Selasa, 06 Juni 2017

2017#37: House of Secrets #3: Clash of The World

Penulis:Chris Columbus, Ned Vizzini, Chris Rylander 
Penerjemah: Lulu Fitri Rahman
Penyunting: Yuke P. Yuli Prostania
ISBN:9786023852017
Halaman:476
Cetakan:Pertama-Februari 2017
Penerbit: Noura Books
Rating: 3.5/5

Diablo TAN-tun-ka, arwah... uh, kakek-kakek-buyutku, um, kukira," ucap Brendan. 
"Aku memanggilmu! Aku ingin berbicara dengan dia yang sudah pergi, yang bernama Denver Kristoff!"

Cordelia, Brendan, dan Eleanor sepertinya belum bisa hidup tenang dan damai di rumah peninggalan leluhur mereka. Satu masalah selesai, muncul masalah yang lain. Ayah mereka ternyata diam-diam menjadi penjudi. Dan rumah tersebut sudah masuk dalam daftar barang yang harus mereka relakan karena kebiasaan buruk sang ayah. Segala hal indah mendadak menjadi rusak bagi mereka bertiga.

Ternyata,  ada hal yang lebih buruk dibandingkan kemungkinan kehilangan rumah mereka yang menawan! Muncul berbagai makhluk ciptaan Kristoff di San Francisco. Mereka menghancurkan kota dengan mudahnya. Semula makhluk-makhluk tersebut berada dalam dunia buku, karena gerbang permbatas kedua dunia mulai terbuka maka  mereka dengan mudahnya berada di San Francisco.

Dengan berat hati ketiga anak tersebut terpaksa bertanya pada Denver Kristoff. Secara teknis ia sudah meninggal, maka mereka harus menghidupkannya terlebih dahulu agar bisa bertanya. Bukan hal mudah, karena mantra yang dibaca Brendan tidak saja menghidupkan kakek buyutnya tapi juga banyak banyak sehingga bermunculan sejumlah Zombi di pemakaman.
https://www.goodreads.com

Sungguh kasihan ketiga anak tersebut. Alih-alih mendapatkan saran untuk mengembalikan makhluk-makhluk tersebut, Kristoff malah menyarankan sebuah misi berbahaya yang mengharuskan ketiga berpisah jika ingin menyelamatkan kota tercinta. Masing-masing anak harus menemukan sebuah benda yang dapat membuka Pintu ke Banyak Jalan yang mangis. Melewati pintu itu sihir akan berbalik, hubungan antara kedua dunia terputus  untuk selamanya dan  kota akan kembali seperti semula. Memang banyak hal yang bisa dikembalikan seperti semula, tapi butuh perjuangan dan pengorbanan untuk mewujudkannya.

Ketika buku ini muncul dengan jarak yang lumayan jauh dari buku kedua, saya harus membaca ulang review yang saya tulis juga membaca review teman-teman di GRI, agar keseruannya bisa lebih terasa greget ^_^. Untuk review buku pertama seri ini bisa dibaca di sini. Sementara untuk buku kedua ada di sini.

Kisah dalam buku ini mengusung keseruan ala Harry Potter dan Indiana Jones. Aneka makhluk magis dan urusan keajaiban serupa dengan keseruan yang diperoleh ketika melahap buku HP. Sementara ketegangan mencari benda-benda yang magis dengan mendatangi beberapa lokasi,  juga kehebohan menyelamatkan diri dari kejaran  musuh,  sama menegangkannya dengan upaya Dr Henry Walton Jones, Jr melarikan diri dari musuh. Paduan yang asyik.
Meski demikian, saya tetap merasakan ada beberapa bagian yang seakan dipaksakan. Misalnya bagaimana Brendan menemukan salah satu barang yang mereka cari. Sungguh mudah mencari sesuatu barang yang belum jelas wujud dan keberadaannya. Kenapa penulis tidak menciptakan sebuah konflik kecil pada bagian ini sehingga alurnya bisa lebih pas.
https://www.goodreads.com

Selain keseruan tersebut, pembaca juga akan menikmati penjabaran hal yang menjadi kekuatan pada kisah ini, kasih sayang sesama. Meski bersaudara, kadang ketiga anak tersebut juga mengalami masa sulit dengan sesama. Sudah beberapa kali hal tersebut dimanfaatkan oleh pihak lainb untuk memecah belah dan membuat mereka tak berdaya.

Namun seiring waktu, ketiga belajar untuk saling mencintai dan menghormati sesama tanpa memandang kekurangan yang merka miliki masing-masing. Bahkan tanpa perlu mereka tunjukan, rasa mencintai sesama juga bisa dirasakan oleh yang lain, misalnya oleh salah satu tokoh dalam kisah ini yang bernama Adie. 

Ketika ia melihat betapa Eleanor dipengaruhi musuh, segera ia menjadikan dirinya sebagai tameng, seperti yang diuraikan dalam halaman 454. "Mereka keluargamu. Ikatan di antara kalian sangat dalam. Jauh lebih dalam daripada sihir atau buku kuno. Keluarga adalah satu-satunya nilai yang kita bawa sejak lahir. Tak akan kubiarkan kau menghancurkan keluargamu sendiri. Mereka sangat mencintaimu, Eleanor. Percayalah padaku... mereka mencintaimu lebih dari apa pun! Dan, aku tak mau membiarkan cinta semacam itu mati. Kau harus membunuhku lebih dahulu." Sungguh menyentuh.

Kisah ini sangat cocok untuk dibaca oleh segala umur, walau di tempat awal buku ini terbit target pembaca kisah ini adalah anak-anak usia 8-9 tahun. Keseruan petualangan dan rasa kasih sayang sesama yang disajikan sangat bermanfaat bagi perkembangan kehidupan anak-anak dan remaja. Sementara bagi orang dewasa, kisah ini mengingatkan rasa kasih sesama dan angan-angan petualangan yang (mungkin) belum terlaksana.

Sesaat saya merasa ada yang tidak biasa pada deretan nama penulis. Seingat saya pada buku pertama dan kedua hanya ada dua nama penulis. Penasaran, saya membuka arsip lama dan menemukan nama penulis buku pertama dan kedua hanyalah Chris Columbus dan Ned Vizzini.  Pada halaman belakang saya temukan bahwa Ned Vizzini telah berpulang, kontribusi  Chris Rylander tentunya akan menjadikan buku ketiga ini memiliki sesuatu yang berbeda dibanding kedua buku terdahulu.

Satu kata favorit saya ada di halaman 459, 
Kecerdasan sejati adalah menyadari dan mengenali bukan apa yang kita ketahui ... tapi apa yang tidak kita ketahui.... Kita semua punya kekurangan, tapi dengan bersama-sama kita dapat meraih yang terbaik." 
Kecerdasan dari sisi ilmu serta kecerdasan emosional menjadi kekuatan terbesar ketiga anak tersebut. Menjadi senjata yang tak terkalahkan selama mereka bertiga mempergunakan dengan bijak. 

Bacaan seru terutama bagi mereka yang membutuhkan petualangan berbau sihir, buku dan sejarah.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar