Kamis, 25 Februari 2016

2016 #25: Narend, Petualangan ke Tanah Kutukan

 
Penulis : Linuwih Nata Permana
Editor : Diah Merta
Penyelia Akhir: Goenawan BS
Desan dan Ilustrasi Sampul: Windutampan
Tata Letak: Zoura Humaira
Ilustrasi Isi: Dani Sungu
ISBN: 9793813253
Halaman: 291
Cetakan: Pertama- 2006
Penerbit: Liliput
Rating: 4/5

Kadang-kadang kita harus membuka mata sampai ke hal-hal yang sangat ekstrim. Itu akan membuat kita selalu berhati-hati.

Selesai membaca buku ini, ibarat melunasi sebuah "hutang" Tapi sangat sepadan dengan keseruannya.
Sebenarnya buku ini sudah agak lama berada di rak buku. Maklum karena terlalu sering tertimbun buku anyar jadi keberadaannya nyaris terlupakan. Baru saat beres-beres keberadaannya muncul lagi ke permukaan he he he. 

Itu juga masih tidak membuat buku ini bisa selesai dibaca. Baru dibaca sekian halaman, ada tugas review yang mengharuskan buku ini ditaruh dulu. beberapa begitu, hingga akhirnya harus membulatkan tekat untuk menuntaskan buku ini. 

Buat saya, buku ini jelas layak koleksi. Tak peduli kertasnya sudah menguning, yang penting isinya spektakuler *penganut  lebih baik penampilan jelek tapi isi ciamik dari pada penambilan keren isi mlempem* Pertama dilihat dari nama penerbitnya. Penerbit yang satu ini pernah sukses membuat saya nyaris seminggu tidak bisa berkonsentrasi bekerja demi berburu buku-buku lainnya melalui dunia maya. Kedua, ini genre fantasi. Niatnya mau mengumpulkan semua kisah fantasi karya anak bangsa.

Dan sejauh ini, saya harus mengakui bahwa Mbak Diah Meta-setahunya saya salah satu pemilik, selalu mampu membius saya dengan pilihan kasih yang ciamik. Nalurinya benar-benar tajam dalam memilih kisah fantasi. Seandainya penerbit ini masih ada, pasti bakalan laris manis.

Kisahnya mirip petualangan Indiana Jones mencari sebuah ruang harta tapi melalui jalur laut sehingga mirip kisah Sinbad Sang Pelaut plus sedikit nuansa persahabatan ala Frodo Baggins. Terbayangkan serunya kisah ini. Oh, kalau seru kenapa saya beri bintang 4 bukannya 5? Ada penjelasannya ^_^


Tokoh utama, Narend, adalah seorang anak yatim piatu yang diadopsi oleh sang paman, Mourad. Seharinya ia membantu paman yang memliki jabatan sebagai kepala perpustakaan. Bukan sembarang perpustakaan, tapi perpustakaan kota yang tidak saja menyimpan aneka  arsip kota tapi juga kitab-kitab, patung, guci, dan tentunya manusrip dan papyrus.

Suatu hari, Narend mendapat ramalan bahwa ia akan menemukan kejayaan jika mau meninggalkan kota untuk pergi mencari takdirnya ke tanah Hindustan. Semula ia tak percaya, tapi beberapa kejadian yang ia alami membuat Narend merasa perlu mempertimbangkan hal tersebut. 

Ketika terjadi peristiwa pembunuhan dan pembongkaran paksa serta pengerusakan aneka barang di perpustakaan, Narend membulatkan tekat untuk mencoba meraih takdirnya seperti yang diutarakan oleh ahli nujum di pasar malam. Bersama dengan sahabatnya Ayaghbeni penjaga mercusuar, Mahesz Pahersi mahasiswa antripolog, Kung Tao pelaut ulung,  serta Hilal El-saudi pengangkut beban mereka berlayar menuju tanah Hindustan.


