Selasa, 09 Januari 2018

2018 #1: Kisah Datan, Royan Yang Tak Mau Membunuh

















Judul asli: Tiga Dunia : Si Pencuri
Penulis: Rama Nugra
Penyunting: Sevy Kusdianita
Perancang sampul: Ryn Yoanta
ISBN: 9786025469336
Cetakan: Pertama-Oktober 2017
Halaman: 581
Penerbit: Histeria
Harga: Rp 104.000
Rating: 3.25/5

Kau boleh gagal, Dastan. Gagal banyak. Tapi kau tidak boleh berhenti. Kau tidak boleh berhenti apa pun yang terjadi. Ingat itu.
~ hal 32~

Hidup adalah pilihan. Kadang kita  sering berjumpa dengan orang yang memiliki pilihan hidup berbeda, bahkan cenderung aneh.  Bagaimana juga, kita tidak bisa memaksa orang itu untuk memiliki pandangan yang sama. Suka atau tidak,  kita harus menerima pilihan hidup seseorang dan berharap yang terbaik untuknya.

Datan salah satunya, setegas apapun sang ayah melarang, sekuat apapun sang bibi merayunya, ia tetap berkeinginan untuk menjadi seorang Royan. Suatu pilihan hidup yang aneh bagi banyak orang.  Wajar, dikarenakan Royan adalah profesi dengan kehidupan yang kejam.

Pertemuan pertama Datan Woudward dengan seorang Royan bernama Ana telah mengubah kehidupan. Dimata anak berusia 7 tahun, Ana sungguh hebat. Sehingga Datan begitu mengimpikan menjadi sepertinya. Dengan tekat dan perjuangan yang keras, akhirnya ia bisa diterima menjadi anggota Persaudaraan Royan.   

Proses  penerimaan Datan terlalu mudah menurut saya. Sebagai anak kemarin sore dengan bekal ilmu sekedar dan hanya mengandalkan kelicikan dan nasib baik, sungguh mujur Datan bisa diterima.  Tapi mungkin itu kelebihan seorang Datan, ada nasib baik yang selalu menyertainya.

Keinginan Datan untuk menjadi seorang Royan bisa disebut cukup aneh, mengingat Datan menolak membunuh. Padahal Royan bisa dikatakan pembunuh bayaran. Walau akhirnya ia bisa diterima sebagai anggota, tetap saja urusan membunuh menjadi hal yang diperdebatkan antara dirinya dan anggota bahkan pimpinan Royan.

Sebanyak lima ratus halaman lebih, pembaca akan diajak melihat proses metamorfosa seorang Datan. Dari sosok yang urakan,  cepat marah, dan sedikit licik, berubah menjadi seorang pria dewasa yang mulai mampu menahan emosi,  penuh perhitungan, cerdik dan pandai.

Aneka hal menawan mengenai keindahan alam, makanan dan pastinya berbagai unsur fantasi bisa kita temukan dalam kisah ini.  Semua racikan sudah disajikan dengan pas. Pastinya juga bermunculan beberapa makhluk fantasi serta ilmu kanuragan yang super heboh. Penulis cukup berhasil membuat segala hal yang ia uraikan konsisten dalam buku ini.

Salah satu  makanan yang beberapa kali disebutkan begitu menggoda, membuat air liur saya menetes. Makanan, tepatnya buah yang dimaksud adalah Jeruk Darah. Meski namanya menyeramkan namun penulis mampu mengolah kata-kata sehingga buah tersebut seolah-olah adalah buah terlezat yang pernah ada.


Satu hal lain yang juga sering ditonjolkan penulis adalah tentang penciumannya yang tajam. Ia bisa mencium bau yang tak bisa dirasakan oleh orang lain.  Dengan kelebihannya itu, ia bisa mengetahui apakah seseorang mengeluarkan aroma tak biasa dari dirinya. Mungkinkah ini akan menjadi suatu bagian yang menarik kelak?

Beberapa adegan dalma kisah ini agak terlalu kejam menurut pandangan saya.  Contohnya dari halaman 411, " Belati Nymeria menyayat batan leher yang pendek. Darah hitam encer muncrat ke mana-mana." Sepertinya kisah ini lebih cocok dibaca oleh mereka yang berusia diatas 17 tahun.

Tak hanya hiburan yang bisa kita peroleh  dari membaca buku ini, ada juga unsur filosofi yang bisa kita jadikan bahan perenungan diri. Perihal ungkapan keseimbangan dalam kegelapan  di halaman 195.sebagai contoh.

