Senin, 24 Juli 2017

2017 #45: Generasi Strawberry

Penulis: Rhenald Kasali
Editor: Moh Sidik Nugraha
ISBN: 9786024410292
Halaman: 280
Cetakan: Pertama-Juli 2017
Penerbit: Mizan
Harga: Rp 64.000
Rating: 3.5/5
Hadiah terpenting dan terindah dari orang tua untuk anak-anaknya adalah tantangan”

Carol Dweck

Strawberry Generation  merupakan sebuah buku dari Rhenald Kasali yang berisikan mengenai perubahan yang tak bisa dihindari. Termasuk mengingatkan anak muda agar tidak menjadi Strawberry Generation. Generasi yang memiliki banyak ide dan gagasan kreatif tapi mudah menyerah dan gampang sakit hati.

Strawberry Generation, sebutan generasi manja zaman sekarang, perlu dilatih agar tidak berpikir melalui jalan pintas. Namun harus ada kerelaan utuk melakukannya daripada diwajibkan. Tugas membuat rasa kerelaan memang tidak mudah tapi pasti bisa dilakukan

Padahal, untuk meraih kesuksesan dibutuhkan usaha dan kerja keras. Tak ada jalan pintas. Mental rapuh harus diubah menjadi kuat, pengikut harus diubah menjadi pemimpin, pikiran sempit harus dikembangkan.

Mindset  merupakan asumsi-asumsi yang dianut seseorang, dan sudah tidak cocok dengan kebutuhan yang baru. Mereka terkurung oleh pikiran-pikiran dan anggapan-anggapan sendiri. Terdiri dari Growth dan Fixed.

Mereka yang merupakan orang dengan pola pikir Growth Mindset digambarkan memiliki daya juang tinggi, dididik terbiasa menghadapi kesulitan untuk meraih kemenangan.  Merupakan penerobos, penantang hambatan dan kesulitan.  Kemampuan beradaptasi juga tinggi. Mereka selalu menganggap dirinya adalah orang bodoh sehingga perlu terus belajar dan berkembang. Bagi mereka, masa depan adalah perihal dampak yang ditimbulkan.

Sementara Fixed Mindset merupakan generasi manja yang mengarah pada generasi strawberry. Mereka akan terlihat bagus diluar namun rapuh tak berdaya didalam.  Mereka cenderung mementingkan ijazah serta gelar.

Mereka yang berada dalam golongan Fixed Mindset sangat perlu untuk diubah menjadi Growth Mindset. Orang-orang yang  menghambat perubahan bukanlah orang yang kurang pandai, namun juga termasuk orang-orang yang terkurung oleh cara berpikir sendiri.

Dalam buku ini, ditemukan juga bagaimana cara memanfaatkan perkembangan teknologi. Fenomena Pokemon Go bisa menjadi hal yang menguntungkan bagi mereka yang bisa melihat peluang.  Salah satu restoran di New York menghabiskan dana yang lumayan untuk modul yang bisa memanggil Pokemon.  Ketika disebarkan pada saat yang tepat, mendekati jam makan siang misalnya, banyak pemain yang mampir dan membeli makan. Penjualan meningkat 30 persen.Teknologi bisa bermanfaat atau menghancurkan, tergantung dari mana kita memandang dan pemanfaatkannya.

Anak-anak sangat menyukai dunia game. Karena di sana mereka mendapat apresiasi ketika menang, Namun ketika gagal, tidak ada ejakan dan sejenisnya namun justru diajak untuk mencoba lagi.  Sementara dalam dunia nyata, sudah mengakui kesalahan atau kekurangan masih juga dicaci. Keberhasilan dianggap sebagai kewajiban. Alhasil, ketika dewasa mereka akan menjadi sosok yang mudah mengkritik namun sulit memuji.

Bagian yang membahas tentang cara lain menemukan bakat dan minat anak, serta bagaimana ia bisa mendapat pendidikan sangat saya suka. Bakat tak bisa dikenali melalui alat-alat test seperti  metode fingerprint, test IQ dan sejenisnya.  Bakat bukan berada begitu saja dalam diri seseorang, namun ditemukan melalui latihan dan kerja keras.  Anda sendiri yang harus menemukan dan mencari. Bahkan yang tidak ada bakat sama sekali pun bisa menemukannya. Bakat atau telenta serta kemampuan memimpin (leadership) adalah kunci untuk mencapai keberhasilan hidup

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah life skill.  WHO menyebutkan bahwa life skill merupakan modal untuk hidup sehat. Ellen Galinsky menyebutkan tujuh essential life skills., namun ada juga yang menyebutkan sepuluh. Kemampuan mengelola rasa frustasi, cognitive flexibility, fokus, pengendalian diri, kemampuan mengambil keputusan dengan jernih, menimbang resiko, berpikir logis, kritis dan kreatif berkomunikasi artikulatif, berempati, kemampuan melihat dari perspektif yang berbeda.