Penulis memberikan banyak keseruan sepanjang perjalanan. Mulai dari urusan menyiapkan perbekalan yang cukup melelahkan, bajak laut, bertarung demi uang, menemukan kota yang penduduknya hilang tanpa ketahuan sebab, kehilangan sahabat karena digigit ular, badai dasyat, sihir jarak jauh hingga tsunami. Nuansa kuno yang dihembuskan penulis membuat kisah ini makin layak untuk dibaca.

Dengan membaca kisah ini, kita mendapat banyak pengetahuan. Penulis seakan memanjakan kita dengan aneka pengetahuan geografi dan sejarah. Beberapa bagian, sepertinya diuraikan terlalu panjang hanya untuk memberikan tambahan ilmu pada pembaca. 
Gaya bercerita yang lambat pada suatu bagian dan cepat pada bagian lain membuat pembaca merasakan sensasi tersendiri. Memang harus sabar pada bagian yang berkesan bertele-tele, tapi sebanding dengan keseruan yang didapat.


Pesan moral dalam  buku ini tentunya juga diselipkan oleh penulis. Bahwa dalam persahabatan, saling membantu akan memudahkan menyelesaikan banyak hal. Seorang sahabat akan berkorban demi sahabatnya tanpa pamrih. Seorang sahabat akan membuat diri kita menjadi tegar dalam menghadapi cobaan.

Sosok ketiga tokoh yang terlalu percaya pada barang kesayangan yang dianggap mampu melindungi diri dari bahaya, merupakan peringatan agar pembaca hanya berserah diri dan mohon perlindungan pada Maha Pencipta. Benda-benda yang mereka yakini bisa melindungi justru membuat mereka celaka. Sihir jarak jauh yang dikirim musuh melalui benda mereka yang sudah dicuri sebelumnya adalah peringatan keras untuk tidak terlalu memuja sebuah benda.

Pada suatu bagian dikisahkan para tokoh sedang berlatih mempergunakan Toya untuk membela diri. Toya adalah senjata berupa tongkat panjang yang pada umumnya terbuat dari rotan atau kayu. 

Singkat kata, menyesal juga saya tidak membaca kisah ini sejak dulu. Apa yang saya terima lebih dari dugaan saya tentang isi buku ini. Ditambah dengan ilustrasi yang indah, buku ini layak mendapat bintang 5 sebenarnya.

Eh, ya kenapa saya memberikan bintang 4, sebenarnya lebih karena urusan personal. Ada beberapa hal yang mengganjal seperti bagaimana nasib paman Narend. Setelah sekian tahun merawat Narend kenapa ia bisa begitu saja menghilang. Apa kelanjutan pertemuan Narend dengan gadis pujaannya yang kebetulan adalah anak orang kaya, apa gunanya disebutkan jika tak ada hubunganya. Terakhir, kalimat di halaman 290 yang bikin saya sebal! 

Kalimat tersebut adalah......Seperti slogan penerbit ini, Bacalah dan kau akan tahu! ^_^

-------------
Saat mau posting link di GRI baru sadar kalau kisah ini pernah dibaca.
Hanya memang ngak direpiu panjang
wkwkwk emang ciamik!





.

Rabu, 24 Februari 2016

2016 #24: The Mark Of The Dragonfly

Penulis: Jaleigh Johnson
Alih bahasa: Angelic Zaizai
Penyunting: Yenni Saputri
Ilustrasi sampul: Arrahmanrendi
Ilustrasi peta: Bayu
Disain sampul dan Isi: Pras Santosa
Tata Letak Isi: Tofa
ISBN: 9786027283459
Halaman: 416
Cetakan: Pertama-2016
Penerbit: METAMIND
Harga: Rp 73.000
Rating: 3/5

Tak apa-apa merasa takut, tapi kau tidak boleh membiarkan itu menghalangimu melakukan apa yang harus kau lakukan. 

Piper menyukai mesin, atau tepatnya mesin yang menyukainya. Keahliannya membetulkan mesin sudah tak bisa diragukan lagi. Ia bahkan mampu membetulkan benda yang sudah hancur terurai. Sebagai anak yatim-piatu, ia tak bisa mengandalkan orang lain untuk hidup. Tak juga dari hasil memulung aneka barang yang terbawa dari dunia lain oleh badai meteor yang terjadi di Kota Rongsokan nomor 16.