Ada juga unsur religi dalam kisah ini. Tokoh kita, Datan digambarkan kurang beriman. Ia kurang yakin terhadap apa yang disebut sebagai Unum.  Di halaman 240 terlihat jelas hal tersebut, " Kalau saja pipinya tidak memanas ingat tamparan Ayah dulu-untuk tidak meremehkan sesuatu cuma gara-gara tak terlihat?" 

Bagian tersebut juga mengusung pesan moral agar seseorang selalu bersyukur terhadap yang ia peroleh.  Di halaman-halaman lain, juga terdapat beberapa bagian yang mengisahkan tentang ungkapan rasa bersyukur para tokoh ketika mendapatkan atau terlepas dari bahaya.

Hal pertama yang membuat saya tertarik dengan buku ini adalah kover. Baiklah, sering mendengar pesan yang mengatakan jangan menilai buku dari kovernya. Ketertarikan saya karena kover  buku ini memasang sosok burung hantu.

Banyak  masyarakat yang percaya bahwa kemunculan burung hantu merupakan sebuah pertanda. Di Inggris, sosok burung hantu dianggap sebagai pembawa keberuntungan. Sungguh bertolak belakang dengan a[a yang diyakini oleh masyarakat India, burung hantu pertanda datangnya kematian.

Ternyata, dalam kisah ini burung hantu merupakan simbol  dari Persaudaraan Royan. Selain itu, burung hantu juga memiliki makna yang berbeda bagi tiap suku. Bagi  bangsa Marra, burung hantu merupakan perlambang mistik.  Dianggap sebagai pemburu paling unggul di kesunyian, pengamas cerdas dalam kegelapan serta sosok fana yang memiliki jiwa spiritual kuat. Tentunya merupakan penguasa langit di malam hari.

Selain itu, kover ini mengingatkan pada kisah Guardian of Ga'hoole. Sebuah seri  terjemahan yang sempat diterbitkan oleh sebuah penerbit berpotensi. Sayang, nasib seri itu tak panjang seiring dengan tutupnya penerbit. padahal sempat diputar filmnya di tanah air. Di negara asalnya, seri ini ada sekitar 15 buku. Lengkapnya di sini.

Nama tokoh utama kisah ini-Datan, membuat saya spontan teringat pada sebuah penerbit yang lagi-lagi juga telah tutup karena urusan manajemen yang tidak pas. Penerbit Dastan  semula dikenal karena memanjakan penggemar kisah thriller dan sejenisnya, belakangan berubah haluan menjadi penerbit kisah historical romance.  Buku-buku yang sempat masuk jajaran harga obral, sekarang diburu kolektor. Begitulah, setelah tiada baru berarti.

Dan pastinya bisa ditebak, bagian yang paling saya sukai dari seluruh lokasi yang didatangi Datan adalah Perpustakaan Royan.  Dengan aneka banyak buku bacaan yang berbobot, sirkulasi udara dan cahaya yang baik, ditambah dengan gedung serta taman asri, siapa yang tak tergoda untuk duduk berlama-lama di sana. Kalau pun lelah membaca, taman yang asri bisa mengembalikan kesegaran setelah penat membaca. 

Oh ya, saya pernah membaca buku ini dalam versi lebih ringkas. Jika tertarik, silakan meluncur ke link berikut.  Tanpa bermaksud menyombongkan diri, ternyata dugaan saya benar. Hanya butuh seorang editor yang sabar untuk membuat ide kisah yang menawan ini kembali ke "rel" yang sebenarnya.

Baiklah, secara garis besar kisah dalam buku ini cukup menarik. Kenapa cukup? karena jika tidak salah ini ada kelanjutannya. Paham sekali riwehnya penerbit jika menerbitkan kisah ini dalam satu buku, tebalnya bakalan luar biasa. Dan karena saya sudah kenyang dapat banyak angin surga dari penerbit perihal kelanjutan kisah berseri, maka dengan berat hati saya anggap cukup penarik. Hingga muncul buku selanjutnya he he he.

Kekurangannya juga pasti ada. Saya tetap ngotot berpendapat kisah fantasi  yang baik adalah yang tidak membuat pembacanya mengerutkan alis sekali pun.  Jadi butuh banyak penjelasan (penulis bisa mengintip cara bercerita Daeng Khrisna Pabhicara di Barichalla), atau sediakan glosarium. 

Jadi, silahkan nikmati untaian kisah kehidupan Datan. Dan tolong bantu saya, berdoa supaya kali ini saya tidak mendapat angin surga lagi. Kelanjutannya muncul dalam waktu yang tak terlalu lama. 










Tidak ada komentar:

Posting Komentar