali dalam buku Aceh Mendesah dalam Napasku (Banda Aceh: KaSUHA, 1999); Dua Tengkorak Kepala (cerpen Pilihan Kompas 2000); Korrie Layun Rampan, Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia, Jakarta: Grasindo 2000; dan Ajidarma (2014).

Membaca buku ini membuat saya seakan melihat kilas peristiwa masa lalu. Ingatan akan beberapa peristiwa muncul kembali  dari memori saya, meski dengan cara dan sudut pandang yang berbeda. Bagi mereka yang sudah pernah mengetahui bahkan mengalami hal seperti yang dijadikan bahan tulisan dalam buku ini, mungkin juga akan merasakan seperti yang saya rasakan.

Peristiwa Tsunami digambarkan dalam kisah Telepon dari Aceh. Kisahnya tentang sosok seorang perempuan yang sedang menikmati hasil korupsi suami bersama keluarga besarnya ketika ada telepon dari Aceh yang memberi kabar adik bungsunya sudah diketemukan dalam kondisi sudah tidak bernyawa. Sementara suaminya bersikap acuh, malah tak ingin ada yang menyampaikan kabar beri duka lagi pada istrinya. Si istri bersedih dalam kesendirian.

Jakarta 14 Februari 2039 mengingatkan pada peristiwa kerusuhan pada bulan Mei 1998, dimana terjadi penjarahan, pembakaran hingga pemerkosaan. Tokoh utama dalam kisah ini digambarkan sebagai anak dari korban pemerkosaan. Ironi bukan, menilik tanggal 14 Februari (dijadikan bagian dari judul) sering digembar-gemborkan banyak pihak sebagai hari Kasih Sayang justru mengisahkan tentang hal yang jauh memalukan dan menyedihkan.

Kisah  The Pinocchio Disease mungkin tidak terkait dengan peristiwa besar, tapi memberi pesan moral pada pembaca untuk tidak berbohong dalam bentuk apa pun. Dari hanya sekedar berbicara bohong hingga melakukan korupsi akan membuat hidung si pelaku bertambah panjang. Ada sanksi moral yang yang harus ditanggung pelaku jika sudah begitu. Bayangkan bagaimana rasanya memiliki hidung yang selalu bertambah panjang seiring dengan kebohongan yang dilakukannya, pasti malu rasanya. Apa lagi mengetahui diri menjadi bahan pergunjingan orang.

Kedekatan emosi antara kisah dengan pembaca merupakan penyebab buku ini menjadi sesuatu yang enak dibaca. Saya memang bukan salah satu keluarga korban Tsunami, tapi saya kenal beberapa orang yang keluarganya menjadi korban. Sebagai salah satu warga negara yang mengikuti pemilu, saya sempat bingung  mau memilih sosok yang mana, persis dengan kisah Carmina Burana. Pembaca yang lain mungkin bisa menemukan kedekatan dengan kisah.

Seperti dalam sebuah kisah, kita bisa mendapatkan beberapa hal sekaligus. Kisah Sukab & Sepatu mengajarkan tentang kesetiaan. Tapi juga mengajarkan mengenai cara hidup hemat dan menghargai barang kita yang kita miliki, meski tak seharusnya seperti cara Sukab. Kisah tentang Tsunami, tidak hanya mengisahkan kepedihan sang ibu, tapi adegan sang suami pelaku korupsi menyedot sumsun tulang hingga bersendawa bisa dianalogikan bagaimana ia melakukan korupsi dengan menyedot uang rakyat.

Tidak hanya bagus bagi jiwa, buku ini juga memberikan tambahan pengetahuan melalui aneka catatan kali. Tidak banyak memang, tapi lumayan. Pada halaman 219, kita akan menemukan tentang shuriken, senjata rahasia ninja. Ada yang panjang untuk dipegang, dan ada yang pendek untuk dilempar. Kelinting di halaman lima yang berarti sampan bermesin tempel, di daerah Mahakam juga disebut ces.


Buku ini cocok dibaca untuk setiap kalangan. Jika ada yang merasa emosi karena tersindir, ya baguslah berarti masih ada hati nurani. Anggap saja bercermin, apakah ada wajah kita dalam buku ini? Segeralah berbenah jika wajah buruk yang kita lihat agar tak ada sosok Sukab yang menghampiri.

Seno Gumira Ajidarma, sering disebut SGA, lahir pada 19 Juni 1958 di  Beberapa buku karyanya yaitu Atas Nama Malam, Wisanggeni—Sang Buronan, Sepotong Senja untuk Pacarku,  Biola tak Berdawai, Kitab Omong Kosong, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, trilogy Saksi Mata, Negeri Senja , lalu Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara, Tiada Ojek di Paris dan seterusnya. 

Beliau juga beberapa kali mendapatkan penghargaan seperti Penghargaan Penulisan Karya Sastra dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1995) , Penghargaan South East Asia (S.E.A.) Write Award (1997 juga Kusala Sastra Khatulistiwa melalui Negeri Senja (kategori fiksi-tahun 2004) dan  Kitab Omong Kosong (kategori prosa-tahun 2005).                

Dunia Sukab ini merupakan versi cetak ulangnya. Jangan lupa berkunjung ke https://duniasukab.com untuk menemukan aneka keseruan.


Sumber gambar:
Wikipedia