Suatu ketika, Piper terpaksa keluar dari perlindungan saat badai guna mencari Micah, sahabatnya. Ia nekat keluar meski badai belum berakhir agar bisa mendapatkan rongsokan berharga untuk dijual. Hanya butuh 30 menit setelah badai berakhir untuk mengumpulkan rongsokan, kalau tak buru-buru tak ada lagi yang tersisa. 

Ternyata tidak cuman Micah yang berpikiran begitu, serombongan karavan juga ada yang nekat berjalan saat badai belum selesai. Dan keduanya nyaris celaka tersambar meteror besar yang jatuh. Micah pingsan dan butuh pertolongan! Saat membongkar karavan, Piper terkejut bukan kepalang.  Ternyata dalam karavan juga ada seorang gadis! Ia tanpak terluka.

Di lengan gadis itu terajah tato kurang lebih seukuran kotak korek api bergambar capung. Bukan sembarang capung, namun terbuat dari bagian-bagian mekanis. Sayap transparannya dihiasi urat kawat berwarna-warni dan per-per mini melingkari lengan. Gir dan roda gigi membentuk mata multifasetnya, dan tubuh hijau metalik merupakan piston yang meruncing ke arah lekuk sikunya. Itu simbil capung. Siapa yang memilikinya berarti berada dalam perlindungan Raja Aron, penguasa Terirorial  Capung yang terletak persis di selatan Kerajaan Metrow.

Semula, Piper hanya ingin merawat Anna, nama gadis itu, lalu setelah sehat mengantarkannya ke rumahnya di ibu kota. Siapa tahu ia beruntung bisa mendapatkan sekedar pekerjaan atau makanan sebagai tanda terima kasih dari keluarga Anna. Siapa yang mengira urusan menjad panjang. Ia bahkan nyaris menjadi celaka.

http://www.jaleighjohnson.com
Pemulung dari Utara dan Sang Capung   menghadapi berbagai hal yang tak terduga. Mulai dari melarikan diri dari kejaran seorang pria yang mengaku ayah Anna, menghadapi penjual budak, menyusup ke kereta api dan berhadapan dengan pembajak yang ingin menjarah isi kereta. Serta berusaha membantu Anna mengingat siapa dirinya.

Untunglah mereka dibantu oleh Gee  petugas keamanan yang memiliki mata hijau,  Jeyne Steel  sang kepala mekanik sekaligus penguasa 401, Timble si juru api yang kebal api.  Keadaan makin memburuk ketika Anna terluka, ternyata ada sebuah rahasia besar yang tidak diketahui Piper, meski ia sudah lama berada di sisinya.

Bagian ini sungguh tak terduga. Harusnya saya bisa menebak dengan begitu banyak petunjuk yang bertebaran dalam buku.  Misalnya pada halaman 151 ketika Piper merasa ada yang berbeda saat Anna memeluknya, pada halaman 244 yang berisi penjelasan Timble tentang kelebihan dirinya dan Gee. Puncaknya pada halaman 375.  Harusnya saya sadar ada yang aneh dengan kemampuan Piper.

Secara garis besar, buku ini mengusung tema mengenai persahabatan dan bekerja sama guna menyelesaikan sebuah masalah. Persahabatan tak akan mengenal untung atau rugi dalam membantu. Dengan saling membantu, maka tak ada masalah yang tak bisa diselesaikan. Dukungan orang-orang di sekitar kita sangat membantu guna mencari jalan keluar. Kadang, sahabat ditemukan melalui cara yang unik. 