Sekolah memang merupakan tempat untuk belajar. Tapi bukan berarti belajar dari para guru terus-menerus. Sekolah seyogyanya juga mampu menciptakan suasana belajar kepemimpinan serta kewirausahaan.  Banyak ilmu yang bisa diperoleh di luar ruang kelas.

Manusia hebat bukanlah mereka yang berhasil mendapatkan nilai tertinggi di  sekolah. Tapi mereka yang memiliki karakter kuat, dapat dipercaya, mudah diterima, memiliki pemikiran terbuka, berjiwa besar dan piawai mengungkapkan isi pikiran dengan baik.
Sastrawan Bernard Shaw memperkenalkan prinsip 2-3-95. Menurutnya hanya 2% orang berpikir, 3% merasa sudah berpikir, sementara 95% sisanya merasa bisa mati jika harus berpikir. Padahal seiring dengan perubahan zaman, banyak yang juga ikut mengalami perubahan. Banyak masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan cara-cara lama. Dibutuhkan penanganan yang berbeda.

Kalimat di halaman 36, agak membuat saya kesal. Tertulis, "Perhatikan anak-anak yang dijuluki si kutu buku. Mereka cenderung menjadi anak rumahan yang malas." Tunggu! Saya kutu buku, saya anak rumahan, tapi saya tidak malas!

Seperti buku yang lain, bagi saya ini merupakan buku yang berisi tulisan Rhenal Kasali sehingga jika terjadi pengulangan uraian di beberapa kisah, maka hal itu masih bisa diterima. Beberapa istilah dengan bahasa asing, langsung diberikan penjelasan. Penyebutan istilah dengan uraian atau pengertian makna yang berbeda terjadi di beberapa bagian, namun perbedaan tersebut memang mengacu pada suatu hal yang sama.

Kalimat yang saya suka adalah;

“If you want to, you’ll find a way.
 If you don’t want to, you find excuses”

Suatu keajaiban jarang terjadi pada mereka yang tidak pernah mau keluar dari zona nyamannya.  Keajaiban ada di zona berbahaya, sering juga disebut zona  kepanikan. Tapi tak perlu khawatir, ada zona antara untuk belajar diantaranya.  Perubahan dengan meninggalkan zona nyaman bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk oleh mereka yang sudah “dewasa”.

Buku ini sangat layak dibaca oleh para orang tua, bahkan calon orang tua. Agar tanpa sengaja tidak menciptakan generasi Strawberry. Cantik, manrik namun lembek dan cepat rusak. Tentunya berguna juga  bagi mereka yang ingin melakukan perubahan. 



Minggu, 23 Juli 2017

2017 #44: The Leadership Secrets of Genghis Khan

Penulis: John Man
Penerjemah: Th. Dewi Wulansari
Editor: Indi Aunullah
ISBN: 978-979-18673-4-4
Halaman:251
Cetakan: Pertama-Mei 2010
Penerbit: Azkia Publisher
Rating: 3/5

“Berbagi penderitaan tidak menjami keberhasilan,
banyak pemimpin berani dan salah jalan yang  meninggal
dalam kesia-siaan, terlupakan;
 tapi penolakan untuk menjalani penderitaan 
menjadi jaminan yang pasti bagi kegagalan”

Buku ini direkomendasikan oleh salah seorang teman. Katanya perlu dibaca terutama bagi mereka yang menyukai perihal pengembangan diri, kepemimpinan dan manajemen. Jelas saya tertarik, siapa yang tak pernah mendengar nama Jenghis Khan.

Sosok Jenghis Khan merupakan salah satu pemimpin besar dalam sejarah. Keahliannya dalam memimpin perlu dan pantas dikaji. Bagi rakyatnya ia adalah pahlawan sekaligus orang suci. Meski tak menunjukkan rasa  sesal akan tindakan pembataian yang ia lakukan. Visinya untuk menaklukan dunia juga diikuti oleh cucunya Kubilai Khan,  meski ternyata visi itu adalah khayalan yang justru membawa dinastinya menuju kehancuran.

Nilai kebesaran dari sosok seorang pemimpin melibatkan unsur kreativitas dalam upaya mengejar visi. Hal tersebut akan memberikan hal baru bagi para pengikutnya.  Pandangan yang muncul antara sebelum dan sesudah pemimpin bekerja, menunjukan perubahan yang ia capai.