Entah guna memudahkan pembaca, atau karena latah, buku ini juga menyajikan peta perjalanan yang dilalui oleh Piper dan Anna. Termasuk ketika mempergunakan kereta api. Bagi saya, peta tersebut tidak berarti banyak karena uraian penulis dalam kisah ini

Walau  tidak diuraikan secara langsung, buku ini juga memberikan tambahan pengetahuan pada pembaca mengenai bahaya yang mungkin dihadapi seseorang jika bekerja dalam kondisi sering mengisap asap. Ada juga perihal kesehatan yang bisa terganggu ketika mengisap terlalu banyak debu.

Kita dengan mudah menemukan adengan seru seperti kejar-kejaran yang mampu memicu adrenalin. Tapi ada juga bagian yang membuat saya tertawa. Misalnya saat Piper menyebutkan tentang pinggung tebal. Istilah pinggul tebal. Dalam kisah ini tempat penyimpanan uang berbentuk ikat pinggang, maka orang yang menyimpang uang banyak dalam ikat pinggang akan terlihat memiliki pinggung  yang tebal.

Bisa dibilang saya agak cemburu dengan Anna ketika pada halaman 144 disebutkan ia menemukan sebuah buku yang menarik di perpustakaan. Bayangkan! Perpustakaan di kereta api. Perjalanan sejauh apa pun tak akan menjadi membosankan.

Buku-buku dalam perpustakaan tersebut kelak terbukti mampu membantu Anna mencari solusi bagi masalah yang mereka hadapi. Buku memang sumber ilmu *promosi*

Mungkin karena ini masih merupakan buku pertama dari dua buku dalam serial The Mark of teh Dragonfly, masih banyak hal yang belum diuraikan secara tuntas. 


Untuk urusan kover, versi yang saya miliki memang berbeda jauh dengan versi asli. Namun justru versi lokal membuat saya penasaran dan menduga-duga. Apakah kisahnya tentang petualangan tiga remaja, lalu mana yang bernama Piper. Trus terang, adegan yang melibatkan kereta api,  membuat saya teringat pada kisah 007, pasti seru!

Meski seru, akhir yang berkesan terlalu sederhana pada buku pertama ini membuat saya merasa gregetan. Konyol menurut saya, jika sudah berusaha menjauh dari kejaran orang yang dianggap jahat, Anna mendadak justru mendatangi orang itu guna menyelidiki masa lalunya. Itu sama saja dia mengkhianati usaha dan pengorbanan mereka yang telah berusaha melindunginya.

Seandainya ada ilustrasi, tentunya akan lebih menarik. Pembaca bisa menilai apakah terkaannya mengenai sosok Gee betul atau berbeda jauh dengan yang digambarkan oleh ilustrator. Terutama sekali saya penasaran dengan tato capung yang ada di tangan Anna, seperti apa ya jika dituangkan dalam bentuk ilustrasi.

Di sini, disebutkan tentang  fakta menarik seputar capung.  Capung diklasifikasikan sebagai karnivora. Mereka biasanya memakan nyamuk, ngengat, semut, rayap, lebah, kupu-kupu, dan lalat. Capung biasanya ditemukan di dekat badan air seperti kolam, danau, sungai berarus lambat, dan tanah basah lainnya.

Serangga ini menyukai badan air yang sehat sehingga dianggap sebagai indikator sumber air yang baik. Sayap depan capung sedikit lebih panjang dibandingkan sayap belakang yang berguna membantu kecepatan dan kemampuan manuver saat terbang. Mereka mengepakkan sayap sekitar 30 kali per detik. Kecepatan terbang capung dapat mencapai 100 km/jam.

Demikian juga uraian yang terdapat di sini.  Capung biasanya tidak menggigit atau menyengat manusia, meskipun mereka akan menggigit untuk menghindari, jika ditangkap oleh perut. Mereka dinilai sebagai predator yang membantu populasi kontrol serangga berbahaya, seperti nyamuk. Capung adalah salah satu dari beberapa serangga sering disebut sebagai ‘nyamuk elang’ di Amerika Utara.

Oh ya,  tanda capung yang ada pada tubuh Anna bisa dikatakan semacam rajah atau tato. Kata tersebut    sebenarnya berasal dari kata tatau yang berasal dari bahasa Tahiti yang berarti “memberi tanda atau menandakan sesuatu”. Hal ini sesuai dengan kisah, dimana Anna diberi tanda Capung. Informasi lebih lengkap bisa dilihat di sini. 

Kisah ini mendapat Dorothy Canfield Fisher Children's Book Award Winners Nominee 2016, sebuah penghargaan  tahunan bagi buku  baru kategori anak-anak  di Amerika. Meski ada sedikit urusan cinta, tapi secara garis besar, buku ini aman untuk anak-anak.
Perihal penulis lebih lanjut bisa disimak di http://www.jaleighjohnson.com. Saya hanya berharap agar kisah kedua bisa segera diterbitkan. 




Senin, 22 Februari 2016

2016 #23 : The Finisher

Penulis: David Baldacci
Penerjemah:Angelic Zaizai
Penyunting: Dyah Agustine
Proofreader: Enfira
ISBN: 9789794339176
Halaman: 495
Cetakan: Pertama-Januari 2016
Penerbit: Mizan fantasi
Harga: Rp 89.000
Rating: 3/5



Bintang jatuh.
Setiap kali kau kebetulan melihat salah satunya melintas terang benderang di langit, perubahan akan terjadi bagi beberapa wugmort.


The Finisher adalah kisah mengenai seorang gadis bernama Vega Jane. Vega Jane sebenarnya bukan anak yatim piatu, ia masih memiliki ayah dan ibu. Namun  sebuah peristiwa terjadi, kedua orang tuanya dikirim ke panti  perawatan. Karena kakeknya juga sudah tiada, maka secara otomatis ia hanya berdua dengan sang adik. Sebenarnya ada seorang sahabat Vega Jane, Delph. Tapi ia bukan kerabat hanya sahabat.

Ia tinggal di sebuah desa bernama Wormwood. Desa tesebut sangat tertutup. Tidak ada yang bisa masuk atau keluar tanpa melalui  Quag. Tak ada Wugmort-Wug, sebutan bagi warga desa yang ingin masuk ke dalamnya. Mereka semua sangat mengerti monster buas seperti apa yang ada di sana. 

Kehidupan di sana berjalan dengan sangat tertib dibawah pengawasan dewan penguasa. Tak ada yang berniat atau berani melanggar peraturan karena setiap kejahatan berat akan membuat pelakunya dikirim ke Valhall. Bukan tempat yang nyaman.

Guna memenuhi kehidupan, Vega Jane bekerja di Stacks sebagai Finisher. Meski tidak diterjemahkan, bisa kita asumsikan bahwa tugas seorang finisher adalah menciptakan benda-benda sesuai pesanan warga atau yang diperintahkan dewan.

Suatu ketika, Vega Jane berkeinginan untuk meninggalkan Wormwood. Tak ada yang membuat langkahnya berat.  Apa lagi ia menemukan hal-hal aneh seputar The Quang dan The Stacks, tempatnya ia bekerja selama ini.Dengan mengandalkan secarik peta temuan yang menunjukkan jalan untuk melintasi Quang, ia makin mantap meninggalkan kehidupannya di Wormwood.

Semula memang ada perasaan takut, apalagi jika membayangkan aneka monster yang menghadangnya di Quang. Tapi petuah kakeknya menjadikan ia tabah. "Tempat yang paling menakutkan dari semua tempat adalah tempat yang Wugmort tidak tahu bahwa di sana merupakan seburuk-buruknya tempat," begitu pesan sang kakek. 

Sebuah rencana pelarian sudah disusun serapi mungkin, segala persiapan sudah dilakukan, namun semua tak ada yang berjalan mudah bukan. Apa lagi jika terkait dengan Jabbit si ular raksaksa dan Cobble si raksasa batu. Ditambah lagi dengan tuduhan masyarakat yang harus ia hadapi. Untunglah, pertolongan selalu Vega Jane dapatkan, kadang dari sumber yang tak terduga sama sekali!