Visi yang menginspirasi merupakan perpaduan langka dari kondisi yang tepat, visi yang tepat serta orang yang tepat untuk memimpikan dan menyampaikan kepada masyarakat banyak. Dan selanjutnya menggerakan pengikut untuk percaya akan misi tersebut.

Meski selalu menampilkan diri sebagai sosok sederhana yang memandang rendah kemewahan, namun seluruh pengikutnya paham bahwa Jengis Khan memiliki hak penuh untuk membagikan harta rampasan.  Dengan demikian ia memberikan contoh penghematan dengan hidup sederhana sekaligus menjadi sumber kekayaan bagi pengikutnya.

Khan mampu menciptakan suasana dimana kepentingannya dianggap sebagai kepentingan Negara. Seluruh kekayaan dari rampasan adalah milik Khan. Menyembunyikan atau penahan harta rampasan berarti melakukan pengkhianatan kepada pimpinan  dan Negara. Menyangkal hak pemimpin untuk memberikan penghargaan.

Ada tiga elemen strategi yang sering dilakukan oleh Jenghis Khan.  Kejutan yang bisa dilakukan karena kemahiran serta kekuatan hebat pasukan berkuda Mongol.  Komitmen untuk melakukan kekejaman dalam tugas yang mereka emban.  Membuat pemahaman bahwa menyerah  berarti selamat, menentang berarti mati.

Mencari sosok penurus bukanlah hal yang mudah. Perdebatan pasti akan muncul. Khan membiarkan perdebatan muncul saat mulai memilih siapa penggantinya.  Tapi dengan cara itu, ia telah mengikutsertakan keluarganya serta mempertahankan kesetian para bangawan dari negeri barunya.

Kadang, para pemimpin bersikap bermusuhan dan waspada pada orang terhebat yang ada dalam lingkungan pemerintahan. Bukannya dianggap aset, mereka malah dianggap ancaman. Harusnya, manfaatkan mereka semaksimal mungkin untuk memperoleh kejayaan. Pekerjakan hanya yang terbaik. Dengan kesetiaan yang sudah dibentuk, tak ada yang perlu ditakutkan lagi.

Buku ini cocok dibaca oleh para pemimpin yang ingin mengembangkan kemampuannya, para manajer yang ingin menambah pengetahuannya. Serta para penyuka genre biografi dan sejarah.
Ternyata..., membaca buku ini tidaklah mudah. Butuh waktu lama bagi saya untuk membaca dan membuat catatan terkait buku tersebut. Mungkin kemampuan pemahaman saya yang menurun, namun sepertinya buku ini sulit saya pahami.

Kadang, uraian yang ada kurang sesuai dengan pokok bahasan yang dibuatkan desain semacam kotak khusus. Penjelasan dalam kotak tersebut juga sering kali kurang pas dengan judulnya.

Sebenarnya, bagi saya kendala memahami buku ini ada pada terjemahannya yang kurang bisa dinikmati. Tak jarang saya butuh membaca sebuah kalimat lebih dari satu kali untuk menangkap maknanya. Untuk beberapa kasus, bahkan harus saya ulang beberapa kali.

Judulnya mempergunakan bahasa Inggris namun dalam kisah banyak  mempergunakan bahasa Indonesia. Misalnya dalam judul ditulis Genghis Khan, sementara dalam buku ditulis Jenghis Khan. Penerbit sebaiknya konsisten dalam penggunaan nama.

Secara garis besar, bisa dikatakan buku ini merupakan penjabaran dari The secret History of the Mongols yang diterbitkan dalam bahasa Mongol. Tema dalam buku itu adalah kebangkitan Jenghis Khan menuju kekaisaran dengan dukungan Langit.

Penulis kisah ini, John Man, lahir pada 15 Mei 1941, merupakan seorang sejahrawan asal Inggris dan travel writer dengan peminatan pada perihal Mongolia. Hal ini dibuktikan dengan salah satu program sekolah pascsarjana yang ia ambil, studi bangsa Mongol pada School of Oriental and African Studies di London.

John Man juga menulis Gengis Khan, Kublai Khan dan Attila The Hun.Ketiganya mengenai biografi tokoh legendaries dalam perihal kekaisaran kuno di dunia.Melalui karya-karya tersebut John Man menjadi salah satu sejahrawan yang karyanya banyak dibaca orang


Sumber gambar:
https://id.wikipedia.org/wiki/Jenghis_Khan