Menikmati kisah ini gampang-gampang susah, banyak hal yang diuraikan belakangan oleh si penulis. Misalnya ia menyebutkan tentang  Wug, meski pembaca bisa menebak, namun secara jelas baru belakangan disebutkan bahwa Wug adalah sebutan bagi warga Wornwood.

Pada bagian awal, pembaca sudah disuguhi peta  tentang Wornwood termasuk di mana Quang berada.Hal ini jelas memudahkan pembaca mengikuti kisah. Dengan memperhatikan peta ini, pembaca  bisa mengetahui seberapa jauh jarak antara pohon milik Vega Jane dengan  The Stack, mana jalan yang harus dilalui supaya tidak mendekati The Quang, dan lainnya. Ada upaya menciptakan pemahaman kisah bagi pembaca dengan melihat peta tersebut. 

Ada juga uraian mengenai para tokoh dalam buku ini. Hal ini membantu saya menikmati kisah karena sudah mengenai latar belakang para tokoh terlebih dahulu serta bagaimana hubungannya dengan tokoh yang lain. 

Membaca mengenai sebuah desa yang penduduknya hanya diam di tempat karena merasa tidak ada jalan keluar atau masuk ke desa seperti dalam kisah ini, membuat saya teringat pada buku  The Forest of Hands and Teeth  dari Carrie Ryan. Review saya ada di sini. Bedanya, dalam buku tersebut warga memang tidak ingin keluar mengingat resiko adanya zombi yang berkeliaran.
Bagian yang mengisahkan pertarungan Vega Jane mengingatkan saya pada kisah Hunger Games. Bedanya, Vega Jane harus bertarung suka atau tidak. Jika ia menolak maka ia akan langsung dihukum, jika menang selain mendapatkan kebebasan ia juga mendapatkan uang yang lumayan banyak. 

Dan keberuntungan Vega Jane tidak terlalu jauh berbeda dengan keberuntungan Katniss Everdeen. Meski menurut saya agak berlebihan, toh tetap saja saya senang menikmati bagian yang menunjukkan sang jagoan pasti menang bagaimana pun juga. Ia mampu membuat mereka yang bertaruh atas namanya mendapatkan uang banyak. Bagian yang ini tidak saya sukai, karena bisa memberikan gambaran pada remaja bahwa bertaruh merupakan hal yang biasa dan boleh dilakukan. Mohon bimbingan para orang tua ^_^

Akhir kisah memang tidak selalu selamanya indah. Tapi akhir kisah dalam cerita ini tidak juga berakhir menyedihkan. Penulis seakan membuat akhir yang bisa dikembangkan menjadi sebuah kisah lagi. Beberapa hal menjadi pertanyaan saya, dan seakan akan begitu selamanya.

Menurut data di Goodreads, Finisher adalah buku pertama dari serial Vega Jane. Hal ini memperjelas kenapa beberapa hal yang seakan tidak tuntas. Mungkin saja ada dalam buku kedua. Buku selanjutnya The Keeper terbit tahun 2015. Menilik bintang 3,91 yang diberikan pembaca, tentunya ada yang istimewa dari kisah selanjutnya.  Mari berharap segera terbit  versi terjemahannya.
Oh ya bagian yang saya paling sukai dalam kisah ini adalah saat Vega Jane menemukan buku yang tak biasa di rumah salah seorang atasannya. Lalu bagian yang mengisahkan saat Vega Jane berkunjung ke rumah salah satu anggota dewan dan melihat perpustakaan yang dipenuhi buku dari lantai hingga langit-langit. Dan pastinya bagian pertempuran di antara rak buku.

Pad http://www.amazon.com, saya menemukan bahwa buku ini diperuntukan bagi remaja. Baiklah, meski demikian adegan aku berjinjit dan menciumnya serta bagian dia mengangkatku daritanah dan balas menciumku kuat-kuat sampai-sampai kurasakan napasku menunggalkan tubuh sebegitu cepat sehingga kupikir aku bakalan pingsan,  mungkin bisa  makin diperhalus atau dihilangkan sekalian dari kisah. Kita memang tidak bisa menahan perkembangan seorang remaja, tapi kita bisa berusaha seminimal mungkin menyodorkan hal-hal seperti itu sambil memberikan pengertian dan pelajaran tentang hal tersebut.

Untuk urusan kover, setelah membaca keseluruhan kisah, saya merasa kurang pas. Sosok tokoh utama dalam kisah ini malah sama sekali tidak ada dalam kover, yang ada justru salah satu monster yang harus dihadapinya. Bagian yang mengisahkan bagaimana Vega Jane berurusan dengan  Cobble si raksasa batu bisa dikatakan tidak terlalu banyak. Oh, saya menyimpulkan itu adalah Cobble karena  tubuhnya seakan terdiri dari batu-batuan.  Semoga benar ^_^ 
Add caption

Sekedar iseng, saya mencoba mencari kover lainnya di Goodread, dan terpesona dengan beberapa versi kover yang ada. 

Bahasa Bulgaria, sebagai contoh, menawarkan nuansa yang berbeda. Dengan melihat kover buku, saya merasakan kedamaian yang terpancar dari warna hijau tumbuhan yang menjadi latar belakang. Sang gadis yang seakan menatap ke pembaca bisa diasumsikan bahwa ia mengerti kita sedang mengamatinya. Sementara lambang yang dibuat seolah berpendar dari tubuh sang gadis, seakan menandakan kekuatan yang tersembunyi. Kekuatan maha dasyat yang tersembunyi dalam kelembutan seorang gadis. Bahkan pilihan warna pada judul juga membuat buku ini layak untuk dilirik.

Sementara versi lainnya, justru menampilkan sosok  Vega Jane memenuhi nyaris satu halaman kover. Dengan mengusung nuansa merah, buku ini sepertinya menampilkan sosok seorang gadis yang tangguh. Jika diperhatikan huruf "T" pada awal judul dibuat menyerupai simbol ksatria.Versi ini seakan menawarkan kisah petualangan seorang ksatria wanita. Penuh dengan bahaya dan trik licik orang sekitar. Bagi yang menyukai petualangan menggebu-gebu, kover ini tentunya akan menarik perhatian.

Oh ya bagian yang saya paling sukai dalam kisah ini adalah saat Vega Jane menemukan buku yang tak biasa di rumah salah seorang atasannya. Lalu bagian yang mengisahkan saat Vega Jane berkunjung ke rumah salah satu anggota dewan dan melihat perpustakaan yang dipenuhi buku dari lantai hingga langit-langit. Walau terpikirkan juga, kalau begitu kapan selesai bacanya ya.

Buku ini bisa dikatakan mengajarkan kita bahwa usaha serta kerja keras pasti akan membuahkan hasil yang manis. Tetesan keringat, air  mata bahkan mungkin juga darah yang mengucur, akan sebanding dengan yang kita nikmati.

Persahabatan dan kasih sayang adalah kekuatan terbesar yang membuat hal yang kelihatan tidak mungkin menjadi sangat mungkin dan mudah diperoleh.  

David Baldacci merupakan penulis yang cukup produktif. Lahir pada  5 AGustus 1960 di Richmond, Virginia. Karyanya sudah dialih bahasa lebih dari 45 bahasa dan dijual lebih dari 80 negara,  Selanjutnya mengenai penulis bisa dilihat di http://davidbaldacci.com/

Gara-gara membaca tentang persahabatan Vega Jane dan Delph, saya jadi ingat lagu lama mengenai sebuah persahabatan manis. Nyanyi aja yuk.....


Sumber gambar:
Goodreads

Sumber clip:
Youtube
----------------------------


Dear Zaizai
Percayalah!
Jika serial ini tidak selesai diterbitkan,  maka aku akan mengganggumu tiada henti hingga mendapat terjemahan kisah selanjutnya.
Sudah cukup aku dibuat menderita menunggu kelanjutan kisah para pangeran India.

Waspadalah....
Waspadalah....
Waspadalah...!

*Curhatan pembaca yang gemas ketika buku seri tidak diterbitkan semua*